NovelToon NovelToon
Satu Cinta Dua Hati

Satu Cinta Dua Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Kembar / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn

Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.



Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.


Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.

Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32

    Di dalam apartemen Davina, si kembar saja pulang dari sekolahnya dan saat ini mereka berada di ruang bermain.

    Nathan menghela nafas panjangnya ketika melihat berita di Ipad-nya. Ia menggelengkan kepalanya dan mendecakkan lidahnya." Daddy memang bodoh. Dia membiarkan Mommy pergi bersama pria lain."

    Nala terlihat cemberut, ia menatap kakaknya. "Apakah Mommy akan menikah dengan paman Aksa? Apa ini artinya ketika akan dewasa bersama ayah tiri dan bukan Daddy kita yang sesungguhnya?."

    "Paman Aksa bukan orang yang jahat. Dia mencintai Mommy kita dan karena hanya dia yang dari dulu dekat dengan Mommy, kita tidak punya pilihan selain menerima dia sebagai ayah baru kita." Jawab Nathan.

    Terlihat kedua mata Nala menjadi berkaca-kaca dan bibir bawahnya bergetar. "Tapi aku ingin Paman yang  tampan dan kaya itu menjadi Daddy kita."

   "Nala, pria yang di cintai Mommy... yang akan menjadi ayah baru kita." Kata Nathan, ia mengerti jika adiknya ingin jika Kevin yang menjadi ayah mereka.

    "Tidak, aku ingin Paman tampan itu. Aku menyukai dia dan meski pun dia bodoh." Protes Nala dan air mata mengalir di pipinya.

    Nathan merasa kasihan dengan adiknya. Ia membungkuk dan menyeka air matanya. "Jangan menangis, Nala. Kamu cengeng sekali. Jangan khawatir, semalam aku melihat Daddy mencium Mommy. Jadi masih harapan, kamu jangan bersedih seperti ini."

    Kedua mata Nala langsung berbinar. Ia langsung berhenti menangis. "Apa yang kamu katakan itu jujur? Mommy dan Daddy berciuman seperti orang dewasa lainnya?."

    Nathan menganggukkan kepalanya, tersenyum pada adiknya. "Kamu tenanglah, aku akan membantu Daddy untuk memenangkan hati Mommy kembali. Tapi, tidak sekarang. Mommy sepertinya sangat marah pada Daddy, tapi aku pikir dia masih mencintai Daddy, kalau tidak, Mommy tidak akan begitu marah dengan Daddy."

    "Apa Daddy menyayangi Mommy kita?". Tanya Nala.

    Sementara Nathan mengusap dagunya sembari berpikir. "Aku tidak yakin... dari apa yang aku lihat semalam, dia memang begitu. Tapi, aku tidak tahu kenapa dia malah memilih wanita jahat itu."

    Nala kemudian menyeringai. "Karena Mommy dan Daddy saling mencintai. Ayo kita bantu mereka untuk kembali bersama!." Sarannya.

    Nathan mengangguk setuju.

    ***

    Hari-hari berikutnya berlalu dengan begitu cepat.

    Karena hari ini adalah akhir pekan, Aksa mengajak Davina pergi berkencan untuk yang pertama kalinya setelah mereka jadian. Pada kencan ini, Aksa menawarkan diri untuk mengajari Davina bermain golf.

    Pria itu selalu ingin mengajari Davina, tetapi Davina menolak tawarannya karena postur tubuhnya yang intim saat mengajarinya. Namun, sekarang setelah mereka menjadi pasangan, Davina setuju untuk membiarkan Aksa mengajarinya.

    Mereka berdua terlihat bergaya dengan Davina yang mengenakan kemeja polo putih tanpa lengan dengan rok mini putih melebar dan sepatu kets putih. Sementara itu, Aksa mengenakan kemeja polo klasik berwarna biru tua yang dimasukkan ke dalam celana golf berwarna cokelat. Baik Davina maupun Aksa mengenakan topi putih untuk melindungi wajah mereka dari sinar matahari.

    "Aku akan menunjukan cara melakukannya dan kemudian kamu bisa mencobanya sendiri." Kata Aksa setelah mereka sampai di lapangan golf." Lihat aku dengan baik."

    Cuacanya terasa hangat dan cerah, sementara suasana di lapangan golf sangat tenang, kecuali suara gemerisik dedaunan dari pepohonan di kejauhan. Ada area istirahat tempat mereka yang lelah duduk untuk menyaksikan para pemain di lapangan.

    "Kamu harus berdiri seperti ini dengan kedua kaki terbuka lebar." Kata Aksa menjelaskan, sembari bersiap. Ia menggenggam tongkat golf dengan erat dan meletakkannya di belakang bola golf.

    "Sebagai pemula, kamu tidak perlu melakukan ayunan keras... cukup lakukan dengan lembut dan cobalah untuk mengayunkan bola dengan lancar ke dalam lubang dengan beberapa pukulan." Aksa mengayunkan tongkat golfnya dan memukul bola golf. Ia terus mengawasi bola dan melemparkan pukulan ke udara saat bola itu masuk ke lubang dalam satu pukulan. "Ya!"

"Wah! Kemampuanmu luar biasa," puji Davina, terkesan.

    "Sekarang, giliran kamu." Kata Aksa, memberikan tongkat itu pada Davina.

    Davina terlihat ragu-ragu, tetapi ia tetap meraih tongkat dan bersiap, mencoba mengingat apa yang telah di lakukan Aksa. "Apa aku akan melakukannya dengan benar?." Tanya nya.

    "Tenangkan bahu mu." Kata Aksa dan ketika Davina mengangkat bahunya, pria itu terkekeh dan berdiri di belakang Davina. Aksa meletakkan tangannya di bahu Davina hingga wanita itu menenangkan lengannya... lalu Aksa memegang pinggang Davina untuk membantunya berdiri. "Seperti ini..." katanya dengan suara rendah.

    Sembari melangkah lebih dekat, Aksa meletakan tangannya di atas tangan Davina yang sedang memegang tongkat golf dari belakang. "Biar aku bantu."

    Davina bisa merasakan napas hangat Aksa dari belakang lehernya. Jantungnya berdebar kencang, tetapi ia tidak tahu debaran ini karena posisi mereka atau ada hal lain.

    Sementara itu, di area istirahat. Daisy memperhatikan Davina dan Aksa. Lalu ia menoleh ke arah Kevin. "Bukankah itu Davina dan Aksa?."

    Kevin yang sedang beristirahat di kursinya dan memejamkan matanya membukanya saat mendengar kata-kata Daisy. Ia melirik ke arah lapangan dan menyipitkan matanya saat melihat posisi Davina dan Aksa yang sangat berdekatan.

    "Ya ampun... Aku tidak tahu kalau hubungan mereka sudah sejauh ini. Mereka terlihat sangat serasi." Kata Daisy, menatap Kevin.

    Namun, hati Daisy hancur ketika melihat ekspresi marah yang terpancar wajah Kevin, ketika pria itu menatap tajam Davina yang sedang bersama Aksa.

    Rahang Kevin terkantup rapat. Tatapan matanya seakan terbakar amarah ketika ia melihat Aksa membantu Davina mengayunkan tongkat golf nya

    'Kau harus melepaskannya tangan pria itu, Davina.' Batin Kevin Dadanya sesak dan ia berusaha sekuat tenaga agar tidak terburu-buru dan memisahkan mereka.

    Kevin sudah tiba di lapangan golf lebih awal. Ia tidak ingin berkencan dengan Daisy, tetapi wanita itu terus bertanya dan Kevin akhirnya memilih untuk datang ke lapangan golf karena ia tahu Daisy tidak bisa bermain dalam kondisi seperti itu... itu adalah caranya untuk menghindarinya. Siapa yang tahu dirinya akan bertemu Davina dan Aksa di lapangan golf?

    Ketika Davina berhasil mengayunkan bola ke lubang, Aksa membalikkan tubuh Davina, lalu menangkup wajah cantiknya dan kemudian mencium bibirnya.

    Melihat hal itu, Kevin berdiri, mendorong kursi yang ia duduki kebelakang. Perasaannya tidak bisa menahannya lagi, ia ingin bergegas mendekati Davina dan membawa Davina pergi menjauh dari Aksa.

    "Kevin..." panggil Daisy.

    Ia bisa melihat ketika bagaimana Kevin berjuang dengan dirinya sendiri untuk menahan diri agar tidak mendekati Davina. Kevin bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari Davina. Sangat jelas bagi Daisy bahwa Kevin cemburu melihat Davina dan Aksa.

    Kevin tidak menoleh ke arah Daisy. Jadi, wanita itu berusaha meraih tangan Kevin, tetapi Daisy akhirnya terjatuh dari kursi rodanya sebelum akhirnya berguling-guling di lantai

    "Aduh.... Kevin, sepertinya pergelangan kaki ku terkilir. Tolong bawa aku ke rumah sakit." Teriak Daisy.

    Barulah saat itu, Kevin menoleh ke arah Daisy. Rasa bersalah merayapi hatinya saat melihat Daisy tergeletak di lantai dan ia menggendongnya sebelum akhirnya meletakkannya kembali di kursi roda

    Saat itu, Davina dan Aksa berjalan ke area istirahat untuk mengambil beberapa minuman. Davina melihat Daisy jatuh dari kursi rodanya. "Daisy, sudah bertahun-tahun kamu cedera. Kenapa kakimu belum juga di rawat? Aku kenal beberapa ahli terkenal di dunia yang bisa membantu merawat kaki mu kalau kamu mau."

    Wajah Daisy menjadi pucat setelah mendengar kata-kata Davina.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!