NovelToon NovelToon
CERMIN UNTUK BERKACA

CERMIN UNTUK BERKACA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Rusmiati

Semua cintanya sudah habis untuk Leo. Pria tampan yang menjadi pujaan banyak wanita. Bagi Reca tidak ada lagi yang pantas dibanggakan dalam hidupnya kecuali Leo. Namun bagi Leo, Reca terlalu biasa dibanding dengan teman-teman yang ditemui di luar rumah.
"Kamu hoby kan ngumpulin cermin? Ngaca! Tata rambutmu, pakaianmu, sendalmu. Aku malu," ucap Leo yang berhasil membuat Reca menganga beberapa saat.
Leo yang dicintai dan dibanggakan ternyata malu memilikinya. Sejak saat itu, Reca berjanji akan bersikap seperti cermin.
"Akan aku balas semua ucapanmu, Mas." bisik Reca sambil mengepalkan tangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Rusmiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ember Bocor

Seperti yang dikatakan Leo sebelumnya, hari ini ia memang pulang terlambat. Ada rasa sakit saat melihat Reca tertidur dengan tubuh berkeringat karena ketakutan.

"Apa aku sudah gagal jadi suami?" tanya Leo pada dirinya sendiri.

Kali ini, Leo melakukan apa yang Reca sering lakukan. Ia menatap cermin dan bertanya pada dirinya sendiri. Hal itu membuat Leo tersenyum. Seketika ia mengingat tingkah Reca yang sering bertanya atau berdiri di depan cermin.

"Eh apa itu?" Leo menunjuk deretan cermin yang berjejer d rak kamarnya.

Leo mendekat. Ia mengamati satu per satu cermin yang sudah ditata oleh Reca. Setelah itu, pandangannya beralih pada Reca yang tengah tertidur pulas.

Kamu gak sakit kan? Kenapa harus ngumpulin cermin sebanyak ini?

Helaan napas yang panjang membuat Leo berhasil menyingkirkan pikiran buruknya tentang Reca. Kini ia berusaha meyakini, hal yang dilakukan Reca sah-sah saja. Tidak ada yang salah dengan hoby.

Merasa cukup lelah, Leo mandi dan mengganti pakaiannya dan berbaring di samping Reca. Ia memeluk istrinya yang terlelap. Memejamkan mata setelah mengecup kening Reca. Akhirnya Leo ikut terlelap. Ada rasa nyaman dan aman saat memastikan istrinya tidur nyenyak malam ini.

Keduanya bangun saat alarm di ponsel Reca berbunyi dengan cukup keras. Ya, Reca memang sengaja menyalakan alarm dengan suara yang cukup kencang. Ada rasa trauma saat drama kesiangan minggu lalu. Reca berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi.

"Mas, malam pulang jam berapa?" tanya Reca sembari mengucek matanya.

"Jam sepuluh," jawab Leo sambil memeluk istrinya.

"Hah? Kerjaannya numpuk banget ya?" tanya Reca.

Leo mengangguk. Kali ini ia berbohong. Jujur tentang Mba Ara hanya akan membuat pagi ini berantakan. Biarlah sesekali berbohong demi rumah tangga yang baik-baik saja.

"Kasihan. Maafin aku ya malem ketiduran. Harusnya aku pijitin Mas dulu," ucap Reca.

Leo semakin tidak enak saat melihat Reca merasa bersalah seperti itu. Tapi seandainya ia jujur, semuanya juga tidak akan berujung baik. Tidak ingin batinnya berdebat terlalu lama, ia segera mandi dan bersiap untuk ke kantor.

Sebelum benar-benar pergi, Leo sudah mengambil duplikat kunci rumah. Biar nanti di kantor ia mengabari Reca agar mengunci pintu dan mencabut kuncinya agar ia bisa masuk tanpa membangunkan Reca. Sebenarnya malam tadi Reca juga tidak bangun saat ia pulang. Namun Leo menjadi khawatir karena pintu rumah tidak terkunci.

"Sayang, hari ini kamu pulang telat lagi gak?" tanya Reca.

Pertanyaan yang membuat Leo harus berpikir keras untuk menjawabnya. Tidak ada kepastian jika ia bisa pulang tepat waktu. Tapi bukan tidak mungkin jika tiba-tiba Pak Alam memintanya untuk menemani Mba Ara lagi.

"Sayang, keadaan kantor sedang kacau. Mas gak bisa memastikan pulang telat atau gak. Pokoknya kamu lakuin aja apa yang bikin kamu happy ya," ucap Leo.

Reca tidak menjawab. Ia hanya mengangguk. Responnya sangat tidak enak. Namun apalah daya, Leo membutuhkan pekerjaan ini. Akhirnya Leo pun mengatakan bahwa kunci duplikat sudah dipegang olehnya. Ia juga mengingatkan untuk mengunci pintu setelah jam tujuh malam.

"Mas kan pulangnya jam sepuluh, apa aku boleh pulang jam sembilan?" tanya Reca.

"Jam sembilan? Mau kemana?" Leo balik bertanya.

"Ya kali aja Resi sama Dini mau ke cafe lagi," jawab Reca.

"Kalau bisa jangan terlalu malam ya sayang," ucap Leo.

"Tadi katanya yang penting aku happy. Aku kesepian di rumah sendirian," ucap Reca.

Tidak mau terlambat berangkat kerja, Leo hanya bisa menyetujuinya walaupun ada rasa tak rela dalam hatinya. Tapi Leo meyakinkan istrinya hanya butuh hiburan. Tidak mungkin mengkhianatinya yang selama ini sudah sangat setia.

"Mas berangkat ya sayang!" ucap Leo sambil mengecup dahi istrinya.

Rutinitas yang tidak pernah berubah selama mereka membina rumah tangga. Leo yang selalu menghargai istrinya dan Reca yang menghormati suaminya. Hal tersebut yang terus mereka ciptakan agar rumah tangganya tetap harmonis.

Selepas Leo tak nampak lagi dalam penglihatannya, Reca menjatuhkan tubuhnya dengan kasar diatas kursi. Ia memejamkan matanya dan mengepalkan tangannya. Rasanya sangat sesak. Ingin sekali ia protes habis-habisan namun kenyataannya tidak bisa.

"Kalau boleh milih, mending kamu kerja kayak dulu Mas. Aku gak kesepian gini," gumam Reca.

Semua demi masa depan kita sayang. Mas tidak mau saat anak kita lahir, dia merasa kekurangan. Mas mau kita sudah punya rumah sendiri. Ya walaupun sederhana tapi kita gak perlu bayar kontrakan kayak sekarang.

Begitulah kira-kira yang akan diucapkan suaminya. Reca bahkan sudah hafal betul semua jawaban atas keluhan yang ia berikan pada suaminya. Tidak ada yang bisa Reca lakukan selain berdamai dengan keadaan.

"Mama," gumam Reca saat melihat layar ponselnya menampilan panggilan dari ibunya.

Reca dengan cepat menekan tombol hijau dan memulai obrolan dengan ibunya. Tidak sedikitpun Reca mengeluh tentang keadaan rumah tangganya. Tidak ingin membuat orangtuanya khawatir, Reca hanya menceritakan semua kebaikan Leo padanya. Ucapan syukur tidak henti diucapkan atas kebahagiaan anaknya.

Memang tidak berbohong, namun jika seandainya tahu tentang kesepiannya mungkin ibunya tidak akan sebahagia itu. Sebenarnya Reca bisa saja meminta ibunya menemaninya atau bahkan ia selalu pergi ke rumah ibunya. Namun hal itu hanya akan membuat ibunya bertanya-tanya.

Biarlah semua bahagia dengan semua kebahagiaannya. Reca memilih untuk menyembunyikan semua rasa sakitnya. Ia berjanji akan menikmatinya sendirian. Keyakinan Reca tidak berubah. Ia hanya membutuhkan waktu untuk terbiasa. Lagipula, ada koleksi cerminnya yang setia kapanpun ingin bercerita.

Ada sedikit kecewa memang saat Dini meminta untuk tidak bercerita pada siapapun. Sampai saat ini, ia masih tidak percaya jika Dini berkata seperti itu padanya. Pikiran buruk mulai singgah. Rasa minder membuatnya bertanya-tanya. Apakah Dini tidak mau berteman dengannya lagi karena tidak selevel? Karena mereka kuliah dan Reca tidak?

Pikiran buruk itu terbantahkan saat Danang menghampirinya. Reca yang sedang menyapu halaman sedikit terkejut melihat Danang yang mengatakan ingin terlibat dalam acara prank ulang tahun Resi. Mata Reca membulat sempurna saat Danang tahu masalah rumah tangganya.

Tidak ada jawaban selain kata "iya" pada Danang. Selain tidak tahu harus berkata apa, Reca juga ingin Danang segera pergi dari rumahnya. Ia ingin meminta penjelasan Dini tentang apa yang dikatakan oleh Danang. Sakit rasanya saat masalah yang ia bagi pada sahabatnya ternyata menjadi konsumsi yang lain juga.

"Din, kamu sama Resi kenapa ember sih? Bocor banget. Jahat ya kalian," ucap Reca dengan suara bergetar.

Tanpa melihat keadaan Reca, Dini sudah bisa memastikan jika Reca tengah menangis. Akan banyak sekali air mata yang mengalir di pipi tirus sahabatnya itu. Dini tidak mau menjelaskan semuanya melalui telepon.

"Kamu tenang dulu ya! Aku ke rumah kamu sekarang," ucap Dini.

"Gak perlu. Kamu pasti mau cari tahu lagi masalah aku terus nanti kamu ceritain lagi sama Danang, kan? Atau bahkan bukan cuma Danang ya? Siapa lagi? Teman sekolah kita dulu? Atau mungkin teman kuliah kalian?" tuduh Reca.

Dini menelan salivanya. Selama mengenal Reca, ini pertama kalinya Reca berteriak marah padanya. Meskipun hanya dalam panggilan telepon, tapi Dini sangat merasa sakit. Apalagi Reca menuduhnya ember bocor atas apa yang tidak ia lakukan sama sekali.

1
aca
awas aja leo berani main main ma ara
aca
istri lu terlihat cantik di mata orang woy leooo
aca
awas aja lu selingkuh leo tak santet lu
AngelKiss
Reca sama Resi namanya sedikit sama 😅
Zhree: wkwkwkw... iya takut ketuker..
total 1 replies
Septyan Rustyana
menarik
Zhree: makasih kak..
total 1 replies
Septyan Rustyana
semangat Thor
Zhree: siapp kak
total 1 replies
martiana. tya
kalo beloh kasih masukan, nanti part nya terlalu panjang, biar ngga terlalu jenuh. jangan yang terlalu lebay...

maaf ya

semangat
Zhree: oke kak siappp laksanakan
martiana. tya: maksud saya jangan terlalu panjang/Smile/, kalo sampai 200 kadang malah males baca
total 3 replies
AngelKiss
Semangat
Zhree: siaaapppp...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!