cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1
Pagi menjelang siang, seorang gadis kecil yang bernama jihan, sedang bermain sendirian di halaman depan warung mi ayam milik lian ayahnya.
Nampak sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang memasuki kawasan perumahan di daerah tersebut.
Mobil tersebut membawa peralatan rumah tangga, milik salah satu keluarga yang baru saja pindah, dari daerah lain dan akan tinggal di kawasan tersebut.
"Bruuaaaak, Cit" sang pengemudi menginjak rem secara mendadak, karena melintasi polisi tidur, bersamaan dengan adanya salah satu barang yang jatuh, akibat guncangan yang cukup keras dari mobil pickup tersebut, tepat di warung pak lian.
"Astaghfirullah, apa yang terjadi, Jihan, apa kamu baik-baik saja" ucap salah seorang dari dalam kedai dan langsung berlari begitu saja, menuju sumber suara, pria itu tidak lain adalah Lian, ayah dari gadis kecil itu.
"Astaghfirullah, kalian tunggu disini, biar aku lihat dulu" ucap sang supir bergegas turun menghampiri gadis kecil yang terlihat shock dan kini sudah bersama dengan ayahnya.
"apa kamu terluka, nak". Tanya sang supir.
"Tidak apa-apa, anak saya baik-baik saja, maaf kalau mengganggu perjalanan anda" ucap lian.
"Seharusnya aku yang minta maaf, karena meletakkan sebagian barang begitu saja, dalam mobil ini, hingga sampai ada yang terjatuh" ucap pria itu tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, lagi pula, tidak ada yang terluka" ucap lian. "sekali lagi saya minta maaf, apa ini warung mi ayam anda" sahut pria itu kembali meminta maaf.
"iya, ini hanya warung mi ayam milik saya, hanya warung kecil, perkenalkan aku lian" ucap pria itu merendah.
"Oh, aku hari, aku baru saja pindah ke daerah ini, dan akan menempati rumah nomor 23" sahutnya kemudian mereka saling berjabat tangan.
"Oh, jadi anda tetangga yang akan tinggal di rumah itu, jadi, sekarang kita bertetangga, rumahku di nomor 22" sahut lian.
"Benar sekali, bagaimana pak lian bisa tau, kalau kami akan tinggal di rumah itu" ucap pria itu.
"Bu, Fani tetangga sekitar, yang memberi tahu, kalau ada orang yang akan menempati rumah itu, biasalah komunitas ibu-ibu, berita sekecil apapun, pasti akan cepat tersebar di sini" ucap pak lian menjelaskan panjang lebar.
"Iya pak, saya dan keluarga akan tinggal disini, karena saya baru saja pindah kerja dan dimutasi didaerah ini, dan jangan sungkan untuk mengarahkan kami, agar bisa berkomunikasi dengan tetangga yang lainya". ucap pak hari.
"Tentu saja, kita akan saling membantu". Jawab lian.
"Papa, kami sudah kepanasan di dalam mobil, ayo segera pulang, dan membereskan barang-barang" ucap wanita yang berada di dalam mobil.
"Oh iya, sampai lupa, kenalkan itu istri saya, namanya Titin, dan itu anak laki-laki saya saya, namanya Rangga" sahut pria itu memperkenalkan keluarga kecilnya.
"Masyaallah, dia anak yang lucu, Jihan, ucapkan salam pada mereka" ucap lian meminta anaknya mengucapkan salam pada mereka yang berada didalam mobil.
"Assalamualaikum bibi". ucap Jihan
"Waalaikum salam, sayang, terimakasih ya, kamu baik sekali". jawab bu titin dari dalam mobil.
"Maaf, ya, kami harus segera pergi, ada banyak barang yang harus segera kami turunkan nanti". ucap pak hari. kemudian mengambil benda yang jatuh dan meletakkan kembali dalam mobil miliknya, lalu masuk dalam mobil.
"Wah banyak sekali barangnya, bagaimana kalau aku datang, untuk membantu menurunkan semua barangnya" ucap pak lian memberikan bantuan.
"Terimakasih pak, sudah merepotkan, saya rasa tidak perlu" tolak pria itu tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, kita kan bertetangga, harus saling membantu" ucap pria itu sedikit memaksa.
"Baiklah, terimakasih atas bantuannya, lagi pula, dengan banyaknya barang ini aku juga tidak bisa menurunkan sendirian" ucap pak hari setelah melihat kembali isi barang yang dibawanya, merupakan barang yang sangat berat, dan harus diangkat oleh dua orang.
"Kalau begitu, saya pamit dulu, mau beres-beres, biar cepat istirahat" sahutnya lagi kemudian masuk dalam mobil.
"Pergilah, hati-hati, nanti saya akan menyusul" sahut lian, masuk dalam warung, setelah mobil yang dikendarai pak hari, melaju meninggalkan mereka.
"Jihan kita punya tetangga baru, apa kamu senang" ucap pria itu sesaat setelah berada di dalam warung.
"Iya, aku senang" jawabnya
"Oh iya, kamu tadi belum menghabiskan makananmu, bagaimana kamu bisa berada di luar" ucap lian.
"Aku belum selesai menggambar, tadi baru saja mau menggambar". Ucap Jihan.
"Menggambar" sahut pria itu lalu kembali ke luar diikuti putri kecilnya melihat gambar, yang berada di halaman warung makan miliknya.
"Gambar yang bagus" pujinya sambil tersenyum dan mengacungkan dua jempol nya.
"Kamu akan mendapat hadiah, untuk gambar yang sebagus ini" sambungnya.
"Iya, ayah" ucap gadis itu tersenyum bahagia dan mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu, hadiahnya es krim" ucapnya.
"Aku mau dua". sahut jihan sambil mengacungkan tiga jarinya.
"Kamu mau dua, nah ini baru dua". ucap pria itu membenarkan jari yang yang semula tiga, kini menjadi dua.
"Baiklah" sambungnya kemudian menggendong putrinya dan kembali masuk ke dalam warung.
"tapi sebelum mendapatkanya, kamu harus selesaikan makan lebih dulu" pinta sang ayah.
"Baik ayah" sahu Jihan, melanjutkan makan dengan dengan perlahan.
Beberapa saat kemudian, sesuai janjinya pak lian memberikan dua es krim pada putrinya, lalu pergi ke rumah pak hari untuk membantu menurunkan barang dari mobil dan memindahkan ke tempat yang semestinya di rumah yang akan ditempatkan pak hari dan keluarganya.
Tidak hanya pak lian, banyak tetangga sekitar yang juga ikut membantu, bahu membahu memindahkan barang, menyambut kedatangan keluarganya sebagai tetangga baru, didaerah tersebut. Tak lama kemudian kegiatan yang menguras tenaga selesai, para tetangga, yang antusias membantu akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
"Akhirnya selesai juga, jujur saja lampu di rumah ini sekarang jauh lebih terang dari sebelumnya. Tetangga di sini juga baik-baik, seperti bu fani, dia sampai mau memberi soto ayam lengkap dengan nasinya" ucap pak hari sambil memasang dan merakit kipas angin diruang tengah.
"Iya, saat mama mengantarkan bu fani keluar, dia memberitahu bahwa tetangga kita yang bernama lian, istrinya meninggal tahun lalu, dia juga memberitahu, jangan bertanya tentang hal itu saat bertemu dengannya". ucap bu titin.
"oke" jawab pak hari.
"Tapi, bagaimana istrinya bisa meninggal" tanyanya lagi.
"Menurutnya saat hamil enam bulan, istrinya di diagnosa hipertensi, dokter menyarankan untuk melahirkan dengan induksi, tapi istrinya tidak melakukan apa yang disarankan, dia tidak peduli dengan penyakitnya, keluarganya membujuk untuk melakukan pengobatan, namun tidak berhasil, jadi setelah istrinya melahirkan, istrinya meninggal, dan itu terjadi pada bulan Juli tahun lalu" ucap bu titin sambil meletakkan vas bunga di meja.
Bersambung
Ditunggu komentarnya.