NovelToon NovelToon
The Unfinished Story

The Unfinished Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Time Travel / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:693
Nilai: 5
Nama Author: Firaslfn

Elyana Mireille Castella, seorang wanita berusia 24 tahun, menikah dengan Davin Alexander Griffith, CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Namun, pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Sifat Davin yang dingin dan acuh tak acuh membuat Elyana merasa lelah dan kehilangan harapan, hingga akhirnya memutuskan untuk mengajukan perceraian.

Setelah berpisah, Elyana dikejutkan oleh kabar tragis tentang kematian Davin. Berita itu menghancurkan hatinya dan membuatnya dipenuhi penyesalan.

Namun, suatu hari, Elyana terbangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu—ke saat sebelum perceraian terjadi. Kini, ia dihadapkan pada kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan mereka dan mengubah takdir.

Apakah ini hanya sebuah kebetulan, atau takdir yang memberi Elyana kesempatan untuk menebus kesalahannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firaslfn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Sisi Gelap

Pagi itu, Elyana terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Meskipun Davin mulai mempercayainya, ia masih merasakan adanya kekhawatiran yang mengendap di dalam hatinya. Ada sesuatu yang lebih besar, sebuah rahasia yang seharusnya belum ia ketahui. Ia merasa semakin dekat dengan kebenaran, tetapi juga semakin takut dengan apa yang mungkin terungkap.

Setelah sarapan bersama, Elyana memutuskan untuk mengunjungi kantor Davin. Ia tahu bahwa meskipun Davin tampak santai di rumah, di tempat kerjanya lah dia benar-benar serius. Mungkin di sana, ia bisa menemukan lebih banyak petunjuk tentang apa yang terjadi. Ia menatap jam saku itu sejenak, merasakan getaran kecil yang berasal dari dalam dirinya. Jam itu seolah berbicara padanya, memintanya untuk mencari tahu lebih dalam.

Elyana melewati pintu besar kantor Davin, bertemu dengan sekretarisnya, Leon, yang menyambutnya dengan senyum hangat. "Selamat pagi, Nona Elyana. Tuan Davin sedang dalam rapat, tetapi dia memintamu untuk menunggu di ruang tamu."

"Terima kasih, Leon," kata Elyana, sambil melangkah ke ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang menghadap ke kota. Udara pagi itu terasa segar, tetapi hati Elyana tetap gelisah.

Saat menunggu, matanya tertuju pada sebuah lemari kaca yang terletak di sudut ruangan. Di dalamnya terdapat berbagai penghargaan dan sertifikat, tetapi ada satu benda yang menarik perhatiannya: sebuah foto lama Davin dengan beberapa orang di sampingnya. Mereka tampak akrab, tetapi ada satu pria di foto itu yang membuat jantung Elyana berdebar. Pria itu terlihat seperti seorang pemimpin, dengan ekspresi tajam dan pandangan yang penuh perhitungan. Di belakang foto itu, ada sebuah catatan kecil: "Hati-hati dengan siapa yang kamu percayai."

Ketika Davin masuk ke ruangan, ia menemukan Elyana sedang menatap foto itu. Wajahnya berubah serius begitu melihat apa yang sedang dilakukan Elyana. "Elyana, apa yang kamu lakukan di sini?"

Elyana menoleh, mencoba menyembunyikan kecemasannya. "Davin, siapa pria di foto ini? Mereka terlihat seperti teman lama."

Davin menelan saliva, ekspresinya berubah suram. "Itu… itu adalah bagian dari masa lalu yang sebaiknya tidak perlu kamu tahu."

Elyana menggenggam tangannya, mencoba mengendalikan emosi. "Davin, aku tahu ada yang kamu sembunyikan."

Davin menatap Elyana dengan mata yang sulit dibaca, lalu menghela napas. "Ibu sudah lama mengajarkanku bahwa dunia ini tidak seperti yang terlihat. Pria di foto itu adalah teman lama, tapi juga musuh yang sangat berbahaya. Dia pernah bekerja sama dengan ku dulu dalam bisnis-bisnis tertentu, tetapi semua berubah."

"Apa hubungannya dia dengan kematian ibumu?" Elyana bertanya, suara gemetar.

Davin menatap Elyana, terlihat bingung sejenak, lalu ia mengangguk. "Ibu meninggal karena dia. Dan aku… aku hampir kehilangan segalanya saat itu. Sejak saat itu, aku belajar untuk tidak mempercayai siapapun, bahkan orang-orang terdekat."

Elyana merasa seperti dunia di sekelilingnya runtuh. Semua yang ia percayai tentang Davin, semua yang ia anggap benar, kini seolah berada di ujung jurang. Di balik kekuatan dan keteguhan Davin, ada sisi gelap yang bahkan ia tidak pernah bayangkan.

"Aku tahu ini sulit untuk dipercaya, Elyana, tapi kamu harus tahu bahwa aku tidak ingin melibatkanmu dalam semua ini. Aku berusaha menjaga dirimu dari bahaya," kata Davin dengan suara serak.

Elyana mendekat, menatapnya dalam-dalam. "Tapi kamu harus tahu, aku sudah terlibat. Aku sudah melihat sisi gelap itu, dan aku tidak bisa mundur sekarang. Kita harus melawan, Davin. Aku tidak ingin kehilanganmu, tapi aku juga tidak bisa membiarkan kebenaran ini terus disembunyikan."

Davin terdiam sejenak, kemudian mengangguk, menyadari bahwa rahasia besar ini bukan hanya miliknya, tetapi juga milik mereka berdua sekarang. "Jika kita melawan, kita harus siap dengan apa pun yang datang. Tapi, aku tidak ingin hanya melawan sendirian. Aku ingin kamu bersamaku."

Elyana menggenggam tangannya, matanya bersinar dengan tekad. "Aku akan selalu bersamamu, Davin. Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapi ini bersama."

Malam itu, Elyana tahu satu hal: perjalanan mereka baru saja dimulai, dan mereka harus siap untuk menghadapi segala sesuatu, bahkan sisi gelap yang selama ini tersembunyi.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan keheningan yang aneh. Davin dan Elyana mulai mengatur rencana mereka, menggali lebih dalam tentang siapa pria di foto itu, yang ternyata bernama Ryo Kasahara. Ryo dikenal sebagai seorang pengusaha yang cerdik, tetapi di balik senyumnya yang memikat, ada ambisi gelap yang tidak bisa diremehkan.

Elyana tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Ryo memiliki banyak koneksi dan kekuasaan. Ia juga mulai merasa ada mata-mata di sekitarnya, seseorang yang selalu mengamati dari kejauhan. Rasanya seperti ada bayangan gelap yang mengikuti mereka di setiap langkah.

Suatu sore, Davin mengundang Elyana untuk pergi ke salah satu klub malam paling eksklusif di kota, tempat di mana Ryo sering terlihat. Ia ingin tahu siapa saja yang Ryo ajak berkumpul dan apa rencananya. Elyana merasakan ketegangan di udara; perasaan cemas dan adrenalin yang membuatnya sulit untuk bernapas.

Mereka tiba di klub itu, di mana cahaya lampu berkelap-kelip dan musik mengalun keras. Davin memimpin Elyana menembus kerumunan yang sibuk. Di meja VIP, Ryo sedang duduk dengan beberapa orang yang tampaknya penting, wajahnya dipenuhi senyum licik.

“Davin, aku tahu kamu di sini,” kata Ryo dengan suara rendah, sambil mengangkat gelasnya. Matanya menatap Elyana dengan tajam, seolah-olah ia sudah mengetahui kehadiran mereka. “Elyana, aku tak menyangka kau juga datang.”

Elyana menahan napas. Ia tidak tahu apakah ini langkah yang bijak, tetapi melihat Davin berdiri di sisi mereka memberi kekuatan pada jantungnya. “Kami hanya ingin bicara,” Davin berkata, suaranya tegas dan tak mengandung keraguan.

Ryo tertawa kecil. “Tentu, kita semua tahu betapa seriusnya percakapan ini. Tapi ingat, tidak ada yang bisa lari dari masa lalu, Davin.”

Ketika suasana semakin tegang, seorang pria berpakaian jas hitam mendekati mereka. Davin mengenal pria itu sebagai bagian dari kelompok Ryo yang dikenal dengan julukan ‘The Shadow’. Wajahnya tanpa ekspresi, namun ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Elyana merasa takut.

“Davin, kau tahu apa yang harus dilakukan,” kata pria itu, suaranya serak. “Ryo tidak suka permainan yang berlarut-larut.”

Elyana mengerutkan kening. “Apa maksudnya?” tanyanya, mencoba menahan rasa takut.

Ryo bangkit dari kursinya, mendekat ke arah mereka dengan senyuman dingin. “Kita semua punya pilihan, Elyana. Beberapa pilihan membuat kita hidup, dan beberapa membuat kita mati.”

Tiba-tiba, suasana di sekitar mereka berubah. Orang-orang di klub mulai bergerak lebih hati-hati, seolah-olah mereka tahu ada sesuatu yang sedang terjadi. Davin memegang tangan Elyana dengan kuat, matanya memancarkan tekad.

“Aku tidak akan membiarkanmu terjebak dalam semua ini, Elyana. Sekarang kita tahu, Ryo adalah ancaman yang lebih besar dari yang kita kira. Tapi kita tidak bisa mundur,” katanya dengan suara pelan, hanya untuk didengar Elyana.

Elyana menatap Davin, merasa hati mereka bersatu dalam rasa takut dan keberanian. “Kita akan melawan, Davin. Bersama-sama.”

Namun, di dalam bayangan klub yang riuh itu, ada satu orang yang menyaksikan mereka, matanya berkilauan dengan niat buruk. Ryo telah memutuskan. Permainan ini belum berakhir, dan Elyana baru saja memasuki babak berbahaya yang tidak bisa ia hindari.

Keesokan harinya, Elyana menemukan sebuah pesan misterius di ponselnya. Pesan itu singkat dan menegangkan: “Jangan percayai siapa pun, bahkan Davin.”

Ia menggigil membaca pesan itu, mengingat kembali saat Ryo menatapnya di klub malam. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, dan Elyana tahu sekarang bukan saatnya untuk meremehkan siapa pun.

Matahari terbenam di balik gedung-gedung tinggi kota, dan Elyana menyadari bahwa perjalanannya belum berakhir. Sisi gelap dari kehidupan Davin telah terungkap, tetapi itu baru awal dari sesuatu yang lebih besar—sebuah konflik yang akan menguji kepercayaan, cinta, dan kemampuan mereka untuk bertahan hidup di dunia yang penuh intrik ini.

Malam itu, Elyana duduk di ruang kerjanya, memandangi layar ponsel yang menampilkan pesan misterius tersebut. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya penuh pertanyaan. Apa ini hanya upaya untuk membuatku ragu? Atau ada sesuatu yang selama ini Davin sembunyikan dariku?

Ia memutuskan untuk tidak langsung mengonfrontasi Davin. Jika ada sesuatu yang ia pelajari dari semua ini, itu adalah bahwa waktu yang tepat bisa membuat semua perbedaan. Namun, dalam benaknya, kecurigaan mulai tumbuh.

Sejak kejadian di klub malam, Davin terlihat lebih pendiam dari biasanya. Ia sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya, berbicara dengan seseorang di telepon dengan suara yang sulit dipahami Elyana. Setiap kali ia bertanya, Davin hanya menjawab singkat, “Aku sedang mengurus sesuatu.”

Suatu hari, Elyana melihat Davin berbicara dengan Pak Henry di ruang tamu. Nada suara mereka rendah, hampir berbisik. Ketika Elyana mendekat, percakapan mereka langsung berhenti.

“Elyana,” ujar Davin, memaksakan senyum. “Aku dan Pak Henry sedang membahas urusan kantor.”

Pak Henry mengangguk dengan sopan, tapi Elyana menangkap sorot mata yang aneh. Seolah ada lebih banyak hal yang tidak ia ketahui.

Malam harinya, Elyana kembali membuka kotak kayu kecil yang ia temukan di ruang kerja Davin. Selain jam saku, ia menemukan sebuah dokumen yang tidak sempat ia perhatikan sebelumnya. Dokumen itu adalah laporan keuangan dari perusahaan Davin beberapa tahun lalu, dengan tanda tangan yang tidak ia kenali.

Nama yang tertera di dokumen itu mengejutkannya: Ryo Kasahara.

Elyana menggigil. Jadi ini bukan pertama kalinya mereka berurusan? Ia merasa ada hubungan yang lebih dalam antara Davin dan Ryo, sesuatu yang selama ini tidak pernah ia ketahui.

Ketika Davin masuk ke kamar, Elyana menyembunyikan dokumen itu di balik bantal. Ia mencoba bersikap biasa, tetapi kegelisahan di hatinya sulit disembunyikan.

Beberapa hari kemudian, Elyana tidak bisa lagi menahan pertanyaan yang membebaninya. Ia memutuskan untuk mengonfrontasi Davin secara langsung.

“Davin,” katanya, saat mereka duduk bersama di ruang makan. “Apa hubunganmu sebenarnya dengan Ryo Kasahara?”

Pertanyaan itu membuat Davin terdiam. Untuk sesaat, ia tampak terguncang, tetapi kemudian ia menghela napas panjang.

“Elyana,” katanya dengan suara pelan, “ada banyak hal yang tidak pernah aku ceritakan, karena aku tidak ingin membawamu ke dalam semua ini.”

“Semua apa? Apa yang sebenarnya terjadi, Davin?” Elyana menatapnya dengan penuh rasa frustrasi.

Davin akhirnya mengungkapkan rahasia yang selama ini ia simpan. Bertahun-tahun yang lalu, ketika ia baru memulai perusahaannya, ia terpaksa bekerja sama dengan Ryo untuk mendapatkan pendanaan. Namun, kemitraan itu membawa lebih banyak masalah daripada solusi. Ryo menggunakan koneksinya untuk memanipulasi bisnis Davin, memaksanya masuk ke dalam jaringan yang penuh dengan korupsi dan ancaman.

“Aku mencoba keluar, Elyana,” Davin berkata dengan suara yang penuh penyesalan. “Tapi Ryo tidak membiarkan siapa pun pergi begitu saja.”

Elyana terkejut mendengar pengakuan itu. Ia tidak menyangka Davin, yang selalu tampak tegas dan berkuasa, pernah berada di bawah kendali seseorang seperti Ryo.

“Tapi kenapa kamu tidak memberitahuku?” tanyanya.

“Karena aku ingin melindungimu,” jawab Davin dengan nada penuh kesakitan. “Aku tahu apa yang Ryo mampu lakukan. Dan aku tidak ingin kamu menjadi salah satu korbannya.”

Elyana merasa hatinya campur aduk. Ia bisa memahami niat Davin untuk melindunginya, tetapi rahasia ini membuatnya merasa seolah-olah ada dinding besar di antara mereka.

“Davin,” Elyana berkata akhirnya. “Jika kita tidak bisa saling jujur, bagaimana kita bisa melawan ini bersama?”

Davin menggenggam tangannya. “Aku berjanji, Elyana. Mulai sekarang, tidak ada lagi rahasia. Kita akan menghadapi ini bersama.”

Namun, di sudut hatinya, Elyana tahu bahwa jalan mereka masih panjang. Ancaman dari Ryo bukanlah satu-satunya masalah. Ada luka dan ketidakpercayaan yang harus mereka sembuhkan, serta keputusan sulit yang mungkin harus mereka buat di masa depan.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!