NovelToon NovelToon
Aletha Rachela

Aletha Rachela

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Delima putri

Masa lalu yang kelam mengubah hidup seorang ALETHA RACHELA menjadi seseorang yang berbanding terbalik dengan masa lalunya. Masalah yang selalu datang tanpa henti menimpa hidup nya, serta rahasia besar yang ia tutup tutup dari keluarganya, dan masalah percintaan yang tak seindah yang dia banyangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Sayangnya Angkasa

Aletha memalingkan wajahnya, menyembunyikan senyum kecil yang mulai terukir di bibirnya. Dia merasa malu, tapi juga tersentuh dengan perhatian Dafit. Di saat yang sama, Dafit hanya memandangnya tanpa berkata apa-apa, memastikan gadis itu benar-benar baik-baik saja.

"Udah ya, kamu nggak usah nungguin aku terus di sini. Nanti malah kamu yang nggak masuk kelas," ujar Aletha sambil mengalihkan pandangan ke luar jendela.

Dafit menggeleng pelan. "Nggak masalah. Lagian aku juga udah izin sama guru. Aku bakal di sini sampai kamu beneran udah nggak apa apa."

Aletha meliriknya sekilas, lalu mendengus. "Kamu itu kayak bodyguard, tahu nggak?"

"Kalau aku bodyguard, bayaranku apa?" tanya Dafit, memasang wajah serius tapi nada suaranya terdengar bercanda.

Aletha memutar bola matanya sambil tersenyum kecil. "Halah, kamu cuma modal perhatian. Jangan harap dapet gaji."

Dafit tertawa pelan. "Yaudah, perhatian aja cukup. Selama kamu nggak sakit lagi, aku udah senang."

Aletha terdiam lagi, menatap Dafit dengan lebih serius kali ini. Dia masih belum terbiasa dengan perhatian yang begitu besar dari cowok itu, tapi hatinya tak bisa membohongi bahwa dia menyukainya.

"Angkasa..." Aletha memanggil pelan.

"Hmm?" Dafit menoleh.

"Aku janji bakal jaga diri lebih baik. Aku nggak mau bikin kamu khawatir lagi," ucap Aletha tulus, meskipun nadanya sedikit pelan.

Dafit menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. "Bagus. Tapi kalau kamu lupa janji itu, aku bakal selalu ingetin, sampai kamu bener-bener nurut."

Aletha mendengus pelan, tapi kali ini dengan senyum yang lebih tulus. "Dasar keras kepala."

"Ngomong-ngomong soal keras kepala, aku udah bilang belum kalau kamu juga salah satu juaranya?" balas Dafit dengan nada santai.

Aletha tertawa kecil. "Fine. Kita seri, oke?"

"Setuju," jawab Dafit sambil tertawa. Dia lalu berdiri dan merapikan selimut Aletha. "Sekarang istirahat. Jangan mikir yang aneh-aneh dulu."

Aletha mengangguk patuh, untuk sekali ini memilih tidak melawan. Dia tahu, di balik semua kata-katanya yang sering terdengar sarkastik, Dafit benar-benar peduli padanya. Dan itu sudah cukup membuatnya merasa lebih baik.

Di luar, matahari masih bersinar terik, tapi di dalam UKS, suasana terasa lebih hangat dengan kehadiran Dafit di sampingnya. Tanpa Aletha sadari, sebuah senyum kecil tetap bertahan di wajahnya sampai akhirnya dia terlelap kembali.

Dan Dafit, dengan sabar, masih duduk di sana, menjaga Aletha seperti biasa. Namun tiba tiba pintu uks terbuka dengan kasar, menampilkan dua gadis yang berwajah panik, dengan segera mereka menghampiri aletha diranjang. 

"OMGGG THATA LO KENAPA BISA PINGSAN SIHH? ADA YANG SAKIT NGGAK? PASTI LO LUPA SARAPAN KAN TADI." Aletha yang ingin tidur malah mendengar suara teriakan heboh teman, yaitu lala. 

"gilaa, jangan teriak teriak anjir lo nggak liat thata mau tidur malah kebangun gara gara teriakan lo yang kek toa masjid itu." omel rere. 

"Hehe ya maap, kebablasan soalnya." ucap lala sambil mengaruk rambut nya yang tidak gatal. 

rere dan aletha hanya bisa menghela napas dengan kelakuan teman nya yang satu ini. "kenapa bisa pingsan sih tha?." tanya rere. 

"gue tadi telat terus dihukum, dan karena buru buru gue nggak sempet sarapan, terus ya gini pingsan deh." jawab aletha. 

"Lhoo ada dafit jugaa, omagiattttttt." lala kaget baru menyadari dafit sedang duduk kursi samping ranjang aletha. 

"Dia yang tadi, nolongin gue laa." ucap aletha dengan sedikit rasa gugup. 

"iyadehhhhh, cieee makin deket aja, apa jangan jangan kalian udah jadian?." goda lala dengan mengedipkan matanya dengan centil.. 

"Emang." ucap dafit singkat. 

lala dan rere terkejut dengan apa yang barusan dikatakan dafit."WHATTTTTTTTTTTT."lala kembali berteriak dengan semua yang berada diuks menutup telinga. 

"Bisa nggak sih lo jangan teriak teriak kek gitu hah? lo gangu  pacar gue istirahat, kalo udah nggak ada yang penting lo berdua bisa pergi, biar gue yang jagain aletha." ucap dafit dengan menatap mereka tajam. 

"yaudah deh gue balik aja ke kelas, ayo laa." ajak rere dengan menyeret lala agar keluar dari uks dan tidak menganggu mereka berdua. 

"Disini aja la, re angkasa cuma bercanda kok." ucap aletha tidak enak pada kedua temannya. 

"nggak ada yang bercanda thata, mau tetep temen lo disini atau kita pulang biar lo bisa istirahat." tegas dafit menatap tajam pacarnya. 

"gue pergi aja tha lagian juga mau Bell masuk, cepet sembuh ya dannn lo utang penjelasan sama kita." ucap lala, lalu kedua gadis itu pergi dari uks dengan langkah terburu buru. 

Setelah pintu UKS tertutup, keheningan kembali memenuhi ruangan. Aletha hanya bisa menghela napas panjang sambil melirik Dafit yang kini terlihat sibuk merapikan selimutnya lagi.

"Kamu nggak harus segalak itu sama mereka, Ka," ucap Aletha pelan, mencoba menegur tanpa membuatnya tersinggung.

Dafit menoleh, menatap Aletha dengan ekspresi serius. "Aku cuma nggak mau kamu kelelahan lagi. Teman-teman kamu berisik, Thata. Mereka nggak sadar kalau kamu butuh istirahat."

Aletha memutar bola matanya sambil tersenyum kecil. "Mereka cuma khawatir kok. Lagian, Lala emang begitu orangnya, suka heboh sendiri."

Dafit mengangguk tipis, meski wajahnya tetap menunjukkan sedikit kekesalan. Dia duduk kembali di kursi, menopang dagu dengan satu tangan sambil menatap Aletha. "Ya, aku ngerti. Tapi aku tetap nggak suka kalau ada yang bikin kamu nggak nyaman."

Aletha terdiam sejenak, memandangi cowok itu dengan perasaan campur aduk. Rasanya aneh sekaligus menyenangkan melihat seseorang begitu peduli padanya hingga sebegitunya. Dia tak pernah membayangkan ada seseorang yang akan menjadikannya prioritas seperti ini.

"Angkasa..." Aletha memanggilnya pelan, dengan suara yang nyaris berbisik.

"Hmm?" Dafit menoleh cepat, seperti siap merespons apapun yang akan dia katakan.

"Terima kasih, ya," ucap Aletha dengan tulus, meski wajahnya sedikit memerah.

Dafit mengangkat sebelah alis. "Buat apa? Aku cuma ngelakuin apa yang aku mau."

Aletha tersenyum kecil, matanya mulai terasa berat karena kantuk. "Buat semuanya. Buat nggak ninggalin aku sendirian, meskipun aku kadang nyebelin."

Dafit tertawa kecil, suaranya terdengar lembut di telinga Aletha. "Kalau nyebelin itu alasan buat ninggalin, aku udah kabur dari dulu."

Aletha memutar bola matanya. "Dasar. Kamu ini suka banget ngejek, ya."

"Kan cuma fakta," balas Dafit sambil menyunggingkan senyum nakal. Tapi tak lama kemudian, nada suaranya berubah menjadi lebih serius. "Aku nggak bakal ninggalin kamu, Thata. Jangan pernah ragu soal itu."

Kata-katanya membuat Aletha tertegun. Ia tak tahu harus berkata apa. Yang jelas, ada sesuatu yang hangat menjalari hatinya. Ia hanya bisa mengangguk pelan, menyembunyikan perasaannya yang perlahan tumbuh semakin kuat.

Dafit menyesuaikan posisi duduknya, matanya masih terpaku pada Aletha yang kini mulai terlihat mengantuk. Dia meraih selimut dan menyesuaikannya lagi agar tubuh Aletha tetap hangat.

"Udah, tidur aja. Nggak usah mikirin apa-apa dulu," bisik Dafit sambil menepuk pelan punggung tangannya.

Aletha mengangguk, matanya mulai terpejam perlahan. Sebelum benar-benar terlelap, ia sempat mendengar Dafit berkata pelan, nyaris seperti bisikan yang hanya untuk dirinya sendiri.

"Semoga kamu tahu, aku nggak cuma peduli. Aku juga sayang sama kamu tha."

Aletha tak tahu pasti apakah itu nyata atau hanya halusinasi karena kantuknya, tapi kata-kata itu menggema di dalam benaknya. Membuat sudut bibirnya melengkung dalam senyuman kecil, bahkan di tengah tidurnya.

Di sisi lain, Dafit tetap setia duduk di sana, memastikan Aletha tidur dengan tenang. Di dalam hatinya, ia merasa lega telah mengungkapkan sedikit dari apa yang selama ini ia pendam. Meski belum secara langsung, setidaknya ia tahu perasaan itu nyata, dan hanya untuk Aletha.

1
Febrianto Ajun
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
Hitagi Senjougahara
Boss banget deh thor, jangan lupa terus semangat nulis ya!
Dear_Dream
Senang banget bisa menemukan karya bagus kayak gini, semangat terus thor 🌟
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!