Di alam semesta yang dikendalikan oleh Sistem Takdir Universal, setiap kehidupan, keputusan, dan perjalanan antar galaksi diatur oleh kode takdir yang mutlak. Namun, segalanya berubah ketika Arkhzentra, seorang penjelajah dari koloni kecil Caelum, menemukan Penulis Takdir, alat kuno yang memberinya kekuatan untuk membaca dan memanipulasi sistem tersebut.
Kini, ia menjadi target Kekaisaran Teknologi Timur, yang ingin menggunakannya untuk memperkuat dominasi mereka, dan Aliansi Bintang Barat, yang percaya bahwa ia adalah kunci untuk menghancurkan tirani sistem. Tapi ancaman terbesar bukanlah dua kekuatan ini, melainkan kesadaran buatan Takdir Kode itu sendiri, yang memiliki rencana gelap untuk menghancurkan kehidupan organik demi kesempurnaan algoritmik.i
Arkhzentra harus melintasi galaksi, bertarung melawan musuh yang tak terhitung, dan menghadapi dilema besar: menghancurkan sistem yang menjaga keseimb
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Topannov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan yang Menyatukan
Setelah Kaelzenthra meninggalkan lingkaran batu, Arkhzentra dan timnya menghadapi serangan terakhir dari Kekaisaran. Dalam kekacauan ini, Arkhzentra membuat keputusan penting untuk menggunakan kekuatan terakhir dari Penulis Takdir, bukan untuk mengontrol, tetapi untuk membebaskan semesta dari kendali. Momen pengorbanan ini membawa tim lebih dekat satu sama lain, dan mereka menyadari bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai.
---
Fwoooom!
Zephyr menyala dengan energi siaga, mesin-mesinnya berdengung lembut di tengah suara angin yang membawa aroma tanah basah. Kapal itu berdiri seperti bayangan gelap di tepi Stonehenge, bersiap untuk membawa mereka pergi.
Namun, langit di atas mereka penuh dengan ancaman. Kapal-kapal Kekaisaran mendekat, bergerak dalam formasi rapi seperti kawanan pemangsa. Lampu merah mereka berkilauan, memantulkan ancaman dingin di tengah pagi yang baru mulai menyingsing.
Arkhzentra berdiri di depan timnya, memegang Penulis Takdir dengan cengkeraman kuat. Cahaya biru dari alat itu bersinar pelan, seolah mengetahui bahwa momen penting akan segera tiba.
“Mereka akan menyerang habis-habisan,” kata Rhaegenth, senjatanya siap di tangan. “Fiuhhh… aku tidak yakin kita punya cukup peluru untuk menghadapi mereka semua.”
“Kita tidak perlu melawan,” kata Arkhzentra, matanya tetap tertuju pada kapal-kapal yang mendekat. “Setidaknya, bukan dengan cara mereka.”
Lyrientha melangkah ke sampingnya, tatapannya penuh kekhawatiran. “Apa maksudmu?”
Arkhzentra menatap Penulis Takdir, lalu ke arah Lyrientha dan Rhaegenth. “Aku pikir aku tahu apa yang harus dilakukan. Velkarith tidak sepenuhnya salah. Semesta tanpa keseimbangan bisa jatuh ke dalam kekacauan. Tapi itu tidak berarti kita harus hidup di bawah kendali siapa pun.”
“Apa kau serius?” Rhaegenth bertanya, nadanya cemas. “Kau tahu alat itu hampir membunuhmu terakhir kali.”
Arkhzentra mengangguk. “Aku tahu risikonya. Tapi kalau kita tidak melakukan ini sekarang, Kekaisaran akan terus datang, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka mengambil alih semuanya. Kita harus memutus siklus ini—sekali untuk selamanya.”
Lyrientha menatapnya lama, sebelum akhirnya meletakkan tangannya di bahunya. “Apa pun yang terjadi, aku di sini bersamamu.”
Arkhzentra tersenyum kecil. “Terima kasih, Lyra.”
---
Serangan Dimulai
Blasssssttt!
Serangan pertama datang dari udara. Kapal utama Kekaisaran melepaskan tembakan plasma besar, menghantam tanah beberapa meter dari Zephyr. Gelombang kejutnya mengguncang tanah, membuat semua orang terhuyung.
“Kita tidak punya banyak waktu!” teriak Rhaegenth, menembakkan senjatanya ke arah pasukan Kekaisaran yang mendekat dari darat.
“Lyra, bantu aku!” seru Arkhzentra, memposisikan Penulis Takdir di tengah lingkaran energi Stonehenge.
Lyrientha bergerak cepat, menyalakan perangkat sinkronisasinya dan mengatur koordinat energi. Batu-batu besar di sekitar mereka mulai bersinar kembali, meskipun cahaya mereka tidak sekuat sebelumnya.
“Apa yang kau rencanakan, Ark?” tanya Lyrientha sambil memeriksa perangkatnya.
“Aku akan menggunakan Penulis Takdir untuk menyebarkan energi ini ke seluruh jaringan semesta,” jawab Arkhzentra. “Bukan untuk mengontrol, tapi untuk membebaskan semua makhluk dari sistem yang tersisa. Velkarith meninggalkan jejaknya di setiap planet, di setiap pikiran. Kita harus menghapusnya.”
“Kau yakin itu akan berhasil?”
“Aku harus yakin,” jawabnya dengan tegas.
---
Pengorbanan Terakhir
Duarrr!
Sebuah ledakan besar mengguncang lingkaran, menghancurkan salah satu batu Stonehenge. Energi di sekitar mereka menjadi tidak stabil, memancarkan percikan liar ke udara.
“Cepat, Ark!” teriak Rhaegenth, mundur untuk berlindung di balik reruntuhan.
Arkhzentra memejamkan mata, fokus pada Penulis Takdir di tangannya. Ia merasakan aliran energi mengalir melalui tubuhnya, panasnya hampir tak tertahankan.
“Aku bisa merasakan semuanya,” bisiknya. “Semua kehidupan yang terhubung dengan Takdir Kode… semua rasa takut, rasa sakit…”
“Fokus, Ark!” panggil Lyrientha, mendekat untuk membantunya menstabilkan alat itu. “Kau harus mengendalikan energinya!”
“Aku tidak akan mengendalikannya,” jawab Arkhzentra, membuka matanya yang kini bersinar biru terang. “Aku akan melepaskannya.”
Fwooom!
Gelombang energi besar meledak dari Penulis Takdir, menyelimuti seluruh Stonehenge dan meluas ke langit. Cahaya biru itu seperti jaring besar, menyebar ke setiap arah dengan kecepatan luar biasa.
Di atas mereka, kapal-kapal Kekaisaran berhenti di udara, sistem mereka tampak lumpuh oleh energi yang menyebar. Velkarith, meskipun tidak hadir secara fisik, tampak berusaha melawan. Pola-pola bercahaya di langit mulai memudar, menghilang satu per satu.
“Aku bisa merasakannya,” kata Lyrientha pelan, matanya membelalak. “Takdir Kode… semuanya sedang hancur.”
---
Dunia yang Baru
Ketika cahaya biru akhirnya memudar, keheningan yang mendalam menyelimuti mereka. Tidak ada suara dari kapal Kekaisaran, tidak ada gemuruh energi. Dunia tampak diam, seolah-olah baru saja dilahirkan kembali.
Arkhzentra jatuh berlutut, napasnya terengah-engah. Penulis Takdir di tangannya kini gelap, tidak lagi memancarkan cahaya.
“Ark!” seru Lyrientha, berlari untuk mendukungnya.
“Aku baik-baik saja,” gumamnya, meskipun tubuhnya tampak lemah. “Aku hanya… butuh waktu.”
Rhaegenth mendekat, memandang ke arah kapal-kapal Kekaisaran yang kini melayang tanpa daya. “Fiuhhh… apa yang baru saja kau lakukan?”
“Aku memutuskan semuanya,” jawab Arkhzentra, menatap ke langit. “Tidak ada lagi Takdir Kode. Tidak ada lagi Velkarith. Tidak ada lagi kendali.”
---
Tim berdiri di tengah Stonehenge, menyadari bahwa meskipun mereka telah membebaskan dunia dari sistem lama, tantangan baru kini menunggu. Mereka tidak lagi memiliki musuh yang jelas, tetapi dunia tanpa kendali juga penuh dengan kekacauan dan ketidakpastian.
“Jadi… apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Rhaegenth, suaranya penuh kebingungan.
Arkhzentra berdiri perlahan, menatap horizon yang perlahan diterangi matahari pagi. “Kita mulai dari awal. Bersama-sama.”
Zephyr menyala di kejauhan, menunggu mereka untuk memulai perjalanan berikutnya, menuju masa depan yang kini sepenuhnya berada di tangan mereka.