Simon adalah remaja berusia 16 tahun yang mempunyai pacar bernama Maria.
mereka sudah pacaran selama 3 tahun. ya, sejak SMP sampai saat ini. seluruh murid sekolah Bina Bangsa sudah tidak asing lagi dengan pasangan ini. bukan pasangan yang romantis sebenarnya namun mereka berdua sama sama berprestasi.
Simon yang pandai dalam berorganisasi dan calon ketua osis, sedangkan Maria yang berprestasi di bidang olimpiade sains.
Mari kita ikuti kisah cinta mereka disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Akhir SMP
Support aku ya semuaaa...
Ditunggu Like dan komennya .
Mohon maaf jika alurnya membosankan. Hehe..
Karena memang cerita ini konfliknya tidak terlalu berat.
...****************...
Hufttt..
Maria menghembuskan nafasnya pelan.
"cape sekali.."
Drttt drtt...
"ya pa?"
"dimana kamu?"
"masih di sekolah pa, bentar lagi pulang. Mang Pian suruh jemput sekarang aja"
"Simon yang jemput aja. sekalian dia juga mau ke rumah."
Maria tersenyum senang.
"oke."
Tak lama kemudian, dia sudah berada diparkiran menunggu sang kekasih yang kata ayah nya akan menjemputnya.
"oy Mar!! Kok belum pulang?"
Sapa seorang gadis berambut ikal. Naya namanya, salah satu teman les Maria.
"hai Nay, iya nih nunggu jemputan. lo sendiri gimana?"
"Masih ada les jam 2 nanti, jadi sekarang mau keluar dulu buat nongkrong terus lanjut les."
"dijemput siapa?" Naya menghempaskan dirinya duduk disamping Maria.
"kak Mon," Maria tersenyum manis.
"cieee tumben ga dilarang papa lo"
"hihi aku juga ga tau, kata papa sekalian kak Mon juga mau ke Rumah. Jadi suruh jemput aku dulu. Eh Nay, gimana tadi ujian?"
"seperti biasa sih. Cuma lo aga keteter ga sih Mar? Secara kan lu hampir 2 bulan tuh persiapan IMO. trus pelajaran lain kan pasti ketinggalan. Gue aja yang cuma olimpiade provinsi rasanya cape banget ngejar belajar mapel lain."
"iya sama. gue kemarin sampe setres banget ngafalin IPS. mana kak Mon juga pesen beberapa desain yang udah mau deadline. Untung aja barusan keluar soal ga terlalu susah jadi ya gue pede sih bisa juara umum semester ini."
"gue kira gue aja yang setres wkwkw.. Tapi kalo gue lebih ke setres ngafalin informatika sih, coding coding gilaa pusing banget deh"
Tintin..
Suara klakson sebuah Mobil Fortuner putih menghentikan obrolan mereka.
Mobil itu berhenti trpat didepan Maria. jendela kacanya terbuka menampakkan Simon yang tersenyum dibalik kemudi. Mria tercengang selain karena melihat Mobil yang di gunakan bukan mobil yang biasa dipakai untuk Simon ke Sekolah, namun juga karena kaget ternyata sang kekasihlah yang mengemudikan mobil tersebut. Selama ini ia tidak tau kalau Simon bisa menyetir.
"lohh kak Mon? Kok nyetir?"
Simon tersenyum kembali.
"yuk masuk. hai Nay.."
"hh..ai kak. " Jawab Naya gelalapan. 'gila kok makin keren sih? Bikin salting aja. Uuuh sadar Naya sadar itu cowo temen lo!!!'
" Nay. Duluan ya, semangat lesnya!!"
Naya mengangguk seraya melmbaikan tangan.
"Kak?" Maria masih terheran-heran.
"Selama kamu karantina IMO aku belajar nyetir, dan minggu lalu papa beliin aku mobil ini."
"SIM nya baru keluar, jadi aku baru bisa pakai." jelas Simon.
Maria masuk, namun ia kaget ketika ada seseorang yang berdehem di jok belakang.
"ekhm.."
"eh?"
"aku bawa Rafi, temen Badminton aku. yang waktu itu aku ceritain. Kita mau latihan bareng sama papa kamu."
jelas Simon.
"hmm pantesan tumben papa minta kamu jemput."
"halo gue Rafi."
"eh.. Hai. Maria" maria menangkupkan kedua tangannya ketika Rafi mengulurkan tangan.
Rafi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sedangkan Simon menatap Rafi penuh peringatan.
...****************...
Sesampainya di rumah, Maria langsung masuk kedalam kamarnya. Ia bilang mau menyelesaikan desain jaket angkatan yang dipsan Simon.
"Om booking jam 2 gor nya. Jadi sambil nunggu kita disini dulu aja. Tidak apa apa kan nak Rafi?"
Rafi mengangguk.
"iya om. tidak apa apa"
"jadi, kamu yakin mau main rangkap ganda dan tunggal?"
"iya om, mendadak teman ku yang di ganda cedera. Ga mungkin dipaksakan main."
"Memangnya teman kelas yang lain ga ada yang bisa ikut ? bukannya sekelas ada 20 orang?"
"yang ikut Badminton cuma 8 orang Om" Rafi menimpali.
"untuk beregu kita ga akan target juara, karena kita tau ada kelas lain yang lebih jago dari segi komposisi pemain. Jadi kita akan ngejar perorangan aja. Itu juga ga bisa langsung ngasih target karena harus liat draw."
Brian mengangguk.
"Pa. Aku pergi dulu ya. Mau ke rumah Shani. Ada barang yang harus ku ambil.."
Tiba tiba Maria datang serasa mengecup pipi ayah nya.
"suruh Shani yang antar. Papa ga izinin. Besok kamu ujian Matematika kan? belajar yang benar,"
Maria memutar bola matanya kesal. Selalu seperti ini.
"Papa lupa aku gold medal IMO? soal IMO aja aku bisa loh pa apalagi soal ujiannya.."
"jangan sombong kamu, jangan takabur. Walaupun kamu sudah juara olimpiade internasional tetap saja kamu cuma siswa kelas 9 yang besok mau ujian. Persiapkan dengan baik. Atau peringkat kamu bisa aja turun karena kesombongan kamu sendiri."
maria merenggut.
"Nih! Papa telpon Shani dan bilang kalo Papa ga izinin aku!!"
Maria memberikan HPnya.
"Halo Shani, Om ga izinin Maria pergi hari ini. Ada Pacarnya lagi ngapel"
Ucap Brian setelah telponnya terhubung.
"Papaa!!" Maria buru buru merebut HPnya. Sedangkan Simon tersenyum kecil dan Rafi melongo tak menyangka. Barbar sekali ayah Maria pikirnya.
"engg.. Bohong Shan, Papa ngawur."
".............."
"yaudah kirim pake gosend aja deh Shan. Aku tunggu ya. Bye."
Maria menatap ayahnya kesal.
"Papa apaan sih?"
Brian tertawa. Diikuti Simon dan Rafi.
Maria menghentakkan kakinya dan berjalan menuju kamarnya. Menuruti perintah sang ayah untuk belajar.
...****************...
walaupun dengan penuh drama, akhirnya ujian akhir semester itu berakhir. Maria kembali mendapatkan juara umum angkatannya.
Bahkan baru semester 1 tapi Maria sudah mendapatkan banyak sekali tawaran untuk bersekolah di sekolah internasional.
semua brosur itu ia terima dan masukan kedalam satu map. Untuk di serahkan kepada ayahnya.
...****************...
Tinggalin jejak kalian ya. Biar aku semangat upload.
1 like sangat berarti untuk penulis abal abal ini