Di era 90-an tanpa ponsel pintar dan media sosial, Rina, seorang siswi SMA, menjalani hari-harinya dengan biasa saja. Namun, hidupnya berubah ketika Danu, siswa baru yang cuek dengan Walkman kesayangannya, tiba-tiba hadir dan menarik perhatiannya dengan cara yang tak terduga.
Saat kaset favorit Rina yang lama hilang ditemukan Danu, ia mulai curiga ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Apalagi, serangkaian surat cinta tanpa nama yang manis terus muncul di mejanya, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah Danu pengirimnya atau hanya perasaannya yang berlebihan?
“Cinta di Antara Kaset dan Surat Cinta” adalah kisah romansa ringan yang membawa pembaca pada perjalanan cinta sederhana dan penuh nostalgia, mengingatkan pada indahnya masa-masa remaja saat pesan hati tersampaikan melalui kaset dan surat yang penuh makna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom alfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Cinta yang Terselip dalam Lagu
Musik selalu menjadi cara bagi Rina untuk melupakan kegundahan hatinya. Setiap kali perasaan itu datang—perasaan yang tak bisa dia jelaskan, yang muncul setiap kali melihat Danu—dia selalu mengalihkan perhatian dengan mendengarkan kaset-kaset yang penuh kenangan. Kaset-kaset yang berisi lagu-lagu dari band-band yang mereka dengarkan bersama, lagu-lagu yang sering diputar saat mereka menghabiskan waktu di toko kaset atau saat bercanda di taman sekolah. Namun kali ini, Danu tampaknya mencoba untuk mengungkapkan sesuatu melalui musik yang lebih mendalam. Sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan. Rina tak bisa mengabaikannya, meski hatinya masih ragu.
Pada suatu pagi yang cerah, Danu tiba-tiba datang dengan wajah yang berbeda. Seperti biasanya, ia mengayunkan tasnya ke samping, dan wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya. Namun, Danu hanya tersenyum tipis ketika melihat Rina yang sedang duduk di bangku taman dengan buku catatan terbuka di hadapannya.
"Eh, Rina!" panggil Danu, sedikit ragu, sambil melangkah mendekat.
"Hei, Danu," jawab Rina, dengan senyum yang tidak bisa sepenuhnya menutupi rasa gugup di dalam hatinya.
Danu duduk di sampingnya, tidak langsung mengeluarkan apa yang hendak dia sampaikan. Mereka duduk diam, menikmati udara segar pagi hari. Rina merasa aneh dengan keheningan yang memadati ruang di antara mereka. Biasanya, mereka akan segera mulai bercerita tentang apa saja, tetapi kali ini ada semacam jarak yang sulit diatasi.
“Ada yang aneh,” kata Danu akhirnya, sambil membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah kaset yang sudah biasa dikenalnya. Kaset yang kali ini bukan sembarang kaset. Di sampulnya tertulis tulisan tangan Danu, "Untuk Rina."
Rina menatapnya dengan bingung. "Kaset lagi?" tanya Rina, berusaha terdengar santai meskipun perasaannya mulai berdebar-debar.
“Dengar ini," kata Danu singkat, memberikan kaset itu kepada Rina tanpa banyak bicara. "Aku... cuma pengen kamu denger."
Rina hanya bisa mengangguk, mengambil kaset itu dengan hati-hati. Di dalam hati, dia merasa ada yang berbeda dengan kaset ini. Tidak seperti biasanya, kaset kali ini tampak lebih personal. Seperti ada pesan yang lebih besar tersembunyi di dalamnya.
Rina menatap Danu sejenak, mencoba untuk menangkap ekspresi wajahnya, namun Danu terlihat menghindari pandangannya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh, tapi ia tidak ingin bertanya lebih lanjut. Tanpa banyak bicara, Rina pergi ke ruang musik di sekolah, tempat yang sering mereka kunjungi. Di sana, dia duduk di sebuah kursi dan memasukkan kaset itu ke dalam pemutar.
Lagu pertama mengalun dengan lembut, suara gitar akustik yang menenangkan. Liriknya menceritakan tentang kenangan masa kecil, tentang kebahagiaan yang tak bisa diulang. Lagu kedua datang dengan tempo yang sedikit lebih cepat, menceritakan tentang perasaan yang belum terungkap, tentang ketakutan dan keraguan. Rina mulai merasa ada sesuatu yang lebih dalam dalam setiap kata yang dinyanyikan, sesuatu yang membuat hatinya berdebar.
Namun, saat lagu ketiga dimulai, Rina merasakan sensasi yang berbeda. Lagu ini lebih puitis, liriknya terasa lebih personal. Lagu ini seperti menggambarkan perasaan yang sudah lama terpendam. Rina menatap kaset itu sejenak, memeriksa sampulnya untuk memastikan bahwa itu benar-benar kaset dari Danu. Di bagian akhir, sebuah lagu yang berbeda dari yang lain diputar. "Cinta Tak Harus Memiliki." Lagu ini menggetarkan hati Rina, seolah-olah semua perasaan yang ingin Danu ungkapkan selama ini terkandung dalam lagu itu.
Rina merasakan matanya mulai berair. Lagu itu, dengan liriknya yang penuh harapan namun juga penuh keraguan, membuatnya semakin sadar bahwa Danu sedang mencoba untuk mengungkapkan perasaan yang sulit diucapkan dengan kata-kata. Perasaan yang tidak bisa disampaikan lewat pertemuan singkat atau percakapan biasa. Ini adalah cara Danu untuk berbicara, meskipun itu melalui lagu-lagu yang ia pilih dengan cermat.
Dia berhenti sejenak, mencoba menenangkan perasaannya yang semakin kacau. Rina menyadari bahwa selama ini, ia telah menunggu terlalu lama untuk memahami perasaan Danu. Ia mulai bertanya-tanya apakah selama ini, Danu juga merasakan hal yang sama. Apakah lagu-lagu ini hanya tentang persahabatan mereka, atau ada lebih banyak lagi yang tersembunyi di baliknya?
Rina keluar dari ruang musik dengan langkah gontai, masih merenung tentang lagu-lagu itu. Saat dia berbalik menuju taman, Danu sudah duduk di bangku yang sama, menunggu dengan ekspresi wajah yang cemas. Rina bisa merasakan ketegangan di antara mereka. Ada sesuatu yang belum terungkap, namun Rina tidak tahu apakah ia siap untuk mendengar jawabannya.
"Jadi, bagaimana?" tanya Danu dengan suara pelan, meskipun jelas terlihat bahwa ia merasa gugup.
Rina hanya terdiam sejenak, mencerna semuanya. “Danu, kenapa... kenapa kamu nggak bilang langsung? Kenapa harus lewat lagu-lagu ini?”
Danu menundukkan kepala, seolah-olah tidak bisa menghadapinya. "Aku nggak tahu harus ngomong gimana. Tapi... aku nggak bisa terus-terusan nyimpen perasaan ini."
Rina merasakan sesuatu yang lain, seperti ada kedekatan yang tumbuh antara mereka berdua. Sebuah pengertian yang sebelumnya tidak ada. “Aku juga bingung, Danu. Tapi, sekarang aku merasa kita sudah terlalu lama bingung. Lagu-lagu ini... jadi jawabannya."
Danu mengangkat kepala, wajahnya terlihat terkejut namun juga lega. "Jadi, kamu ngerti?"
Rina tersenyum kecil, meskipun ada rasa malu yang menyelimutinya. “Aku ngerti. Aku... aku juga merasa yang sama, Danu. Tapi... kenapa kita nggak pernah ngomong ini sebelumnya?”
“Karena kita takut, Rina. Takut semuanya berantakan,” jawab Danu dengan suara rendah.
Rina mengangguk, merasa berat namun juga lega. Mereka berdua saling pandang, dan untuk pertama kalinya, tidak ada lagi ketegangan yang menggantung di antara mereka. Semuanya terasa lebih jelas, lebih mudah, meskipun masih ada ketidakpastian yang mengintai. Namun, Rina merasa siap untuk mengambil langkah selanjutnya—untuk memulai sebuah hubungan yang lebih dari sekadar persahabatan.
Dan kaset itu, yang penuh dengan lagu-lagu yang penuh makna, menjadi simbol dari perjalanan panjang mereka berdua. Sebuah perjalanan yang dimulai dengan kebingungan, tetapi berakhir dengan pemahaman.