Dusk Till Dawn
Bella terdiam ia menujuk arah jendela sambil menghela nafas panjang.
"Hujan-". Gumamnya.
Laki laki disebelahnya segera melihat ke arah jendela, ia memastikan ucapan istrinya.
"Terus mau bagaimana?", laki laki itu menatap tepat di wajah sang istri, "gimana kalo kita tunggu sampe jam tiga kalo hujan reda kita jadi belanja".
Sang istri hanya mengangguk, ia kembali duduk dengan wajahnya yang terlihat muram.
"Bha ha ha ha."
Suaminya tertawa meledek wajah Bella, ia juga diam diam memotret wajah istrinya, karena baginya dia sangat menggemaskan ketika cemberut.
"Aduhhh... Loh malah nyubit, awas kena cium!."
Bella berlari menghindari suaminya yang mengancam akan mencium, memang sudah kebiasaan Bella mencubit pipi sosok laki laki yang telah ia kenal lebih dari 8 tahun lamanya.
HAP
Tubuh sintal Bella berakhir di pelukan sang suami, setelah dua kecupan manis mendarat dibibir Bella mereka berakhir di atas ranjang yang nyaman dan hangat. Keduanya bercengkrama beriringan dengan suara rinai hujan.
Waktu menunjukkan pukul 14.00 Wib, hujan mulai sedikit reda. Bella melihat suaminya masih terlelap, ia bangkit menuju kamar mandi tapi sebelum itu sejenak ia mengintip dari balik jendela kamar menerka jika kemungkinan hujan akan reda, hatinya begitu senang tidak sabar ingin pergi berbelanja.
Dikamar mandi ia baru menyadari sesuatu, ia sudah telat datang bulan selama satu minggu. Mungkin karena ia menikmati masa pengantin baru yang terlalu manis sehingga tidak menyadarinya.
"Aku telat datang bulan seminggu, bilang Mas atau nggak ya, eh tapi ini baru seminggu aku bilang lain waktu aja deh", ucapnya lirih.
Bella kembali ke kamar, ia tidak mendapati suaminya, tapi samar samar terdengar gemercik shower, ia tersipu tau suaminya sedang mandi.
Di kamar memang tersedia kamar mandi sekaligus tapi Bella belum terbiasa dan memilih kamar mandi tamu, ia lebih nyaman dengan kamar mandi yang tidak begitu luas.
Ceklek tap... tap...
Suaminya keluar dari kamar mandi, tubuhnya setengah telanjang dada menghampiri Bella.
"Kenapa nggak bangunin Mas Shaka?", tanya suaminya, Bella hanya tersenyum ia tidak menjawab apa apa.
"Mas, hujan reda lohh."
Wajah Bella berbinar, ia tidak sabar menunggu jawaban Mas Shaka menyuruhnya segera bersiap siap. Ia ingin menghabiskan malam minggu ini hanya berdua, Bella juga dibuat sibuk ingin memilih baju, ia ingin mengenakan pakaian yang cocok dan serasi.
Cup
Satu kecupan mendarat di kening Bella, "ya udah sayangku siap siap, Mas juga ganti baju dulu." sambungnya.
Mereka akhirnya tiba disebuah pusat perbelanjaan, Bella terlihat begitu antusias mengambil troli belanja, ia bersiap berbelanja.
"Mas aja yang dorong ya."
"Bella aja deh, Mas bantu nanti." Pinta Bella yang langsung disetujui suaminya.
Dimata Shaka, sosok Bella terlalu mandiri sebagai istri. Ia tau hidupnya keras selama ini, dia juga banyak mengesampingkan hal hal yang ia butuhkan dan sukai. Sebagai suami Shaka berusaha mencukupi segala kebutuhannya, ia tidak ingin Bella khawatir tentang hari esok.
Bella adalah cinta pertama Shaka dan cinta terakhir baginya.
"Mas boleh aku beli yang lebih mahal dari waktu itu?", tanya Bella, ia menunjukan harga dari merk coklat.
"Boleh sayang, gimana kalo habis ini kita makan soto ayam ya, kamu mau kan?." Tanya Mas Shaka.
Bella mengangguk tanda ia setuju, tapi dalam hatinya ia sedikit ragu apakah dia masih bisa memakan daging ayam, mengingat tiga tahun belakangan setiap memakan daging ayam ia terus menerus muntah.
Akhirnya Bella selesai berbelanja, dibantu Mas Shaka ia membawa belanjaannya menuju parkiran motor.
Mereka melanjutkan perjalanan berikutnya ke penjual soto ayam tidak jauh dari pusat perbelanjaan, kebetulan ketika datang tempatnya sedang tidak ramai pengunjung, hanya ada mereka berdua.
Bella sedikit grogi ketika Mas Shaka mulai memesan, Bella menunjuk menu minuman es jeruk ketika suaminya memesan.
"Soto dua porsi, es jeruk dua, Pak."
"Tunggu sebentar nggih, Mas." Ucap Pak penjual.
Dengan lihai laki laki paruh baya itu meracik pesanan kami berdua, Bella mulai sedikit khawatir, ia takut tidak dapat memakan soto ayam tersebut. Tapi ia juga tidak mampu menolak ajakan Mas Shaka. Ingatannya terlempar pada terakhir kali ia mencoba memakan sup dengan sedikit potongan ayam, baru satu suap ia sudah lari ke wastafel dan muntah.
Pesanan datang tidak lama, penjualnya sangat ramah, ia juga tampak sesekali mengobrol dengan Mas Shaka, tapi dalam bahasa Jawa halus, Bella tak terlalu memahami meskipun ia juga orang Jawa.
"Monggo Mas.. Mba.. sotonya."
"Nggih, Pak." Balas Mas Shaka.
Mas Shaka mendekatkan seporsi soto dan es jeruk di hadapan Bella.
"Bismillah... ."
Mas Shaka sudah lebih dulu makan, Bella masih menyeruput es jeruk ditangannya.
"Kenapa belum mulai makan sayang?." Tanya Mas Shaka merasa heran.
"Iya, mmm ini haus jadi minum dulu... ." Jawab Bella coba beralasan.
Mas Shaka menyodorkan satu suapan pada Bella, ia terkejut, tapi dengan alami Bella membuka mulut menerima suapan dari suaminya.
Hap...
Bella memejamkan mata sembari mengunyah. Dia diam sejenak, dia pikir dia bisa memakan soto di depannya tanpa merasa mual, dan ternyata memang bisa.
"Enak kan?," tanya Mas Shaka sembari merapikan rambut Bella.
"Enak.. enak.. ."
Bella berhasil menghabiskan semangkuk soto ayam di depannya tanpa muntah. Dia pikir dia akan baik baik saja namun, dalam perjalanan pulang ia mendadak pusing, perutnya mual karena sepintas ia terbayang potongan daging ayam di dalam mangkok tadi.
Ia memeluk erat tubuh suaminya, tapi ia sudah tidak tahan, mual diperutnya sudah sampai di tenggorokan.
"Mas.. mas.. berhenti sebentar bisa?." Pinta Bella, ia sudah tidak tahan lagi.
"Kamu kenapa?."
"Buruan berhenti, Mas!."
Mas Shaka mencari tempat teduh dibawah pohon untuk berhenti, dengan cepat Bella mengambil posisi jongkok.
Huekk... Huekk.. Huekk...
Mas Shaka panik, ia mencoba membantu memijat bahu Bella. Ia menengok di sebrang jalan ada warung kelontong untuk membeli air mineral.
"Kamu tunggu sini Mas cari minum dulu yaa!."
Mas Shaka menuju ke sisi jalan tempat warung kelontong tersebut, setelahnya bergegas kembali ke sisi isterinya menyodorkan sebotol minuman untuk menenangkan Bella.
Wajah Bella langsung pucat, ia berubah dari yang tadinya begitu ceria mendadak seperti orang sakit.
Bella meminum minuman yang disodorkan Mas Shaka.
"Kamu nggak apa apa kan?", tanya Mas Shaka khawatir, "kita ke dokter ya sayang?."
Bella menggelengkan kepala.
"Mas, kita pulang aja nanti juga baikkan." Ujar Bella menenangkan suaminya yang terlihat panik.
"Beneran sayang kamu gak papa?." Tanya kembali Mas Shaka memastikan, tangannya mengelus rambut panjang Bella.
Bella mengangguk, kepalanya terasa pusing. Tanpa bertanya lagi, Mas shaka memapah isterinya menuju motor.
Di dalam perjalanan pulang Bella merasa bersalah kepada Mas Shaka, ia begini bukan karena sakit atau keracunan makanan seperti dugaan suaminya.
Ini adalah sebagian trauma yang belum enyah dari hidupnya.Trauma itu nyata adanya terutama bagi Bella, hatinya terasa tercabik kembali hanya karena masakan dengan taburan daging ayam. Cukup sesederhana itu untuk membuatnya menangis dalam batin kali ini.
Tangan kiri suaminya terus memegang tangan Bella agar tetap memeluknya memastikan Bella tetap aman selama perjalanan.
"Sabar ya sayang sebentar lagi kita sampai." Ucap Mas Shaka menenangkan Bella.
Bella tau suaminya yang perhatian pasti begitu khawatir, Mas Shaka juga menawarkan kembali agar pergi ke dokter, tapi Bella menolak ia hanya ingin pergi ke kamarnya dan istirahat.
Bella merasa tidak enak atas kejadian ini.
Tapi Bella juga bingung bagaimana ia menjelaskan hal ini pada suaminya dirumah. Dia tidak sakit ataupun keracunan makanan, ini adalah bentuk reaksi tubuh atas trauma yang pernah ia alami.
Beranjak ke dua tahun lalu, saat itu Bella sedang menangis di sudut ruangan, seseorang melempar kresek berisi satu kilogram ayam mentah yang jatuh tepat di hadapannya.
"Nggak usah pura pura nangis!!, tuh makan ayamnya sekalian kreseknya, jijik banget loh !."
Sosok tersebut berbicara dengan nada intimidasi. Bella hanya diam, tapi tangisannya sebenarnya menjadi jadi, ia begitu kecewa diperlakukan demikian hanya karena mengatakan ingin sepotong ayam.
Bella bukan tidak tau keadaan, ia hanya mengikuti saran bidan untuk lebih banyak mengonsumsi daging ayam.
Dan satu kilogram ayam tersebut terus diungkit oleh sosok tersebut bersama keluarganya.
Sejak saat itu tubuhnya menolak masakan apapun yang memiliki komposisi daging ayam, sekalipun kejadian itu sudah termakan waktu tapi luka hatinya tidak kunjung hilang termakan waktu jua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Bowo
wau sangat unik dan seru cerita nya
2024-11-28
0