Damarius Argus Eugene (22 tahun), seorang Ilmuwan Jenius asli Roma-Italia pada tahun 2030, meledak bersama Laboratorium pribadinya, pada saat mengembangkan sebuah 'Bom Nano' yang berkekuatan dasyat untuk sebuah organisasi rahasia di sana.
Bukannya kembali pada Sang Pencipta, jiwanya malah berkelana ke masa tahun 317 sebelum masehi dan masuk ke dalam tubuh seorang prajurit Roma yang terlihat lemah dan namanya sama dengannya. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah sistem bernama "The Kill System", yang mana untuk mendapatkan poin agar bisa ditukarkan dengan uang nyata, dia harus....MEMBUNUH!
Bagaimanakah nasib Damarius di dalam kisah ini?
Apakah dia akan berhasil memenangkan peperangan bersama prajurit di jaman itu?
Ikuti kisahnya hanya di NT....
FYI:
Cerita ini hanyalah imajinasi Author.... Jangan dibully yak...😀✌
LIKE-KOMEN-GIFT-RATE
Jika berkenan... Dan JANGAN memberikan RATE BURUK, oke? Terima kasih...🙏🤗🌺
🌺 Aurora79 🌺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
R.K.N-19 : DISKUSI PANAS!
...----------------...
Tiba-tiba terdengar suara Gildas menyela dengan mata nyalang dan wajah pucat yang terlihat garang.
"Saat ini, tidak penting untuk mengetahui bagaimana racun tersebut bisa memasuki mangkuk lelaki Saxon itu! Yang terpenting adalah sebuah pertanyaan 'mengapa' bisa begitu, dan jawabannya sudah sangat jelas! Dalam keadaan hidup, tawanan ini bisa mengatakan 'siapa' yang dia temui pagi ini di rawa. Dan dia akan mengatakan apa yang mereka bicarakan diantara mereka. Oleh sebab itu dia mati sekarang! Yang Mulia Kaisar, apakah bukti ini memadai?" ujar Gildas panjang lebar.
Kaisar Carausius hanya bisa menghela napasnya lelah.
"Hah!... Tempat ini sangat dingin dan menyedihkan. Sebaiknya kita kembali ke bilik milik saya!" ujar Kaisar Carausius.
DRAP!
DRAP!
DRAP!
Mereka semua melangkahkan kakinya keluar dari bangunan penjara yang suram itu.
...💨💨💨...
Sepuluh menit kemudian, mereka sudah berada kembali di dalam bilik milik Kaisar Carausius.
Setelah pintu bilik itu tertutup rapat, Kaisar Carausius baru mulai berbicara kembali. Seakan-akan dia menjawab apa yang diutarakan oleh Gildas sebelumnya.
"Orang Saxon yang kalian tangkap pagi ini di rawa itu, memang berhubungan dengan 'seseorang' dari Rutupiae. Untuk hal itu...buktinya sudah cukup! Tidak ada yang lainnya!" ujar Kaisar Carausius.
Lalu Gildas memprotes ucapan Kaisar Carausius dengan keras.
"Tidak...tidak, Yang Mulia! Dengarkan saya! Jika saya atau siapa pun yang berada di Barak ini berhubungan dengan orang Saxon ini, maka kami hanya punya dua pilihan saat dia tertangkap. Yaitu merencanakan pelariannya atau...membunuhnya sebelum dia sempat di interogasi! Dan pilihan yang kedua adalah metode yang paling mudah!" ujar Gildas tegas.
Entah mengapa...Gildas terlihat semakin mengungkapkan semua kejujuran itu dengan nada datar dalam setiap kata-katanya.
"Yang Mulia....saya mohon dengarkan kami! Saat itu kami berada tidak jauh dari kedua lelaki itu! Hari sudah hampir terang, dan kami tidak buta! Tidak mungkin kami keliru saat melihatnya. Seandainya lelaki yang satunya bukan Dorymene, maka saat ini kami bersaksi palsu terhadapnya untuk tujuan kami sendiri. Apakah Yang Mulia menuduh kami berbuat seperti itu?" ujar Gildas berapi-api.
Kaisar Carausius terdiam. Dia seperti seorang Hakim ditengah perdebatan panas bawahannya.
Dorymene menjawab perkataan Gildas dengan kemarahan yang meluap-luap. Wajahnya memerah menahan emosi yang membuncah di dalam dirinya.
"Terbukti jika itu adalah sebuah penjelasan yang paling memungkinkan dari setiap perilakumu, Gildas! Saya tidak bisa membayangkan, apa keuntungan yang kamu peroleh dari hal ini...mungkin saja...sepupumu itu telah mempengaruhi-mu sedikit!" teriak Dorymene kepada Gildas.
Dorymene menatap Damarius dengan tatapan sinis.
"Sedangkan untuk Ahli Medis Junior, Damarius... Saya mengingat dengan jelas, saat pertama kali dia menginjakkan kakinya di Rutupiae. Yang Mulia Kaisar sendiri tidak begitu mempercayainya kesetiannya! Ini pasti sebuah rencana 'terselubung' dari Maximilian untuk membuat seorang Kaisar Inggris curiga dengan Kepala Menteri-nya sendiri..." ujar Dorymene dengan gamblang.
Dorymene melemparkan semua kesalahan kepada Damarius, yang hanya seorang Ahli Medis Junior baru di Barak Rutupiae. Dia ingin membuat Kaisar Carausius memihaknya, dan mengambil tindakkan kepada dua saudara yang baru bertemu itu.
Damarius menggeram pelan....
Dia maju selangkah dengan kedua tangan terkepal di kedua sisi tubuhnya.
"Itu adalah sebuah tuduhan yang tidak benar!" ujar Damarius tegas.
"Dan kamu tahu itu, Dorymene! Kamu sendiri-lah yang paling tahu tentang hal ini...!" tambah Damarius dengan nada intimidasi.
BRAK!
"Bisakah kalian semua memberiku kesempatan untuk ikut bicara?!" ujar Kaisar Carausius sambil menggebrak meja.
Keheningan seketika muncul bagaikan wabah di dalam bilik itu. Kaisar Carausius memandang ketiga bawahannya denga pandangan yang sulit untuk dikatakan.
"Saya ingat akan semua keraguan saya waktu itu, Dorymene! Saya juga ingat bahwa cahaya fajar bisa tidak pasti, dan di Rutupiae ada lebih dari satu orang lelaki yang bertubuh tinggi dan berambut pirang. Mereka semua akan di interogasi semua pada saatnya nanti. Saya yakin ini adalah sebuah kesalahan yang jujur!" ujar Kaisar Carausius.
Lalu, Kaisar Carausius berpaling kepada kedua pemuda bersaudara itu.
"Tapi, Saya....Kaisar Carausius...tidak akan menoleransi adanya kesalahan semacam ini! Dan orang-orang yang melakukannya, tidak akan berguna lagi untuk saya!"
"Besok kalian akan menerima penugasan baru! Dan mungkin, kehidupan dibalik Tembok Perbatasan akan menyibukkan kalian dan mencegah khayalan-khayalan kalian yang sangat aktif untuk menuntun kalian kembali ke dalam kesalahan semacam ini lagi!" ujar Kaisar Carausius tegas.
TRAK!
SRET!
Kaisar Carausius mengambil kembali gulungan papirus yang sedang dia pelajari, ketika Damarius dan Gildas masuk tadi.
"Sekarang kalian bisa pergi! Tidak ada lagi yang bisa saya katakan...!" titah Kaisar Carausius kepada mereka berdua.
Sejenak, tidak ada satu pun dari mereka berdua yang bergerak.
Lalu Gildas menegakkan tubuh kakunya dan memberi hormat.
"Baik, Yang Mulia..." ujar Gildas.
TAP!
TAP!
TAP!
Gildas melangkah keluar diikuti oleh Damarius yang masih terlihat kesal akan perkataan Dorymene tadi.
BRAK!
Damarius menutup pintu itu dengan sedikit keras. Dan sebelum dia melangkah lebih jauh dari bilik tersebut, dia mendengar Dorymene berkata kepada Kaisar Carausius.
"Yang Mulia Kaisar terlalu lunak kepada mereka....."
Dan sisanya tidak terdengar lagi.
...💨💨💨...
"Ayo ikut ke dalam kamarku..." ujar Gildas dengan nada memaksa pada Damarius.
Mereka berjalan melintasi lapangan parade di bawah mercusuar besar itu.
"Aku akan datang nanti.... Ada yang harus aku lakukan di rumah sakit. Aku harus menangani mereka terlebih dahulu..." jawab Damarius dengan nada datar.
Malam ini Damarius berencana untuk menghilangkan emosinya dengan melakukan sesuatu. Sekalian mengurus orang-orang yang berada di rumah sakit itu, karena besok mereka sudah bukan menjadi urusannya lagi.
Malam ini adalah bagian Damarius yang bertugas di sana, sekalian dia ingin menambah poinnya sebelum dia ditempatkan ke Perbatasan oleh Kaisar Carausius.
Setelah semuanya selesai, Damarius baru akan bisa bergabung dengan tenang bersama dengan Gildas.
TAP!
TAP!
TAP!
CEKLEK!
Damarius melangkah masuk ke dalam ruangannya. Dia berencana untuk membunuh sisa orang-orang yang mem-bullynya, sebelum dia berangkat ke Perbatasan. Sedangkan untuk Dorymene, Damarius akan mengurusnya nanti.
"Sistem... Apakah ada sebuah cairan mematikan yang bisa langsung membunuh tanpa diketahui sebabnya nanti?" tanya Damarius pada Sistemnya.
DING!
"Ada, Host! Cairan ini adalah racun hebat yang ada pada Sistem. Tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak akan bisa terdeteksi. Apakah Host membutuhkannya?" tanya Sistem.
"Ya.... Aku membutuhkan untuk membunuh sisa orang-orang itu...." jawab Damarius.
DING!
"Harganya untuk 1 botol cairan itu sebanyak 10 poin. Sisa poin Host saat ini adalah 500 poin. Apakah Host bersedia menukarkan 10 poin untuk cairan tersebut?" tanya Sistem.
"Ya... Tukarkan 100 poin untuk cairan itu. Cairan itu akan berguna nantinya. Jika aku membunuh mereka dengan brutal, maka akan membuat susah diriku sendiri di dunia kuno ini..." jawab Damarius.
DING!
"Laksanakan, Host! Menukarkan 100 poin untuk cairan Kematian Dewa. Dan cairan itu sudah tersimpan di dalam inventory milik Host!" ujar Sistem.
"Terima kasih, Sistem..." ujar Damarius.
Lalu Damarius memutus komunikasinya dengan Sistem, dan mengambil sebotol cairan itu keluar dengan pikirannya.
SLAP!
Saat botol itu sudah berada di tangannya, Damarius terlihat memasukkan cairan itu ke dalam sebuah suntikan besar untuk empat orang yang tersisa.
Damarius berencana untuk langsung menyuntikkan cairan tersebut kedalam tubuh musuhnya, agar misinya selesai dengan mudah.
"Mereka sedang dalam keadaan tidur sekarang, semoga saja lancar malam ini. Saat mereka di temukan besok, mereka sudah dalam keadaan menjadi mayat...hehehehe" gumam Damarius.
Damarius langsung mengganti pakaian yang dia kenakan dengan pakaian hitam-hitam ala ninja dari dalam inventorinya.
Lalu dia menyelinap keluar dari dalam ruangan tugasnya dengan perlahan, dan langsung bergerak ke dalam Barak militer tempat keempat orang itu tinggal.
SREK!
TAP!
TAP!
TAP!
Damarius melangkah ringan menghindari para prajurit penjaga yang ada di sekitar Barak tersebut. Lalu dia masuk ke dalam sebuah bilik tempat mereka berempat tinggal.
SREET!
TAP!
TAP!
TAP!
Damarius melihat keempat orang itu sedang tertidur dengan pulas, sepertinya mereka tidak merasa terganggu dengan kehadiran Damarius di sana.
"Dasar orang-orang b0d0h yang tidak peka! Mereka tidur seperti kerbau, tidak menyadari bahaya yang mengancam diri mereka! Baguslah, akan lebih mudah pekerjaanku jadinya...." ujar Damarius dalam hati.
TAK!
SYUUT!
JLEB!
JLEB!
Damarius langsung menyuntikkan cairan itu ke dalam tubuh mereka masing-masing. Setelah itu, Damarius segera pergi dari dalam bilik tersebut dengan cepat.
KLEK!
WUSSSH!
Damarius melesat kembali ke dalam bilik rumah sakit, dan segera mengganti pakaiannya.
"Hufffftt!... Masalah kelima badjingan itu selesai! Tinggal menunggu beberapa saat sampai nyawa mereka lepas dari raga tanpa mereka sadari....hehehehehe! Aku memberikan kematian yang mudah untuk kalian, semoga kalian bereinkarnasi menjadi orang-orang yang berguna nantinya!" ujar Damarius dalam hati.
Tiga puluh menit kemudian....
Suara Sistem terdengar dibenaknya.
DING!
"Selamat, Host! Misi menghapus para manusia berhati kotor berhasil! Poin sebesar 2000 ditambahkan ke dalam poin milik Host! Poin Host sekarang sebanyak 2400 poin. Apakah Host ingin menukarkan poin Anda ke dalam mata uang zaman ini?" ujar Sistem dalam benak Damarius.
"Nanti saja, Sistem.... Aku belum begitu membutuhkan banyak uang sekarang. Simpan saja untuk kebutuhan mendesak nanti..." jawab Damarius.
DING!
"Baik, Host!"
"Aaah! Akhirnya aku bisa pergi dengan tenang besok ke Perbatasan...." gumam Damarius senang.
...****************...