NovelToon NovelToon
Pangeran Pertama Tidak Mau Menjadi Kaisar

Pangeran Pertama Tidak Mau Menjadi Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Razux Tian

Dilahirkan sebagai salah satu tokoh yang ditakdirkan mati muda dan hanya namanya yang muncul dalam prologue sebuah novel, Axillion memutuskan untuk mengubah hidupnya.

Dunia ini memiliki sihir?—oh, luar biasa.

Dunia ini luas dan indah?—bagus sekali.

Dunia ini punya Gate dan monster?—wah, berbahaya juga.

Dia adalah Pangeran Pertama Kekaisaran terbesar di dunia ini?—Ini masalahnya!! Dia tidak ingin menghabiskan hidupnya menjadi seorang Kaisar yang bertangung jawab akan hidup semua orang, menghadapi para rubah. licik dalam politik berbahaya serta tidak bisa ke mana-mana.

Axillion hanya ingin menjadi seorang Pangeran yang hidup santai, mewah dan bebas. Tapi, kenapa itu begitu sulit??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razux Tian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

"Hamba, Lucius Hart Eldmald memberi salam kepada Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Ratu Ketiga dan Yang Mulia Pangeran Axillion."

Axillion menatap Lucius yang berlutut memberikan hormat di depannya. Perasaannya sedikit bercampur aduk antara bingung dan penasaran, karena dia tidak mengerti kenapa Lucius ingin menemuinya, dan itupun dengan cara yang cukup ekstrem.

Sejak Axillion melangkah keluar dari kamarnya, memang ada banyak orang yang ingin bertemu dengannya. Karena itu, Istana Sapphire selalu kebanjiran surat ijin bertamu. Tapi, berhubung Axillion tidak ingin bertemu dengan mereka, mereka yang ingin menemuinya tidak bisa melakukan apapun, kecuali; Lucius.

Lucius yang datang ke Istana Sapphire tanpa memasukkan surat ijin bertamu tentu saja ditolak masuk. Namun, bukannya menyerah, dia menyerang para prajurit pengawal Istana Sapphire dan menerobos masuk dengan tenangnya. Keributan terjadi, dan saat semua prajurit di Istana Sapphire muncul mengelilinginya, dia berlutut ke bawah sambil berkata ingin bertemu dengan Axillion.

Apa yang dilakukan Lucius sangat ekstem karena konsekuensi dari menyerang prajurit pengawal dan memasuki Istana tanpa ijin adalah hukuman mati. Sebagai anggota Blue Royal Knight, Lucius pasti tahu, jadi—kenapa dia masih melakukannya?

"Jadi, kenapa anda ingin bertemu saya, Sir Lucius?" tanya Axillion membuka pembicaraan. Melihat Lucius dari tadi diam membisu tidak mengatakan sepatah katapun, dia berpikir pria di depannya tidak akan membuka mulut jika dia tidak bertanya.

Owen dan Lilia yang berada di samping Axillion juga menatap Lucius penasaran. Pria ini dari saat masuk sampai sekarang terlihat jelas hanya menatap Axillion, seakan keberadaan Kaisar dan Ratu Ketiga Kekaisaran Agung Alexandria sama sekali tidak ada. Ini adalah pertama kalinya mereka berdua melihat orang seperti ini.

"Hamba ingin berterima kasih pada anda, Yang Mulia Pangeran," jawab Lucius jujur. Suaranya yang tenang, tegas dan cukup keras terdengar jelas. "Terima kasih telah menyembuhkan kelainan hamba."

Hanya ingin berterima kasih, dia sampai menerobos masuk Istana Sapphire dengan konsekuensi kepalanya? Axillion benar-benar tidak menemukan kata untuk mendeskripsikan Lucius. Melihat wajah tampannya yang serius dan tegas, serta mata yang jernih, dia jelas bukanlah orang bodoh. Kenapa dia sampai melakukan ini?

"Tidak perlu berterima kasih," Axillion hanya dapat berpikir, dunia ini penuh orang unik nan aneh, mungkin Lucius adalah salah satu dari mereka. "Saya melakukannya bukan karena ingin anda berterima kasih, Sir Lucius."

"....."

Lucius diam membisu mendengar ucapan Axillion. Masih menatapnya lurus dengan ekspresi wajah tidak berubah, dia kemudian menunduk ke bawah.

"..... "

Axillion juga diam membisu. Dia tidak memiliki kata-kata yang ingin disampaikan pada Lucius lagi. Dia menyembuhkan Mana Clog Lucius karena menurutnya itu menarik. Dirinya tidak pernah mengharapkan ucapan terima kasih, terutama dengan cara ekstrem seperti ini.

"Yang Mulia Pangeran Axillion," panggil Lucius tiba-tiba. Mengangkat kepala, mata hitam jernihnya menatap Axillion sekali lagi. "Hamba adalah pedang yang cacat. Tapi, anda menyempurnakan hamba. Karena itu, hamba ingin melayani anda seumur hidup hamba—hamba bersedia menjadi pedang untuk anda."

"..... "

"..... "

"..... "

Kesunyian memenuhi ruangan begitu Lucius selesai mengutarakan niatnya.

"Terima kasih untuk niat anda, Sir Lucius, "balas Axillion pelan. Seulas senyum mengembang di wajah cantiknya seperti biasa. "Tapi, saya tidak memerlukan pedang."

Ini adalah pertama kalinya Axillion melihat seseorang yang berkeinginan melayaninya seumur hidup. Dia menghargai niat baiknya, tapi, dia tidak memerlukannya.

Tidak ada kepanikan di wajahnya mendengar Axillion menolaknya. Dia sudah menduga jawaban tersebut, tapi, itu tidak berarti dia akan langsung menyerah. "Yang Mulia Pangeran, hamba ber—"

Axillion mengangkat tangan kanan meminta Lucius untuk berhenti berbicara, "Apapun yang anda katakan, keputusan saya tidak akan pernah berubah; saya tidak memerlukan Pedang, pengawal pribadi ataupun orang yang melayani." Jelasnya dengan ekspresi wajah tersenyum yang tidak berubah.

Lucius yang terdiam tidak mengatakan apapun lagi. Dia bisa melihat Axillion serius dengan ucapannya barusan. Apakah ini artinya dia harus menyerah dengan keinginannya ini?—tidak. Dia harus melakukan sesuatu untuk mengubah pendirian sang Pangeran.

"....."

"..... "

"...... "

Ruangan kembali hening. Namun, keheningan tersebut dengan cepat dipecahkan oleh suara tawa Lilia.

"Bagus!" tertawa gembira, Lilia tiba-tiba berjalan maju dan membantu Lucius yang masih berlutut berdiri. Kedua tangannya mengenggam erat tangan Knight tersebut, sedangkan mata biru indahnya berbinar bahagia. "Anda—mulai besok datanglah ke sini."

Axillion kebingungan dengan sikap di luar dugaan Lilia. Menoleh menatap Owen meminta jawaban, dia melihat ayah kandungnya yang juga kebingungan.

"Saya butuh pengawal," lanjut Lilia tidak peduli dengan kebingungan suami-anaknya. Dia bahkan tidak menoleh sedikitpun pada mereka yang kebingungan. "Anda bisa menjaga pintu kamar Xion untukku, kan?"

Pertanyaan Lilia tersebut dengan segera membuat Axillion menoleh kembali pada ibunya tersebut tidak percaya. "Ibunda," panggilnya. "Saya tidak memerlukan pengawal di depan pintu kamar saya."

Tersenyum, Lilia menoleh menatap Axillion. Mata birunya berbinar bahagia penuh kemenangan. Dia menginginkan Axillion mengangkat pengawal pribadi, namun putranya tersebut tidak mau, dan sekarang, Lucius muncul dengan kesetiaannya yang mengagumkan. Axillion mungkin menolak, tapi, Lilia tidak. "Istana Sapphire adalah istanaku, Xion. Ucapanku lah yang mutlak di sini."

Axillion terdiam seribu bahasa mendengar ucapan di luar dugaan Lilia. Dia bisa melihat jelas tujuan utama ibu kandungnya tersebut—beliau masih belum putus asa untuk membuatnya mengangkat pengawal pribadi!

Owen yang melihat dari samping hanya dapat menggeleng kepala pelan. Sifat pantang menyerah dan keras kepala Lilia sungguh luar biasa, Axillion saja bukan tandingannya.

"Ayahanda," panggil Axillion. Dia tidak bisa melawan Lilia, tapi dia masih memiliki seorang ayah yang bisa membantunya, kan? "Katakan sesuatu pada Ibunda."

Owen tidak mempedulikan Axillion. Menoleh menatap Lucius, dia merasa Lucius bukanlah pilihan yang buruk. Dari informasi yang didapatkannya, dia tahu, Lucius adalah seorang Knight yang berbakat dan bertalenta. Kesetiaannya terhadap Axillion juga dapat dipercaya. Menerobos masuk istana dengan konsekuensi hukum mati hanya dengan tujuan ingin melayani tuannya—di mana lagi bisa ditemukan pribadi seperti ini? Lucius juga tidak masuk dalam golongan fraksi manapun, yang berarti dia bersih. Namun yang paling penting; dia bisa mengwujudkan keinginan Lilia. Ya, Owen merasa Lucius itu benar-benar tidak buruk.

Tersenyum, Owen kembali menatap Axillion. "Ini adalah istana ibumu, aku tidak bisa ikut campur."

Meminta bantuan pada ayahnya untuk melawan ibunya adalah keputusan yang salah. Owen yang merupakan budak cinta Lilia tidak akan mungkin berpihak padanya. Menghela napas, dia dengan pasrah menoleh menatap Lilia yang berbicara dengan Lucius penuh semangat.

Tapi, sejenak kemudian, Axillion teringat sesuatu. Baiklah, dia akan membiarkan Lucius menjaga pintu kamarnya di Istana Sapphire ini, bukankah dia akan pindah ke istananya sendiri bulan depan?—istana di mana ucapannya lah yang mutlak.

Tersenyum penuh kemenangan, dia pertama kali berpikir keputusan Owen yang memaksanya pindah ke istana lain tidak buruk. Lalu, melihat wajah bahagia Lilia di depan—dirinya bersedia mengwujudkan keinginan sang ibu sampai hari itu.

...****************...

1
Evi Pebrianti
bagus
Razux Tian: Terima kasih untuk komentnya😍😍

Aku akan berusaha membuat cerita ini semenarik dan seseru mungkin😘
total 1 replies
Raja Semut
dri berapa bab yg saya baca kenapa tidak pernh di jelaskan asal muasal kekuatan dari sang MC?
Razux Tian: Terima kasih untuk komentnya😀

Aku tidak bisa me jelaskan asal muasal kekuatan MC karena semuanya akan terjawab seiring dengan jalan cerita😄

Sekali lagi, terima kasih telah membaca novel ini🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!