Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Dewi pun sudah sampai di rumahnya, raut wajah yang begitu masam mengundang banyak pertanyaan bagi suaminya, karena tidak tahan dengan cibiran para tetangga yang sekarang mulai berpihak pada Ayana, akhirnya Dewi pun mulai melampiaskan kekesalannya itu terhadap suaminya.
"Ibu ada apa?" tanya Dani, sambil mengerutkan kedua alisnya.
"Sudah deh Pak, jangan banyak tanya, hari ini ini begitu kesal dengan keluarga Ayana, yang terang-terangan telah menghina anak kita," dengus Dewi dengan kesal.
"Memangnya mereka mengatakan apa tentang anak kita?" tanya Dani lagi.
"Mereka bilang, Yusuf sudah melecehkan Ayana, dan mereka juga bilang kalau anak kita kalah ganteng dan kaya bapak-bapak, sakit hati kan Pak, anak kita di begituin sama mereka," adu Dewi yang membuat suaminya itu semakin terpancing dan ingin membalas perbuatan Ayana dan juga keluarganya.
"Tenang saja Bu, bapak akan membalaskan semua apa yang sudah orang-orang itu perbuat terhadap anak kita," ucap Dani yang merasa tersulut karena laporan sepihak dari istrinya.
******
Ayana mulai membawa masuk ibunya ke dalam rumahnya, saat ini perempuan cantik itu mulai menenangkan hati ibunya yang masih terbawa emosi akibat ulah si Dewi, yang memang begitu meresahkan dan tiada hentinya mengganggu ketenangan keluarga Ayana.
"Udah Bu, jangan marah-marah terus kasihan tubuh Ibu, nanti darah tingginya kumat lagi, aku gak mau loh sampai tensi Ibu naik lagi," ucap Ayana menasehati ibunya.
"Ya habisnya itu orang gak ada habis-habisnya cari gara-gara sama ibu," sahut Anjar yang masih terbawa oleh emosi.
"Iya, Aya tahu, tapi sekarang ibu Dewi nya sudah pergi dan kayaknya tidak mungkin balik lagi karena para tetangga sudah tidak respek lagi dengan perbuatannya, ingat ya! Ibu itu harus jaga kesehatan dari pada dengerin omongan ibu Dewi yang gak penting itu," ucap Ayana memberi nasihat.
"Iya ya, Ibu mau tenangin diri dulu," sahut Anjar sambil menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.
*****
Aya sudah berhasil menenangkan ibunya, berbeda dengan putri kecil Andreas ini yang merasa gelisah karena takut, tantenya akan datang lagi ke sekolah dan ngamuk-ngamuk lagi seperti kemarin, terus terang saja perasaan gadis kecil itu sangat rapuh, melihat orang yang tersayang, berbuat kurang mengenakkan hati.
"Sayang kenapa kok mukamu di tekuk seperti itu?" tanya Retno, sedang anak kecil itu masih murung dan tidak memberi respon.
"Sayang, kenapa kau seperti ini lagi padahal beberapa Minggu ini nenek sudah senang kamu ada perubahan, kenapa sekarang kamu kembali murung seperti dulu," ucap Retno, yang merasa khawatir dengan perubahan sikap cucunya.
"Ada apa Mam," sahut Andre yang baru datang dari kamarnya dan sengaja ingin menghampiri putri kecilnya itu.
"Ini, si Gista tiba-tiba murung lagi," papar Retno, dengan nada yang begitu khawatir.
"Sayang, coba ceritakan sama Daddy ada apa," ucap Andre yang mulai mendekat dan memegang pundak anaknya.
"Daddy, kemarin Tante Nadia datang ke sekolah, dia kayak marah gitu sama Ibu Aya," adu bocah itu yang mulai mengeluarkan suaranya.
"Apa! Tantemu datang ke sekolah, marah-marah sama Ibu Aya?" tanya Andre dengan terkejut.
"Iya Dad," sahut bocah itu singkat.
"Kenapa kau baru cerita sekarang," ucap Andre.
"Aku lupa Dad, dan baru ingat sekarang," papar Gista.
"Astaga! Ndre, itu anak memang keterlaluan, dia kemarin lusa juga sempat datangi Mama ," timpal Retno.
"Apa! Berarti Mama juga di datangi, mau apa sebenarnya perempuan itu!" desis Andre.
"Ayo kita bicarakan saja di ruang tamu, karena di sini ada Gista gak enak di dengernya," bisik Retno.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berpindah tempat yang sedikit jauh dari Gista karena memang anak sekecil Gista masih belum pantas mendengarkan masalah orang dewasa yang teramat pelik.
"Sayang, berarti itu anak harus benar-benar di kasih teguran, biar tidak semena-mena masak dia kemarin datang menagih perjanjian dulu yang sudah di batalkan, dia ungkit kembali," adu Retno.
"Sepertinya itu anak mau cari gara-gara Mam, ya sudah Mama tenang saja, mulai saat ini, Andre akan menyuruh anak buah, untuk mengikuti itu anak," sahut Andre agar mamanya tenang dan tidak kepikiran dengan masalah ini.
"Baguslah, gerak cepat, jangan sampai acara pernikahanmu di ganggu sama perempuan tidak tahu malu itu," tandas Retno.
"Mama, tenang saja doakan saja yang terbaik," ucap Andre.
Setelah berbicara dengan mamanya Andre mulai mengantar anaknya ke sekolah, dan benar setelah bercerita dengan Daddy nya sekarang Gista mulai ceria kembali, anak itu memang dari dulu seperti itu setiap ada masalah mesti selalu murung, jadi Andre harus lebih peka lagi menghadapi putri semata wayangnya itu.
"Sayang, kalau ada apa-apa ceritakan sama Daddy, biar Daddy tahu dan bisa mengatasinya dengan cepat," ucap Andre yang di angguki Gista.
"Iya, ya. Sebenarnya Gista ingin cerita, tapi keburu lupa," sahut anak itu dengan polosnya.
"Kamu lupa mikirin apa sih?" tanya Andre dengan gemas.
"Gak tahu mungkin karena senang saja, Daddy melamar Ibu Aya," sahut bocah itu yang membuat Andre terperangah.
'Astaga! Anak sekecil ini saja merasa senang, dengan lamaranku kemarin, semoga saja Gista dan Ayana selalu kompak dan saling ada satu sama lain,' ucap Andre di dalam hatinya.
Tidak terasa mobil pun sudah sampai di depan sekolah Gista, Andre mulai mengantar anaknya di depan sekolah, dan saat ini pria itu melihat kekasih hatinya, rasa nervous mulai menjalar di hatinya rasanya tidak sanggup menatap wajah perempuan yang selalu mengganggu pikirannya itu.
'Ah sial kenapa harus seperti ini,' keluh Andre di dalam hatinya.
"Sayang kamu baris saja dengan temanmu," titah Andre yang di angguki oleh Gista.
"Mas Andre." tiba-tiba saja suara itu menyapanya.
"Eh, Sayang, ada apa," sahut Andre gugup.
"Mas, kenapa gugup kayak gitu?" tanya Ayana.
"Ah, enggak Mas gak gugup Sayang, sudah kau urus saja, murid-murid mu," titah Andre yang memang ingin menghalau rasa gugupnya itu.
"Iiih, jangan buru-buru gitu dong kan aku ingin memandang sebentar wajah calon suamiku," goda Ayana yang memang sudah tahu, dengan tingkah Andre yang salting.
"Udah, natap nya bentar saja, nanti kecanduan lagi," sahut Andre.
"Gak apa-apa, orang candunya sama calon suami sendiri," goda Aya kembali, dia tidak pernah menyangka ternyata si muka kaku dan dingin bisa nervous juga.
"Sudah Ay, aku pamit dulu titip Gista ya," ucapnya buru-buru segera meninggalkan tempat.
...Andre pun langsung meninggalkan sekolah dan langsung melajukan setir mobilnya dengan kecepatan sedang, di dalam perjalanan pria itu masih merutuki dirinya sendiri yang terlihat bodoh dihadapan Ayana....
"Astaga kenapa aku mendadak blo'on di depan Ayana, padahal aku dulu juga sudah pernah merasakan jatuh cinta terhadap perempuan itu, tapi kenapa sekarang tambah parah," keluh Andre, sambil fokus ke arah jalanan.
Ternyata pesona Ayana masih belum tergantikan sama sekali, lihat saja pria itu di buat kelimpungan sendiri dalam menghadapi perasaannya.
"Ya Tuhan ternyata jatuh cinta memang se repot ini," ucap nya sendiri.
Tidak terasa sambil menyetir dan menyelami pikirannya sendiri akhirnya mobil pun sampai di depan gedung pencakar langit, Andre segera turun lalu masuk ke dalamnya, dan seperti biasa kedatangannya selalu di sambut oleh para karyawannya dengan hormat.
"Selamat pagi Pak Andre," ucap para karyawan sedangkan pria itu hanya menyahuti dengan anggukan kepala dan wajah yang terlihat tegas berbeda ketika tadi berhadapan dengan Ayana.
Di dalam kantor saat ini, Andre tengah mendapatkan laporan dari sekretarisnya, bahwa perusahaan Santosa group yang di bawah kendali Nadia, tiba-tiba saja ada masalah.
"Pak, saya ingin memberi tahukan kepada Bapak, bahwa perusahaan Santosa group meminta proses pembangunan di percepat yang awalnya dua bulan di majukan menjadi satu bulan," adu Nagita.
"Kamu sudah ajukan banding," ucap Andre.
"Sudah Pak, dan pihak sana menolak, bahkan mereka mengancam kalau dalam waktu satu bulan tidak dapat terselesaikan maka mereka akan membatalkan," sahut Nagita.
"Oh begitu, baiklah biar tugas ini di tangani oleh Jo," ucap Andre yang di angguki oleh Nagita.
"Baik Pak, kalau begitu saya permisi dulu," ijin Nagita keluar dari ruangan atasannya itu.
"Hemmmb rupanya kau mau main-main denganku Nadia, lihat saja siapa yang kalah," seringai Andre.
*****
Sedangkan di tempat lain saat ini Nadia sedang melakukan rencana berikutnya untuk menghancurkan Andre lewat perusahaannya, dengan begitu percaya diri perempuan itu bermain taktik dengan Andre.
"Heeemb, sebentar lagi aku akan menghancurkan reputasi mu sebagai CEO kontruksi, lihat saja Andre kau tidak akan mampu menyanggupi permintaanku yang cukup rumit itu, aku tahu kau tidak akan bisa apa-apa tanpa bantuan dari keluargaku," ucapnya begitu menganggap remeh.
Catatan penulis.
Selamat pagi Kakak-kakak semoga suka dengan kelanjutan kisahnya ❤️❤️❤️🙏🙏🙏
padahal prnh ngehalu tentang cerita seperti ini,,, penasaran,,,
cuzzzz ahk,,,