Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Tanpa sadar jika ada Moira yang berdiri diambang pintu balkon, ia langsung bersembunyi dibalik pohon palsu untuk lebih mendengar apa yang Leon katakan dengan David. Padahal yang sebenarnya juga Leon tahu jika Moira mendengar semuanya.
"Buang pikiranmu tentang aku yang jatuh cinta dengan Moira itu jauh jauh, David. Tidak mungkin rasa rendahan itu ada didalam hatiku, wanita bisu tidak pernah menjadi tipe idealku!" Pertegas Leon lebih detail lagi.
Langkah Leon langsung berlalu pergi meninggalkan David yang hanya diam dengan bantahan gengsi itu. David adalah sosok yang paling mengenal Leon dari pada Leon sendiri. Setiap sikap Leon sangat dikenali oleh David, dan kali ini David benar-benar merasa jika Leon adalah manusia paling tergengsi.
"Dih, dasar gengsi!" Umpat David didalam hati, ia yakin pasti suatu saat Leon akan pusing tujuh keliling karena perasaannya sendiri kepada Moira Yaston.
Leon menghentikan langkahnya disaat diambang pintu balkon, matanya melirik kearah samping. Leon melihat jika Moira ada dibelakang pohon hias itu, timbul senyuman sinis diwajah tampan Leon karena terpikirkan oleh sesuatu.
"David, lain kali kau mengatakan jika aku mencoba Moira si wanita bisu... maka aku tidak segan-segan memotong gajimu!" Leon memberikan peringatan terakhir.
Tanpa Leon sadari jika Moira memejamkan mata mendengar peringatan Leon tersebut. Padahal niat awal Moira menyusul Leon di balkon adalah untuk mengucapkan kata maaf. Bagaimanapun Moira merasa bersalah juga bukannya berterimakasih dengan sikap baik pria tersebut malah terus mengeluh. Moira sedikit merasa jika tidak tameng tapi kali ini peringatan Leon kepada David membenarkan apa yang Moira rasakan.
"Ternyata kau sama saja seperti orang-orang, Leon. Tameng, semua sikap baikmu hanyalah tameng!"
Leon melonggarkan kaitan dasinya yang seakan sesak, ia berlalu pergi dari sana meskipun tahu di persembunyian itu Moira menangis. langkah Leon tetap pasti menuju ruangannya, disusul David untuk membahas pekerjaan yang tertunda.
Sementara ity Moira terus menangis tanpa suara, rasanya benar-benar tidak ada yang memihak pada kehidupannya yang kelam. Semua orang terus bersikap palsu dan semaunya, tidak menyangka jika Leon yang merupakan suami sendiri pun benar-benar tidak berpihak padanya.
Moira tidak berharap untuk dicintai oleh Leon, ia terlalu malu untuk mengharapkan hal sebesar itu. Hanya saja Moira ingin lebih dianggap ada, tidak disembunyikan seperti yang orang tuanya lakukan.
"Kau tahu alasan terkuat apa yang membuat Ayahmu menyembunyikan dirimu dari mata dunia? Karna kau bisu, Moira!"
Spontan tangan Moira menutup telinganya karena cacian Mentari terlintas jelas di benaknya. Moira terus menumpahkan kesedihannya, ia tidak mampu berkata-kata lagi akan semuanya.
"Padahal yang membuat aku bisu adalah Mama Mentari, aku memendam suaraku selama belasan tahun." Moira berusaha bangkit dari keterpurukannya.
Menghapus air matanya sebelum melanjutkan kembali masuk kedalam ruangan kerja Leon. "Aku menunjukkan kepalsuan kepada mereka, menahan segala rasa ingin berteriak disaat mereka semua menindasku." Moira menghentikan langkahnya karena teringat dengan sesuatu hal.
Yaitu bahwa keterbatasan ini bisa membuatnya lepas dari Leon baguslah kalau Leon menuntut kesempurnaan dari wanita. Itu berarti Moira tidak akan dikekang lama oleh pernikahan tidak diinginkan, pernikahan ini akan berakhir dalam waktu yang telah mereka tentukan.
"Tetaplah bisu, Moira. Tetaplah palsu!" Moira menyemangati diri sendiri sebelum membuka knop pintu ruangan kerja Leon Dante.
•
Seperti yang dikatakan Leon jika Moira benar-benar tidak ada melakukan apapun seharian. Hanya diam menatap kearah jendela yang menunjukkan hampir larut malam, pandangan mata Moira tertuju pada Leon yang tengah berkutat dengan dokumen.
Moira tidak hanya duduk diam menunggu tapi juga disediakan banyak cemilan oleh pria tersebut. Sebenarnya Moira semakin tidak mengerti dengan sikap Leon, padahal sangat jelas Leon mengatakan jika Moira hanyalah wanita bisu yang tidak pantas mendapatkan cinta darinya.
"Ah mungkin dia ingin orangnya selalu dalam pantauan matanya, dasar tidak mau rugi!" Moira mengumpat Leon didalam hati.
"Pulanglah lebih dulu, David akan mengantarmu." Ucap Leon yang membuat Moira terkejut, langkah Moira menuju Leon yang masih fokus dengan laptopnya.
"Tidak perlu, aku dari urusan lain." Moira meletakkan ponselnya didekat laptop Leon agar pria itu tahu apa yang ia katakan.
Kedua alis Leon mengkerut membaca apa yang Moira katakan, melihat kearah jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan hampir malam, soal pekerjaan juga Leon tidak memberikannya tugas apapun. Lalu urusan apa yang dimaksud oleh Moira kali ini.
"Urusan lain? Apa?" Leon sudah mengalihkan fokusnya pada Moira, dengan bersandar pada bangku kerja terus menatap Moira yang sedang mengetik sesuatu.
Tangan Moira bingung harus mengetik apa, kalau jujur pastinya Leon akan marah atau mungkin tidak akan mengizinkan. Sementara Moira sudah membuat janji dengan Theo, rasanya tidak nyaman kalau sempat membohongi pria yang sangat baik padanya itu.
"Ayah ingin bertemu, aku tidak tahu mau apa. Sepertinya sangat penting.." Terpaksa Moira berbohong kepada sang suami.
Leon terus menatapnya penuh menyelidiki, memikirkan apa mungkin Kalvin mengajak Moira untuk bertemu lagi. Tapi, kalau terus mencurigai Moira takutnya malah menimbulkan ketidaknyamanan. Pada akhirnya Leon memilih untuk percaya saja, ia mengangguk saja sebagai bukti jika percaya dengan apa yang Moira katakan dan memberikan izin.
Moira senang sekali, ia sampai melompat kesenangan. "Habiskan uang 20 juta yang kemarin aku beri, bukankah waktunya hanya tinggal tiga hari lagi?"
Ayolah Moira baru ingat akan uang 20juta yang harus ia habiskan dalam waktu seminggu. "Cepat habiskan, jangan sok berhemat selama menjadi istriku." Ucap Leon, ia menata barang-barangnya sekalipun tidak menoleh kepada Moira.
"Uangku sangat banyak, kalau kau berhemat itu berarti kau sedang meremehkan dompetku." Sambungnya, semakin membuat Moira tertekan saja.
Uang sebanyak itu bahkan belum Moira gunakan sama sekali, lalu ia harus menggunakan untuk apa uang sebanyak 20 juta harus habis dalam waktu tiga hari.
"Mungkin wanita lain akan senang diberi uang belanja sebanyak ini, hanya saja aku sendiri yang merasa tertekan.." Moira menghela napas panjang karena memikirkan uang tersebut.
Tiba-tiba saja tangan Moira diraih oleh Leon, tentu saja Moira terkejut. "Ayo aku antar kemana Ayahmu mengajak bertemu, kebetulan aku juga mau pergi ke suatu tempat." Ajak Leon, tidak mau mendengar penolakan Moira maka Leon langsung menarik tangan sang istri untuk segera pergi bersamanya.
~~
Haloooo, aku menyapa kalian yaaa.. tolong dong dikomen gitu, jangan diam aja hihi☹️