Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Tragedi Keluarga Zhang
Sudah tiga hari lamanya sejak pertrmuan Lin Tian dan tetua Zhang Heng sore itu, selama itu pula dia tidak pernah bisa tidur nyenyak karena perasaannya semakin tidak tenang dan cemas. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan keluarga Zhang apalagi Nona mudanya Zhang Qiaofeng.
Karena itulah setiap kali selesai berlatih dengan gurunya, Lin Tian berlatih sendiri di halaman belakang rumahnya. Dia melatih ilmu silat dari kitab-kitab di rak buku kamarnya.
Pagi itu Lin Tian sudah siap di tempat biasa untuknya berlatih besama Zhang Qiaofeng dan Zhang Jun. Dia mengenakan baju dan celana hitam, hanya di ujung lengan dan kerah baju saja yang berwarna merah, di pinggangnya terselip sebuah pedang pendek dengan gagang pedang berwarna ungu gelap dan sarung pedangnya berwarna hitam. Pakaiannya ringkas dan tidak terlalu mewah, memang seperti itulah pakaian seorang pendekar.
Tak lama kemudian Lin Tian merasakan ada hembusan angin tajam yang datang dari belakang mengarah ke tengkuknya. Dia hanya tersenyum tipis lalu dengan sedikit memiringkan kepalanya, benda yang mengancam tengkuknya tadi lewat disebelah kiri kepala dan menancap di sebuah pohon tak jauh dari tempatnya duduk.
'Crrap!!'
Melihat benda itu senyum Lin Tian semakin lebar, ternyata itu adalah sebuah senjata rahasia yang berbentuk pisau tipis dan tajam. Lin Tian tahu siapa pemilik senjata rahasia pisau itu, dia bangkit berdiri lalu menendang menggunakan tumit kaki kanannya sambil membalikkan tubuh.
"Hiiat....Bukk!!"
Terdengar suara benturan keras ketika kaki Lin Tian menghantam tangan penyerangnya yang ternyata adalah Zhang Qiaofeng, Nona mudanya sendiri. Setelah itu, Zhang Qiaofeng lalu melompat kebelakang dan kembali melemparkan beberapa pisau dari dalam lengan bajunya.
Ada tiga pisau yang gadis ini lempar, dua kearah mata dan satu kearah ulu hati. Lin Tian tidak terkejut, dia lalu menekuk sedikit kedua lututnya untuk menghindari lemparan pisau kearah matanya, kemudian dia mengulurkan tangan kirinya menangkap pisau yang mengarah ke ulu hati. Sedetik kemudian ia lemparkan pisau itu kembali kepada pemiliknya.
"Trrranngg"
Zhang Qiaofeng menangkis pisau itu dengan tangan kirinya yang sudah menggenggam sebuah belati andalannya. Kemudian gadis ini langsung melesat kearah Lin Tian dengan ujung belati tepat mengarah leher.
Memang berbahaya serangan ini, jika saja yang dilawan bukan Lin Tian mungkin saja belati itu sudah menembus leher sampai ke tengkuk. Namun lagi-lagi Lin Tian tidak tampak panik atau kaget, anak ini yang masih dalam posisi setengah jongkok langsung menggerakkan tangan kanan dan menangkap bilah belati itu dengan jari tengah dan telunjuk.
Zhang Qiaofeng nampak terkejut, dia hendak mencabut belati kedua menggunakan tangan kanannya akan tetapi sebelum gadis ini sempat mencabut belatinya, Lin Tian terlebuh dahulu menusuk ulu hati Zhang Qiaofeng menggunakan gagang pedang.
"Uhukk!!...uhuukk!!...ough!" Zhang Qiaofeng terhunyung kebelakang sampai tiga langkah sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Bagus!! bagus!!" Terdengar suara Zhang Jun yang ternyata sudah datang pula di tempat tersebut, kakek ini bangga melihat kepandaian beladiri kedua muridnya yang sudah bisa dianggap sangat hebat untuk anak seumuran mereka.
"Guru!" Menyadari kedatangan gurunya Lin Tian langsung menjura memberi hormat.
"Hebat Tian'er!! Dari pertukaran jurus tadi, aku bisa melihat jika kepandaianmu sudah meningkat pesat dari sebelumnya, apalagi dalam hal meringankan tubuh, saat ini kau tidak kalah jauh dari Nonamu."
"Hei Lin Tian!! bagaiamana gerakkanmu bisa secepat itu? kurasa beberapa hari lalu ilmu meringankan tubuhmu masih jauh dibawahku." Zhang Qiaofeng berkata tiba tiba sambil menudingkan telunjuknya kearah muka Lin Tian.
Lin Tian tidak menjawab perkataan Nona mudanya, anak ini hanya tersenyum tipis untuk menanggapi ucapan Zhang Qiaofeng.
Nelihat pengawalnya itu tidak menjawab pertanyaannya, Zhang Qiaofeng lalu mendengus sambil mengerucutkan bibirnya. Namun sedetik kemudian dia tertawa terbahak-bahak sampai membuat Lin Tian dan Zhang Jun terkejut.
"Bwahaha...bagus!! memang seharusnya begini!! Lin Tian berlatihlah dengan keras untuk bisa melampauiku. Dengar Lin Tian, kau harus menjadi jauh lebih kuat dariku agar bisa melindungi Nona mudamu ini, dengan begitu ketika aku sudah menjadi seorang istri keamanan keluarga dan anak-anakku nanti akan terjamin. Ini perintah dariku!!" Ucapnya dengan sinar mata menyala-nyala penuh semangat.
Lin Tian lalu menjura memberi hormat kepada Zhang Qiaofeng sambil berkata "Tentu saja Nona, tanpa anda perintahkan sekalipun saya bersumpah akan terus berlatih keras dan akan melindungi Nona beserta keluarga sekalian dengan taruhan nyawa."
"Hahaha....luar biasa!! Kiranya keluarga Zhang memiliki calon pendekar sejati yang berjiwa ksatria, dan pendekar itu adalah muridku!! Hahaha...!!" Zhang Jun tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata saking bangga dan terharunya dengan muridnya yang satu ini.
Zhang Qiaofeng hanya tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya setelah mendengarkan sumpah yang diucapkan oleh Lin Tian. Gadis ini percaya bahwa pengawalnya itu amat setia dan tidak akan pernah mengingkari ucapannya sendiri.
*******
Siang hari itu Lin Tian, Zhang Qiaofeng, dan Zhang Jun sedang duduk bercengkrama di bawah sebuah pohon sambil melepas penat setelah selesai latihan. Akan tetapi kegiatan mereka terpaksa berhenti akibat ada salah seorang pendekar keluarga yang lari tergopoh-gopoh menghampiri ketiganya.
"Tetua tolong...ada serangan!!" Pendekar ini berkata terengah-engah dengan tubuh penuh luka.
"Apa...!?? Siapa yang berani menyerang keluarga kita!?" Tanya Zhang Jun yang sudah bangkit berdiri dengan muka merah menahan marah.
"Saya tidak tahu tetua, tiba-tiba saja mereka menyerang anggota keluarga kita dengan membabi buta."
"Bajingan!!!"
Kakek yang biasanya selalu sabar dan ramah ini tak bisa lagi menahan kemarahannya setelah mengetahui berita mengejutkan yang disampaikan oleh pendekar tersebut. Kembali dia bertanya.
"Bagaimana dengan Tuan dan Nyonya?? Bagaimana keadaan orang-orang kita yang terdiri dari orang biasa dan bukan pendekar atau pengawal?"
"Nyonya saat ini sedang dilindungi oleh para pendekar pengawal elit dan untuk orang-orang yang bukan pendekar maupun pengawal sedang dilarikan menuju rumah pengungsian kita, sedangkan untuk Tuan besar....dia sedang bertempur mati-matian menghalau musuh bersama para pendekar dan para tetua keluarga Zhang."
"Sialan!!" Zhang Jun menggertakkan giginya sambil mengepalkan tangan hingga keluar darah. "karena kau sudah terluka, pergilah ke rumah pengungsian dan lindungi tempat itu!!" Sambungnya.
"Baik tetua" Orang itu memberi hormat lalu langsung berkelebat lenyap dari tempat itu.
Zhang Qiaofeng yang mendengar hal ini langsung berlari sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan pergi menuju kediaman kedua orang tuanya.
"Nona tunggu!!" Lin Tian tentu saja terkejut melihat Zhang Qiaofeng yang tiba-tiba pergi tanpa pamit itu. Tanpa berkata apa-apa lagi dia langsung lari menyusul Nona mudanya yang sudah lumayan jauh.
Begitu pula dengan Zhang Jun yang langsung berkelebat pergi menyusul kedua muridnya.
*******
"Aakkhh" Terdengar suara jeritan keras dari mulut Zhang An yang pundak kirinya telah tertebas pedang musuh.
"Hahahaha...!!" Si penyerang itu tertawa-tawa dan langsung menusukkan pedang di tangannya ke arah dada wanita cantik itu.
"Aarrrggghhhh!!!" Terdengar lengkingan panjang menyanyat hati, namun kali ini bukan keluar dari mulut Zhang An, akan tetapi lengkingan ini adalah jeritan kematian dari si penyerang tadi yang dada kirinya sudah ditembus tombak dari belakang oleh salah satu pengawal elit Zhang An.
"Nyonya!" Pengawal ini berseru panik dan juga kaget karena dirinya bisa sampai lengah hingga membuat Nyonya itu terluka.
"Huh...huh...aku tidak apa-apa...dimana...Feng'er?" tanya wanita ini lemah sambil memegangi pundaknya. Memang Zhang An adalah seorang wanita yang sangat cantik dan berbudi baik, namun tubuhnya sangat lemah dan rentan. Karena itulah dia tidak bisa berlatih ilmu silat dan saat ini Zhang An hanya bisa mengandalkan para pengawalnya untuk melindungi dirinya.
"Tapi Nyonya, luka anda-"
"Biarkan!! Kalaupun aku mati saat ini, setidaknya aku ingin menemui anakku satu-satunya untuk terakhir kali. Sekarang tolong bantu aku untuk mencarinya!" Perintah Zhang An memotong ucapan pendekar itu.
Pengawal itu hanya bisa menatap Zhang An dengan pandangan sedih dan prihatin, namun dia hanya mampu menuruti permintaan Nyonya itu. Segera ia perintahkan para pengawal yang lain untuk segera mencari keberadaan Nona muda Zhang Qiaofeng.
"Semuanya dengaarr!! untuk para pendekar pengawal elit tetap disini lindungi Nyonya besar!! dan untuk yang lain cari keberadaan Nona muda Zhang Qiaofeng dan bawa kemari, cepat!!" Teriak pengawal itu yang ternyata bertugas sebagai kepala pengawal keluarga Zhang.
Tapi belum sempat para pengawal itu bergerak tiba-tiba terlihat sinar-sinar kecil berkelebat kearah para penyerang.
"Nona muda" Ucap mereka kaget, namun juga lega karena melihat bahwa Nona muda mereka baik-baik saja.
Memang Zhang Qiaofeng lah yang melemparkan senjata-senjata rahasia tersebut. Dia sudah sampai di halaman belakang kediaman orang tuanya yang menjadi medan pertempuran bersama Lin Tian dan Zhang Jun.
Tanpa basa-basi langsung saja Zhang Qiaofeng menghampiri ibunya yang sedang terluka dan Lin Tian bersama Zhang Jun ikut menyerbu para penyerang yang berjumlah puluhan itu.
Ketika empat orang penyerang mengeroyok Zhang Jun dari depan, kakek sakti ini langsung mencabut pedang di pingganggnya dan menangkis setiap senjata yang menghampirinya.
"Trang-trang-trang-trang"
Terlihat empat buah golok yang sudah terlepas dari tangan pemiliknya melayang di udara. Empat orang itu terkejut, pasalnya hanya dalam sekali tebas saja senjata mereka sudah berhasil dilemparkan lawan.
Selagi keempat orang itu belum lepas dari keterkejutannya, Zhang Jun langsung memutar pedangnya dan menebas mereka satu persatu.
"Aarrggghh!!" Terdengar jerit kesakitan empat orang itu ketika pedang yang berada ditangan Zhang Jun berhasil mencabut nyawa mereka dari raganya. Setelah itu, kembali kakek ini mengamuk dan membabat para penyerang itu dengan pedangnya yang seperti selalu haus akan darah.
Sedangkan dipihak Lin Tian, anak ini juga menunjukkan kemampuan yang membuat para musuh merasa gentar. Karena tenaga dalam yang dimiliki Lin Tian sudah lumayan, akibatnya setiap pukulan dan tebasan pedangnya walaupun tak sanggup untuk membunuh lawan dalam sekali serang tetapi mempu menimbulkan luka yang terbilang cukup parah.
Sekali pukulannya mampu membuat tulang-tulang lawan patah atau hancur dan tebasan pedangnya mampu memotong senjata bahkan anggota tubuh lawan. Akan tetapi karena dirinya belum matang benar ilmu silatnya, akibatnya sebentar saja dirinya sudah terdesak hebat oleh terjangan para penyerang.
Yang membuat dia terdesak bukan hanya karena ilmu silatnya yang terbilang masih mentah tapi juga sebagai seorang pengawal apalagi seorang pengawal pribadi, Lin Tian tak bisa jauh-jauh dari Nona mudanya untuk melindungi gadis itu. Karena konsentrasinya terpecah akhirnya ia menjadi lengah dan tak dapat dihindari lagi, sebuah golok besar bergerak cepat hendak mencium lehernya.
"Trang"
Terlihat sebuah tombak menahan laju golok itu. Lin Tian tak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung saja dia menusukkan pedangnya kearah dada si pemilik golok.
"Jleeb...aakkh!!" Terdengar jerit kematian dan seketika langsung putuslah nafas si penyerang, tewas.
Ketika Lin Tian menolehkan kepalanya, ternyata yang menolongnya bukan lain adalah sang kepala pengawal. Ia lalu membungkukkan badan memberi hormat dan berkata "Terimakasih paman, karena kebaikan paman nyawa saya masih berada di tubuh ini."
Kepala pengawal itu hanya mengangguk dan menjawab "Ya, berhati-hatilah nak."
Setelah itu, kembali Lin Tian melakukan perlawanan membantu para pengawal untuk menghadapi musuh-musuh itu.
Di satu kesempatan Lin Tian berhadapan dengan seorang pria tinggi besar dengan brewok menghiasi dagunya. Pria itu bersenjatakan golok.
Lin Tian bertanding hebat hingga belasan jurus banyaknya dengan pria bergolok itu. Ketika pria itu membabat kaki Lin Tian bertujuan untuk memotong pahanya, Lin Tian tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia lalu melompat menghindari tebasan golok itu dan yang lebih hebat lagi ketika golok itu lewat tepat di bawah telapak kakinya, Lin Tian menginjak golok itu dan menjadikannya tumpuan untuk meloncat lebih tinggi lagi.
"Apa...!?" Pria brewok itu jelas terkejut. Karena tadinya dia meremehkan Lin Tian yang masih seorang bocah, dia sudah cukup kaget ketika Lin Tian mampu melayaninya hingga belasan jurus, dan sekarang dia dibuat lebih kaget lagi dengan gerakan luar biasa dari Lin Tian barusan.
Lin Tian melayang tinggi di udara bagai burung elang yang hendak menerkam mangsanya, pria brewok itu langsung saja menusukkan goloknya kearah Lin Tian yang masih terbang itu.
Dia berpikir jika Lin Tian sedang dalam keadaan melayang seperti itu, bocah ini pasti tak mampu untuk menghindari serangannya. Namun dia salah besar dan untuk ketiga kalinya dirinya di buat kaget oleh Lin Tian.
Saat Lin Tian ditusuk golok itu dari bawah, anak ini langsung menggerakkan pedang dan membenturkannya ke arah senjata musuh dengan pengerahan tenaga dalam. Ketika kedua senjata itu bertemu, golok pria brewok langsung pecah berkeping-keping, sedetik kemudian Lin Tian menggerakkan tangan kirinya dan mengirim pukulan jarak jauh ke arah kepala pria brewok itu.
Pukulan ini sungguh hebat, akibatnya pria brewok itu sampai mengeluarkan darah dari setiap lubang kepalanya, menjadi tanda bahwa dia telah mengalami luka dalam yang hebat di kepala.
Ketika Lin Tian berhasil mendarat di tanah, sedetik kemudian terdengar angin bersiutan dari kanan kiri. Itu adalah sebuah tebasan golok dan pedang yang bermaksud untuk memotong leher Lin Tian.
Melihat hal itu, ia lalu menekuk kedua kakinya dan merubah posisinya menjadi jongkok. Setelah itu ketika golok yang datang dari kanan menyambar, ia langsung menangkap pergelangan tangan orang itu dan menariknya untuk dijadikan 'perisai' dari terjangan pedang yang datang dari arah kiri.
"Crrookk...!! Aaahhh!!"
Pedang itu menebas punggung 'perisai', pria itu terkejut begitu juga dengan si 'perisai' yang tidak menyangka bahwa anak laki-laki yang berada didepannya menggunakan dirinya sebagai alat untuk menyelamatkan nyawa.
Belum selesai keterkejutan pria berpedang, tiba-tiba ada sebuah pedang yang datang dari depannya dan langsung menusuk ke arah ulu hati.
"Creep!!"
Tak dapat dihindari lagi, pedang yang ternyata adalah milik Lin Tian itu berhasil menusuk dadanya dan mencabut nyawanya. Karena memang posisi Lin Tian terlindungi oleh 'perisai' yang membuat anak ini tidak bisa dilihat oleh pria berpedang sehingga serangan pedang Lin Tian yang tiba-tiba terlambat untuk disadari oleh pria malang itu.
'Perisai' marah melihat rekannya berhasil dirobohkan oleh Lin Tian, akan tetapi sebelum dia sempat bereaksi Lin Tian sudah memukul dadanya dengan pukulan telapak tangan kiri yang mengandung tenaga dalam. Hancurlah jantung orang itu, terdengar pekik kesakitan lalu berkelojotan sebentar dan roboh tak bernyawa lagi.
|•BERSAMBUNG•|