Hati Bella merasa terus tersiksa, pernikahannya tidak mendatangkan kebahagiaan dalam hidupnya, ia mencoba kabur tapi...
BRUK...
Tubuh Bella terbanting ke lantai hingga membuatnya jatuh pingsan.
Beberapa bulan kemudian ia kembali bertemu cinta pertamanya dan akhirnya menikah dan hidup bahagia namun, semua tidak berlangsung lama ketika Bella sepenuhnya telah kembali ke dunia gelap, ia dihadapkan ego besar setelah penghianatan suami keduanya.
Akankah pernikahan mereka akan baik baik saja? lalu bagaimana kisah selanjutnya Bella?
Dan rahasia mengerikan apa di balik sosok Bella?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oktavianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nijima
Bella memandangi sekitar, tidak ada yang menarik selera makannya kali ini.
"Mau beli yang mana sayang?." Kata Mas Shaka, dia tampak duduk sembarang.
"Nggak ada yang aku pengenin, gimana kalo kita balik lagi ke stand yang pertama" Ucap Bella sambil tersenyum.
"Haaa?.''
Mas Shaka tampak kelelahan, ia sudah berkeliling seharian mengantar sang istri hanya untuk mencari cemilan. Kehamilan sekarang sangat berbeda dengan kehamilan si kembar, Bella lebih manja, lebih sensitif dan juga acara ngidam yang tidak ada habisnya.
"Makasih yaa... ." Ucap Bella, ia mengunyah kebab sambil menikmati perjalanan pulang di mobil.
"Iyaa Bumilll... ."
Waktu terus berjalan, tidak terasa kehamilan Bella memasuki trimester ketiga, Ayah dan Ibunya mendesak untuk melahirkan di jepang.
Awalnya Mas Shaka dan pihak mertuanya tidak setuju, sehingga menjadi perdebatan yang rumit.
"Ibu nggak setuju, Nak Bella ke Jepang, toh, disini jauh lebih baik." Jelas ibu mertua.
Bella berulang kali menjelaskan bahwa orang tuanya telah menunggu di Jepang, dan mereka sangat berharap sang cucu bisa lahir di sana sekalian melepas rindu dengan Gevan dan Edgar.
"Iya, Bella, nurut apa kata Ibu." Kata Mas Shaka.
"Iya Nak Bella, kalo mereka yang rindu ya tinggal terbang saja ke sini." Imbuh sang Ibu.
Bella memejamkan mata sedikit manarik napas. Dia lelah selama dua bulan terus berdebat, pihak Mas Shaka merasa bahwa mereka bisa mengurus Bella dengan baik.
"Bu, Mas Shaka... Bella izin istirahat ya." Kata Bella.
Tanpa menengok kebelakang ia berjalan pergi ke kamar, duduk sambil meraih ponselnya. Dia berbincang bincang dengan kedua orang tuanya, mereka berdua sedikit kecewa mendengar penjelasan sang putri.
Malam harinya Bella melamun di meja makan, ia tidak nafsu makan, tangannya hanya memutar mutar sendok.
Anak anak sudah lebih dulu tidur, suasana hening menemani dirinya. Bayi dalam kandungannya terus menendang, tangannya mengelus lembut.
"Gomen nasaii, mama tidak nafsu makan malam ini." Kata Bella.
Hari hari berikutnya Bella tampak tak bersemangat, hanya menghabiskan waktunya untuk tidur, membiarkan anak anak di asuh oleh Bu Sundar.
"Non, apa nggak mau makan dulu." Ucap Bu Sundar mengetuk pintu.
Dirasa tidak mendapat jawaban, ia kembali ke sisi anak anak, menemaninya makan siang.
"Mama sakit?." Tanya Edgar.
Bu Sundar agak bingung memberi tahu tapi kemudian mengiyakan pertanyaan Edgar.
Keduanya memang lebih tenang dan teratur semenjak sang mama mengandung adik mereka. Keduanya juga senang mengusap dan mendengarkan perut sama mama.
Seminggu berlalu, hubungan Mas Shaka dan Bella bagai bersalju, ia tegas tidak memperbolehkan Bella pergi, masih dengan keputusan yang sama.
Bella dengan kondisi hamil begitu sensitif, ia menangis di kamar sampai di hampiri kedua anaknya, mereka menghibur dengan memberi cemilan mereka untuk sang mama.
"Peyuk."Kata Gevan.
Gevan memeluk di susul Edgar yang menghapus air mata sang mama.
Malam harinya Mas Shaka pulang, ia mendapati kedua anaknya tidur bersama Bella, tidak seperti biasanya. Edgar terbangun, ia sedikit kaget dengan suara tas yang di taruh.
Mas Shaka kemudian menggendong dirinya, membawanya keluar kamar, Edgar meminta sang Ayah untuk membuatkan susu untuknya, Edgar juga bercerita bahwa sang mama terlihat sedih, dan tidak bermain dengan ceria bersama dia dan sang kakak.
"Mama cedih." Kata Edgar.
"Mungkin karena Mama lagi kecapean." Balas Mas Shaka.
Setelah menghabiskan susu, Edgar kembali ke kamar tidur seperti semula, sambi memeluk sang mama.
Cerita Edgar sedikit membuat Mas Shaka merasa bersalah, tapi ia ingin Bella tetap di sisinya.
Keesokan harinya Bella jatuh sakit, ia akhirnya di bawa ke RS, Mas Shaka juga Bu Sundar juga ikut, begitu juga dengan anak anak.
Di balik sakit Bella ternyata ia menyimpan sesuatu, satu anak buahnya di laporkan tewas sehari sebelumnya, ini merupakan pertama kalinya baginya, membuatnya merasa bersalah dan sedikit terbebani, peristiwa ini juga tentunya menandakan bahwa akan ada masalah lain yang sedang menanti.
Keadaannya sekarang hanya bisa berbaring, di kelilingi orang orang sekitar yang tampak khawatir. Sekitar jam sepuluh malam, Tuan Hijita telah berada di Rumah Sakit, ia meminta izin pada Mas Shaka dan keluarganya untuk membawa Bella terbang ke luar negri.
Hal itu langsung di tolak, Bella sedang terbaring sakit tapi tiba tiba Tuan Hijita datang menjemput. Anak anak juga tampak ketakutan ketika pertama kali melihat Tuan Hijita, yang merupakan kakek mereka.
Bella kemudian mencoba bangun, hal itu di sadari Mas Shaka yang langsung membantunya.
"Biarkan Bella pergi." Kata Bella, ia memegang tangan suaminya.
Disusul Tuan Hijita yang memohon dengan tulus, keadaan Bella dan Tuan Hijita saat ini memang tidak di ketahui oleh Mas Shaka dan keluarganya, bahwa saat ini mereka dalam keadaan genting.
"Tunggu, ada apa ini sebenarnya?." Kata Ibu mertuanya, yang mulai bingung.
"Saya mohon untuk izinkan membawa Bella pergi, begitu juga dengan kedua cucu saya."
Pintanya.
"Ada apa kenapa mendadak, Bella sedang dalam keadaan sakit." Jelas Ibu mertuanya.
Tuan Hijita bisa saja langsung merebut Bella dan cucu cucunya untuk pergi tanpa harus memohon, tapi untuk menjaga hubungan ia meminta dengan cara memohon.
Tuan Hijita tidak bisa menjelaskan apapun, ia hanya akhirnya beralibi jika sang istri sedang sakit di Rumah Sakit juga, dan dia menginginkan kehadiran sang putri.
Ternyata alasan itu di terima pada akhirnya, namun dengan satu syarat harus menunggu Bella pulih.
Tuan Hijita hanya bisa mengiyakan, meski keadaan sudah mendesak.
Pagi harinya keadaan Bella semakin memburuk, Tuan Hijita kemudian mendekat pada tubuh Bella.
"Kenapa?." Tanya Tuan Hijita.
"Hiks.. bagaimana aku menjelaskan pada istrinya." Ucap Bella, ia sesenggukan.
Tuan Hijita memeluk, sebagai seorang ayah ia tau bahwa sang putri memang memiliki tanggung jawab berat, kali ini ia seperti kehilangan satu anggota keluarga.
Ninji adalah laki laki ia pungut dari gang sempit kota, ia sedang dirundung beberapa anak seusianya tanpa perlawanan, Bella muda saat itu sedang merokok sambil menikmati pemandangan tersebut dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Salah satu pelayan yang menemaninya begitu geram dengan kejadian tersebut ia berniat membantu.
"Jangan!." Perintah Bella muda.
Sebagaimana pelayan, perintah majikan adalah mutlak. Ia hanya bisa melihat dari kejauhan sama seperti sang majikan.
"Untuk apa kita membantu orang, ketika dia sendiri tidak berusaha menolong dirinya sendiri." Kata Bella muda sambil menyalakan satu putung rokok.
Kata kata dari sang majikan membuat dirinya mengerti akan satu hal, mereka mengamati sekitar lima belas menit Nijima si culun mulai memberikan perlawanan dari situlah Bella memberi isyarat pelayanannya untuk membantu.
Sejak pertemuan itu Nijima menjadi tak terpisahkan dengan Bella, keduanya seperti saudara.
Dan oleh karena itu ia menjadi begitu terpukul, terlebih lagi istri Nijima juga sedang hamil muda.
Maka dari itu untuk saat ini tempat paling aman adalah Jepang. Selain untuk balas dendam, mereka juga harus bersembunyi dari kejaran musuh.