Seorang gadis bernama ayu yang telah di tinggal pergi oleh ibunya untuk selamanya,dia memiliki dua orang adik yang harus di asuh nya sedangkan ayah nya sudah tidak memperdulikan mereka lagi semenjak ibunya sakit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrioktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayu di fitnah
Setelah beberapa hari pakde pun pulang ke rumahnya,bude pun sudah bisa menerima kenyataan kalau dia sudah di duai.
Dia sudah tidak perduli lagi dengan semua yang terjadi,yang dipikirkan nya sekarang hanya kesenangannya dengan geng arisannya saja.
Bude tak perduli lagi pakde mau pulang atau tidak , setiap hari teman teman arisan bude datang dan menyemangati dirinya supaya dia tidak terpuruk terlalu lama
" Ayu bude mu mana ?,tanya pakde tiba tiba
" Ada di dalam pakde ," kataku.
Tiba tiba saja terdengar teriakan mbak Dinda dari dalam kamar nya.
" Mama,mama perhiasan Dinda kemana semua ni,kenapa tidak ada !," teriak Dinda panik dari dalam kamarnya.
Bude dan pakde pun berlari ke kamar Dinda melihat apa yang sedang terjadi.
"Dinda kamu kenapa ,kok teriak teriak begitu," kata pakde khawatir.
" Ini pa , perhiasan Dinda hilang semua",kata Dinda sambil menangis.
" Kok bisa , selama ini rumah kita aman aman saja, emang nya kamu letak mana?," kata bude.
" Dinda letak di lemari ma,tapi pas Dinda masuk ke kamar lemarinya sudah agak renggang, dan waktu Dinda cek udah tak perhiasan Dinda semua nya ma,"kata Dinda sambil mengusap air mata nya.
" Sudah kamu periksa semua nya mana tau terselip selip di bawah baju," kata pakde.
" Udah lho pa ,ni lihat," kata Dinda sambil menggeluarkan semua pakaian nya dari lemari.
" Kalau gitu kita periksa semua ruangan dan kamar-kamar mana tau yang ngambil nya," kata bude lagi.
Akhirnya semua ruangan di periksa bude dan pakde tak luput kamar bude dan kamar aku jadi sasaran.
*******
Tiba tiba Dinda pun berteriak dari dalam kamarku.
" Mama, papa,coba lihat ini," katanya dari dalam kamar ku.
Kami semua berlari ke kamar ku , alangkah terkejutnya diriku karena kotak perhiasan mbak Dinda ada dalam lemari ku.
" Pa ,lihat ni perhiasan Dinda ada dalam lemari si ayu ," kata Dinda menunjukan kotak perhiasan yg masih di dalam lemari.
" Tidak ,tidak mungkin pakde,ayu tidak mencuri perhiasan mbak Dinda ," kataku membela diri
" Tidak mungkin dari mana ,ini buktinya," kata Dinda sambil menunjuk ke arah lemari.
Plak
Tiba tiba saja bude menampar pipi ku dengan sangat keras.
" Masih mengelak kamu ! Ini sudah ada buktinya ! Masih mau mengelak kamu," kata bude emosi.
" Tapi memang bukan ayu yang ambil bude ,pakde ," kataku sambil mengelus pipiku yg perih habis kena tampar bude.
" Iya bude ,tak mungkin kak ayu mengambil perhiasan mbak Dinda",kata Rio membelaku.
" Kamu masih mau membela kakak mu ini !, kau tidak lihat di mana perhiasan itu mbak dapat," kata Dinda penuh emosi sambil menunjuk kan perhiasan yg dia pegang.
" Ya mana tau, mbak sendiri yang meletakkan nya di lemari kak ayu," kata Rio santai sambil menatap Dinda.
" Jadi maksud kamu,mbak yang memfitnah kakakmu,"kata Dinda lagi tak senang.
" Ya , mungkin saja ,mbak Dinda Kan emang tidak suka dari dulu sama kak ayu," kata Rio lagi.
" Aku tahu semua ini ulah kamu mbak,kamu yang memasukkan kotak perhiasan itu kekamar kak ayu, dan menyimpan nya dalam lemari aku melihat semuanya mba," kataku dalam hati.
" Kalau gitu kita laporkan aja ke polisi,biar jelas semuanya," kata bude.
"Iya benar bude ,itu lebih bagus biar tahu siapa yang mencuri perhiasan mbak Kinan sebenarnya," kata Rio sambil melihat wajah Kinan.
Wajah Dinda pun berubah takut saat Rio mengatakan tidak keberatan menyelesaikan masalah ini dengan jalur hukum.
" Jangan bude , jangan lapor kan ayu ke polisi,ayu tidak melakukan itu," kata ayu sambil menangis.
" Pakde ,percaya sama ayu ,bukan ayu yang mencuri perhiasan mbak dinda," kataku sambil memegang tangan pakde.
Rio melirik ke arah Dinda,ada senyuman mengejek di sudut bibirnya.
" Kamu puaskan mbak telah membuat kak ayu tersiksa terus terusan, suatu saat kau akan merasakan apa yang kak ayu rasakan," kata Rio dalam hati sambil mengepalkan tangannya
" Sudah , sudah,tidak ada polisi polisi an dan perhiasan itu sudah ketemu,papa tidak mau memperpanjang masalahnya ini lagi,jadi sebagai hukuman kalian berdua pergi dari rumah ini !,
Pakde tidak mentolerir pencurian, sekarang kalian berisi barang barang kalian dan angkat kaki dari sini!," kata pakde mengusir kami dari rumah nya,
Sebenarnya rumah ini rumah almarhum nenek, kami pun masih punya hak di dalamnya,tapi kami tak punya keberanian untuk mengungkitnya
*****
" Pakde..,pakde..,ayu tak bersalah pakde !,bukan ayu yang mencuri nya !",kata ayu sambil berlari keluar kamar sambil mengejar pakde nya
Dinda dan bude tersenyum senang sambil ber TOS secara diam-diam.
" Rasakan kalian ,kalian pikir kalian siapa ?, ngatur-ngatur dan sok cari perhatian sama papa",kata Dinda dalam hati sambil tersenyum mengejek.
Dinda pun keluar dari kamarku,dan menyenggol bahu ku sampai aku terjatuh.
Aku pun menangis sesenggukan sambil memikirkan nasib ku yang tiada kesudahan.
" Kak ,ayo bangun, kita kemasi barang barang kita , mungkin bukan di sini tempat kita," kata Rio sambil membantu ku berdiri.
Akhirnya kami mengemasi barang barang kami dan keluar dari rumah itu.
Setelah selesai kami pun beranjak akan pergi.
Kulihat pakde duduk di sofa di ruangan tamu sambil menghisap rokok nya.
Wajah nya sangat kusut , mungkin dia memikirkan masalah tadi .kami pun mendekati pakde dan menyalaminya.
" Pakde kami pamit dulu iya,jaga kesehatan pakde," kataku sambil menahan airmata ku agar tidak jatuh lagi.
Pakde pun memalingkan wajah nya , kulihat dia meneteskan airmata nya.
Kami pun pergi meninggalkan kan rumah ini.kami terus berjalan tanpa arah dan tujuan
Tak ada suara atau percakapan yg kami lakukan .kami sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kak ,kita mau kemana ini?,"kata Rio mengagetkan ku.
" Entah lah Rio, kakak pun tak tau," kataku lagi sambil terus berjalan tanpa tujuan.
" Kak ,ini Rio ada uang sedikit kita bisa mencari kontrakan kecil ,nanti kita bisa cari kerja apa aja yang penting halal,"kata Rio menyemangatiku.
Hu,akupun menarik nafas panjang meringankan beban di hati ku.
" Kita duduk aja dulu di halte itu nanti baru kita cari tempat tinggal," kataku lagi sambil melangkah ke halte,karena kaki ku sudah tak sanggup untuk berjalan lagi.
Hari sudah semakin sore ,awan mendung bergelantung di langit,angin bertiup sangat kencang bertanda akan turun hujan.
" Kak gimana ini,hari udah mau hujan kita belum dapat kontrakan" kata Rio khawatir sambil melihat sekelilingnya
" Dek,kita berteduh disana aja ya," kataku kepada Rio, karena halte tempat kami duduk sudah tak ada lagi atapnya, mungkin sudah di curi oleh orang yang tak bertanggung jawab.
Kami pun menuju toko yang ada di sebrang halte itu untuk berteduh.
Keadaan sekitar toko memang agak sepi mungkin karena hujan sebentar lagi akan segera turun.