Kisah ini terinspirasi dari kisah hidup seseorang, meski tidak sama persis namun mewakili bagaimana alur hidup beberapa wanita, bagaiman dia bermimpi memiliki rumah tangga yang indah, namun pada kenyataannya semua tak semulus harapannya.
pernikahan yang indah adalah impian semua wanita, menikah dengan orang yang bisa memahami dan selalu bisa menjadi pundak baginya adalah impian, namun tak pernah Alifa sangka selama menjalani pernikahan dengan Aby kata indah nyaris terburai dan hambar semakin harinya, apalagi tinggal bersama mertua yang tak pernah bersyukur akan hadirnya. Alifa semakin lelah dan nyaris menyerah akan di bawa kemana biduk rumah tanganya??? salahkan jika perasaan itu terkikis oleh rasa lelah???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Renungan
Alifa memegangi pipinya yang terasa panas, untuk pertama kalinya dirinya menerima tamparan dari orang yang begitu dia cintai selama ini.
Perih dan panas mungkin pipi putih itu sudah memerah membentuk tangan dari suami yang seminggu ini jujur dia rindukan.
Alifa memegangi pipi itu dengan hati yang terkoyak, mata dan air matanya terus mengalir mengiringi luka hati dan pipinya yang begitu jelas.
"Ma maaf, Aku... Aku..." Aby menyesal tak bisa menahan lebih kuat tangannya agar tak menyentuh wajah cantik itu dengan tamparan.
Aby menyesal telah kalap dan terpancing atas permintaan bercerai Alifa barusan, lelah juga melihat perubahan Alifa yang susah di atur di bandingkan sebelumnya.
"Maafkan Aku... Aku tak bermaksud melukaimu seperti ini." Aby meraih tangan Alifa yang memegangi pipinya yang memerah dengan derai air mata juga, penyesalan begitu dalam dari hatinya karena telah dengan tega melayangkan tamparan begitu kerasnya.
Aby meraih tubuh Alifa yang masih sedih sekaligus shock di tempatnya, dia dekap dengan penuh rasa bersalah pada tubuh hamil yang ringkih itu.
Alifa terus berontak dan berusaha melepas pelukan suaminya yang sudah berubah jadi kasar di pandangannya itu.
"Maaf... Ku mohon... Maafkan aku." Aby semakin erat memeluk tubuh Alifa yang terus berontak.
"Cukup! Lepas." Alifa berontak dan mendorong Aby pelan agar melepas pelukan yang sudah tak hangat lagi di rasanya itu.
"Cukup! Aku tak ingin lihat Mas Aby lagi. Pergilah, pulanglah sekarang." Ucap Alifa lirih dengan derai air matanya.
Aby menggelengkan kepalanya terus menahan tubuh yang berontak itu, hatinya mengutuk dirinya sendiri karena sudah terbawa oleh emosinya.
"Maaf, Mas tak akan mengulangi lagi, please, ku mohon, tenanglah." Aby meraih wajah yang pilu itu lalu mengecup pipi yang sudah di lukainya itu dengan rasa bersalah yang luar biasa.
"Cukup mas, Ku mohon juga, pergilah." Alifa melepas tangan yang masih memegang pipi memerahnya itu.
"Ini semakin jelas bagiku, kita sudah tak lagi sama, kita sudah berbeda."
"Kita cukupkan saja semua ini, agar tak ada lagi yang terluka, aku, kamu dan ibumu." Kata Alifa bangkit namun Aby tahan dan dia raih dua baris merah yang sudah terus memohon bercerai itu dengan dua baris merahnya, berharap rasa dari sentuhan itu mampu menenangkan hati Alifa.
Alifa tak suka, Aby masih tak paham rasa sakit dari apa yang barusan dia lakukan padanya, Alifa melepas pangutan yang tak lagi menyentuh hati dan rasanya itu, mungkin lebih tepatnya hari ini cinta itu mulai pergi di hatinya.
Aby ingin lagi namun Alifa bangkit dan membuka pintu, Aby melemah rasanya sesak saat rindu yang begitu dalam itu berbalut emosi hingga melukai wanita yang begitu dia cintai dengan luka yang begitu dalam.
"Jika Mas tak ingin keluar aku saja."Ucap Alifa hingga terpaksa Aby bangkit dan menyusul ke pintu.
"Maafkan aku Dek." Ucap Aby lagi.
"Aku tak bisa Mas, cukup pertemuan kita di hari ini, kau bisa terus temui Shasa namun maaf hati ini sudah tak bisa dengan mu!" Alifa berbicara tanpa melihat wajah Aby, kecewa luar biasa itu yang dia rasakan hari ini.
Aby keluar dari kamar itu dengan begitu berat, meski begitu langkah kakinya tetap keluar takut jika Alifa semakin menjadi dan membenci dirinya yang sekarang ini.
***
Aby mengendarai mobilnya dengan perasaan yang hancur begitu dalam karena apa yang terjadi di kamar bersama Alifa tadi. Aby tak pernah menyangka hari ini akan terjadi pada rumah tangganya yang sudah dia bina selama lima tahun ini.
Aby merenung bahwa kehidupan rumah tangga akan selalu dihadapkan pada jalan yang berliku. Perselisihan atau perbedaan pendapat menjadi ujian bagi pasangan suami istri. namun Aby merasa begitu menyesal karena dirinya merasa frustasi saat mengahadapi Alifa tadi, hingga tangan yang biasanya bisa dia kendalikan seperti punya arah sendiri untuk menampar Alifa.
Aby sadar betul jika dalam rumah tangga, konflik adalah sebuah ujian yang harus diselesaikan dengan kepala dingin makanya dengan harapan besar hari ini dia ingin berbicara dengan baik pada Alifa untuk kembali pulang bersamanya. Aby berharap Tujuannya datang agar pernikahan yang telah dibina dengan penuh cinta bisa menghindari skenario terburuk, yakni perpisahan namun Alifa nampak susah sekali di atur dan dikendalikan dirinya.
Aby memutar ceramah dari Ustazah yang biasa dia dengar namun apa yang di sampaikan ustadz itu seperti sebuah teguran langsung dari Sang pemberi hidupnya.
"Bagi pasangan Muslim, masing-masing pihak harus memahami dosa dan balasan yang akan didapat jika menyakiti pasangannya. Hal itu juga berlaku untuk suami meski dirinya adalah seorang imam atau pemimpin dalam rumah tangga."
Deg
Hati Aby mendadak merasa semakin bergetar dan takut saat mendengar di pembukaannya saja, ingin dia matikan namun rasa penasarannya semakin dalam.
"Ia tak boleh berbuat atau berkata yang bisa menyakiti hati istrinya. Jika kelewat batas, akan ada balasan bagi suami yang menyakiti hati istri dalam ajaran Islam. Apa itu?"
Aby masih menyimak sambil menyetir meski perasaannya saat ini campur aduk tak karuan rasanya.
"Para suami yang mendengarkan ini, dengarkan baik-baik ya. Islam memandang seorang istri sebagai pribadi yang setara dengan suami dalam pernikahan. Suami harus memiliki cinta yang tulus untuk memperlakukan istri dengan baik."
Baru sampai sini Aby merasa semakin tak karuan hatinya, terputar apa yang telah berlalu tadi di kamar Alifa.
"Dalam surat an-Nisa ayat 19, Allah SWT menjelaskan keutamaan suami memperlakukan istri dengan baik.
"Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa. Janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Pergaulilah mereka dengan cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak di dalamnya."
"Nah dengarkan juga kutipan dari buku Baiti Jannati, haram bagi seorang suami untuk memperlakukan istri secara semena-mena. Suami yang baik kepada istrinya menjadi bukti bahwa dirinya menjaga keimanannya kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya di antara kesempurnaan keimanan orang mukmin adalah mereka yang lebih bersikap kasih sayang (berlaku lemah lembut) terhadap istrinya.(HR. Imam At-Tirmidzi)"
Aby semakin merenung, apakah sudah baik sikapnya selama ini pada istrinya, namun hal yang terakhir tadi dia lakukan kembali mengganggu pikiran dan perasaannya.
"Nah bagaimana para suami semua sudah bersikap??? sudahkah berlaku lemah lembut??? Dalam buku Kemuliaan Perempuan dalam Islam, agama Islam tidak membenarkan pernikahan yang disertai perilaku dominasi, diskriminasi, eksploitasi, selingkuh, kekerasan, dan poligami. Jadi, bisa dipastikan suami yang menyakiti hati istri akan dibenci oleh Allah SWT dan mendapatkan dosa besar yang membuat tubuhnya ditolak masuk surga."
Aby mengusap wajahnya kasar, menyesal luar biasa rasanya, takut atas apa yang akan dia terima juga kelak setelah berlalu di dunia ini, namun bingung harus bagaimana memperbaikinya.
"Nah lalu harus bagaimana sesungguhnya kita para suami bersikap??? Seorang suami wajib memperlakukan sang Istri sebagaimana sikap Rasulullah SAW kepada para istrinya. Rasulullah selalu bersikap adil dan membuat seluruh istrinya merasa nyaman, sehingga tak ada satu pun yang protes terhadap perilakunya."
" Ini di jelaskan panutan kita dalam hadisnya yang berbunyi, Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya. Sedangkan aku adalah orang yang paling berbuat baik pada keluargaku. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad Darimi, dan Ibnu Hibban)"
Aby menepikan mobilnya ingin kembali dan memohon maaf pada Alifa namun gengsi dan rasa takut jika di tolak begitu menguasai dirinya, hingga meski ragu Aby memiliki melakukan mobil pulang kerumahnya.
***
Di kamar Alifa Amina masuk saat Aby sudah pergi, langkahnya terhenti saat melihat Alifa terus mengusap sembab di wajahnya.
Amina terenyuh pada adik iparnya itu namun kemudian menyadari jika hidup rumah tangga tak hanya sepenuhnya diisi dengan canda tawa.Tak jarang juga dibumbui perselisihan dan pertengkaran. Seperti halnya yang di alami adik ipar dan suaminya itu.
Amina ingin masuk namun ragu-ragu, karena Semua pasangan memiliki cara untuk bisa berkompromi satu sama lain dalam menghadapi maslaha hidup berumah tangga.
"Fa... Mbak masuk ya." Amina masuk perlahan dan duduk di sisi Alifa.
"Mbak,mas Aby menampar aku." Alifa memeluk Amina dengan tangis yang begitu pilu.
"Sabar ya. Coba ceritakan pelan-pelan semuanya." Amina memeluk Alifa pelan berharap tangisan pilu itu reda.
Dengan suara parau Alifa memulai ceritanya, Amina mendengar dengan seksama tanpa menyela sedikitpun sampai cerita Alifa selesai.
"Mbak faham perasaan kamu Fa...Namun ada kalanya ketika perselisihan sudah di atas ubun-ubun, rasa marah pun tak bisa dibendung dan begitulah yang terjadi sama seperti saat dirimu begini."
"Marah memang rasa alamiah yang dirasakan semua manusia. Akan tetapi, dalam Islam rasa amarah dapat dikelola agar tidak terlalu berlebihan sehingga menjadi mudarat baik bagi diri sendiri maupun pasangan kita fa."
"Fa, dalam hubungan suami istri, berselisih paham adalah hal yang wajar, namun dalam perselisihan ini tak jarang istri menunjukkan amarahnya dengan suami, seperti tidak ingin berbicara atau bahkan marah dengan berkata keras dan kasar."
"Sepaham mbak, hukum membentak atau memarahi suami adalah tidak boleh dan masuk ke dalam jenis dosa besar."
"Sebab suami adalah orang yang harus paling dipatuhi dan dihormati oleh wanita sebagai istrinya dan sudah menjadi kewajiban istri terhadap suami dalam Islam."
"Bahkan ada pula beberapa hadits mengatakan jika sangat tinggi kedudukan suami untuk istrinya. Seandainya saya bisa memerintahkan seorang untuk sujud pada orang lain, pasti saya perintahkan seorang istri utk sujud pada suaminya.” (HR Abu Daud, Al-Hakim, Tirmidzi)."
"Apabila memang suami berbuat sebuah kesalahan, memang sudah seharusnya bagi sang istri untuk mengingatkan suami namun harus dilakukan dengan cara yang baik, tutur kata yang lemah lembut, tidak membentak atau menggunakan suara yang keras dan juga jangan sampai menyinggung perasaan suami."
Alifa masih sedikit tidak terima dengan masukan Amina karena Bang Satya orang yang begitu baik tidak pernah menyakiti istrinya, pikir Alifa.
"Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baiknya wanita untuk suami adalah yang menyenangkan saat diliat, taat saat diperintah, dan tak menentang suaminya baik dalam hatinya serta tak membelanjakan (memakai) hartanya pada perkara yang dibenci suaminya.”
"Fa, semarah apapun ingat bagaimana adab istri ketika suami marah yang pertama adalah hindari kata kasar maupun ancaman."
"Dan Mbak mohon pula jangan mengatakan ingin bercerai saat sedang berada di puncak emosi."
"Rasulullah bahkan pernah mengingatkan, “Tiga perkara yang serius dan bercandanya sama-sama dianggap serius, yakni nikah, talak, dan rujuk.”
Alifa tertegun di tempatnya merasa bersalah namun hatinya tetap sakit atas sikap Aby padanya, entah bagaimana caranya untuk melupakan dan mengikhlaskan rasa di hatinya.
***
Up lagi tapi minta Vote ya🙏🙏🙏😭
Niscaya rumah tangga mu bakal langgeng dan bisa menua bersama
biar nyahok ibuk mertua yg oneng itu