Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32 Wanita Simpanan
" Dari pada nungguin pak Ardan lama mending keluar deh buat ngilangin jenuh." gumam Rani.
Namun baru saja membuka pintu wajahnya terlihat menegang antara ingin menghindari atau tetap berada disana.
Rani terpaku saat melihat wajah Arman,bukan tidak ingin bertemu namun Rani merasa belum siap untuk bertatap muka secara langsung dengan mantan ayah mertuanya.
" Rani,ayo ikut papah!" tanpa basa-basi Arman menarik tangan Rani,dengan terpaksa Rani mengikuti kemana langkah kaki Arman membawanya.
Sesekali Rani menoleh ke belakang berharap Ardan atau seseorang datang menyelamatkannya.
" Pah Rani mau dibawa kemana pah,nanti pak Ardan cariin Rani pah."lirih Rani sembari berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Arman.
Arman pura-pura tidak mendengar,bahkan ayah dari mantan suami Rani itu memepercepat langkahnya untuk menggapai lift.
Setelah berada didepan pintu lift Arman membawa Rani masuk dan menekan tombol lantai paling atas gedung tersebut.
Kurang dari 5 menit Rani dan Arman sudah sampai rooftop.
Angin berhembus begitu kencang diatas bangunan pencakar langit itu.Arman sedikit menghentakan tangan Rani hingga membuat mantan istri Langit merasakan sakit dibagian pergelangan tangannya.
Arman berjalan maju dan duduk disebuah bangku yang terdapat disana,menatap hiruk pikuknya jalanan dibawah sana ditengah teriknya matahari.
Berkali-kali Arman menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
Laki-laki yang berusia 50 tahun itu menatap tajam ke arah Rani.
Rani terlihat bingung dengan sikap mertuanya yang mendadak berubah.
Arman yang dikenal sangat lembut dan penyayang mendadak menjelma seperti seekor harimau lapar yang siap menerkam mangsanya.
" Rani!" Suara Arman terdengar berat tak seperti biasanya.
" Iya pah,papah apa kabar? Bagaimana dengan mamah,mamah baik-baik saja?" Rani berusaha mencairkan suasana meskipun hatinya diliputi kegelisahan apa lagi melihat sikap Arman yang benar-benar terlihat sangat berbeda.
" Tidak jauh lebih baik dari kamu." Sindir Arman.
Deg
Degup jantung Rani seakan berhenti berdetak mendengar apa yang Arman katakan.
" Maaf pah Rani tau Rani salah tapi Rani tidak bermaksud untuk..."
" Tidak bermaksud apa?" Arman memotong ucapan Rani begitu saja saat rani belum selesai melanjutkan ucapannya.
" Tunggu pah,ini maksudnya gimana ya? Bukankah papah sudah tau apa alasan Rani pergi dari rumah? Rani akui pah Rani salah karna kabur tengah malam tapi.."
" Tapi apa?" Arman kembali memotong ucapan Rani.
" Aku.."
" Papah kecewa Rani! Kamu keberatan tinggal bersama mamah dan papah dengan alasan hubungan kami dengan langit akan berakhir karna adanya kamu,tapi kamu tidak keberatan saat harus tinggal dirumah laki-laki lain yang jelas-jelas itu bukan mahram kamu? Kamu sengaja Rani kabur dari rumah karna kamu ingin tinggal bersama pak Ardan? Apa begini cara kamu menaikan karir kamu dengan cara menjadi wanita simpanan atasan kamu!" Sentak Arman.
Jleb
Bah ditusuk ribuan pedang didadanya Rani mundur satu langkah, tubuhnya limbung dan air matanya menetes begitu saja tanpa dikomando.Dia tak pernah menyangka laki-laki yang dia hormati dan sudah dianggap seperti orangtua kandungnya sendiri tega menuduhnya melakukan hal serendah itu.
" Pah, betulkah yang Rani dengar?" Tanya Rani dengan suara bergetar sembari mengusap air matanya dengan kasar.
Arman menunduk merasa bersalah atas apa yang sudah dia katakan.
" Maaf Rani papah tidak bermaksud..."
" Tidak bermaksud apa Arman?" Suara bariton seseorang yang sangat mereka kenali membuat Rani dan Arman menoleh dengan cepat.
Entah sudah berapa lama Ardan mendengarkan pembicaraan mereka, rahangnya terlihat mengeras bahkan urat nadinya sampai terlihat begitu jelas.
Tatapan mata Ardan tak ubahnya seperti seekor elang yang tengah mengintai mangsanya.
Drap
Drep
Drap
Langkah kakinya terdengar begitu jelas meskipun hembusan angin begitu kencang.
Kedua tangan Ardan mengepal dengan erat.
Sreeet
Grep
Dengan sekali gerakan Ardan berhasil membuat Rani berada disisinya dan dengan penuh keyakinan Ardan menggenggam tangan Rani tanpa melihat tatapan tajam dari Arman.
" Saya tidak menyangka orang yang sudah berumur bisa berasumsi seburuk itu pada wanita yang katanya sudah dianggap seperti seorang putri kandung," Ardan sengaja menjeda ucapannya untuk melihat ekspresi wajah Arman.
Arman tertunduk dengan tangan mengepal dibalik saku celananya.
Ardan memang atasnya namun kedekatannya dengan Rani membuatnya tidak nyaman.
Sebagai seseorang yang merasa dirinya lebih berhak atas Rani merasa kedekatan Rani dengan Ardan bukanlah sesuatu yang baik.Apa lagi mengetahui fakta jika Rani tinggal satu atap bersama Ardan yang jelas-jelas orang asing bagi Rani.
" Kamu semarah itu hanya dengan mendengar Rani tinggal bersama saya,tapi kamu terlihat biasa saja saat putra kebanggaan kamu tidur dan memiliki hubungan gelap dengan adik iparnya.Begitukah sikap seorang ayah terhadap putrinya?" Todong Ardan membuat Arman tidak bisa membela diri.
" Cukup pak Ardan,papah hanya bertanya kepada saya.Beliau hanya menghawatirkan saya,saya memang tidak seharusnya tinggal bersama bapak.Papah hanya ingin saya terhindar dari fitnah.Jangan diperpanjang lagi." Ucap Rani yang sudah merasa tidak enak hati melihat Arman yang tertunduk dengan wajah pucat.
" Tidak Eani! Apa yang pak Ardan katakan itu benar.Papah sudah salah menuduh kalian papah hanya..."
" Hanya merasa takut kamu pergi jauh darinya dan hidup bahagia dengan begitu dia akan merasa gagal mempertahankan kamu tetap bersamanya,dia tidak akan mendapatkan gelar sebagai mertua baik hati yang menampung mantan istri putranya dirumahnya sendiri.Apa dengan Rani berada dirumahmu itu tidak akan menimbulkan fitnah juga Arman?" Sentak Ardan.
Pandangan matanya lurus,namun setiap kata yang keluar dari mulutnya penuh penekanan.
" Maaf." Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Arman.
" Maaf? Maaf untuk apa? Untuk kamu yang sudah menuduhnya menjadi simpanan atasan demi sebuah jabatan? Atau maaf karna kamu gagal mendidik putramu untuk lebih bertanggung jawab dan setia pada pasangannya?" Pertanyaan Ardan seprti sebuah cambuk bagi Arman.
" Pak,saya minta cukup! Tidak seharusnya bapak berkata kasar pada papah saya." Sentak Rani dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Rani melepaskan tangannya dari genggaman Ardan dan berjalan menghampiri Arman,meraih tangannya yang terasa begitu dingin dan bergetar.
" Pah,maafin Rani kalau sudah mengecewakan papah dan mamah.Maaf Rani janji akan secepat pergi dari rumah pak Ardan,tapi maaf Rani juga tidak bisa tinggal bersama papah dan mamah di rumah kalian.Rani tidak mau dengan adanya Rani dirumah kalian akan semakin memperburuk hubungan kalian dengan masa Langit.Rani juga sudah belajar untuk bisa ikhlas menerima takdir dari Tuhan.Jika memang Rani tidak bahagia bersama mas Langit,Rani harap Rena akan bahagia bersama mas Langit.Mas langit sudah memilih Rena jadi Rani sudah ikhlas.Biarlah Rani yang berkorban asal Rena bahagia.Rena sedang hamil,dia lebih butuh sosok seorang suami dan mungkin mas langit orang yang tepat.Rani juga minta mamah dan papah restui hubungan mereka,dari Rena papah dan mamah akan mendapatkan seorang cucu yang tidak bisa mas langit berikan saat bersama Rani." Ucap wanita yang saat ini berusaha menahan laju air matanya agar tak terjatuh.
Suara Rani terdengar begitu bergetar,hanya Ardan yang tau seberapa dalam luka yang Rani rasakan.
" Aku tau itu sangat menyakitikan Rani,lukamu sama seperti luka yang aku rasakan beberapa tahun lalu.Tak ada yang tau lebih dari aku karna aku pernah berada diposisi yang saat ini kamu rasakan." Gumam Ardan dalam hati.
Tanpa Rani dan Arman sadari sudut mata Ardan mengeluarkan air mata namun dengan cepat diusap karna Ardan tak ingin orang lain melihat luka hatinya.
Bersambung.....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."