NovelToon NovelToon
Cinta Suamiku Untuk Siapa?

Cinta Suamiku Untuk Siapa?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Little Rii

Sebenarnya, cinta suamiku untuk siapa? Untuk aku, istri sahnya atau untuk wanita itu yang merupakan cinta pertamanya

-----
Jangan lupa tinggalkan like, komen dan juga vote, jika kalian suka ya.
dilarang plagiat!
happy reading, guys :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Rii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mendadak tidak penting?

Aryan menatap nanar Diana yang masih duduk menunggunya, hingga ia selesai bekerja. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi mantan kekasihnya itu tetap menunggunya. Hari ini Aryan tidak keluar dari ruangannya, karena pekerjaannya cukup banyak.

Ia pikir, Diana pasti tidak akan sanggup menunggu, karena di luar sangat panas. Ternyata wanita itu tetap teguh menunggu di halaman kantor.

Aryan berjalan menuju mobilnya dengan perasaan tak karuan. Ingin menghampiri Diana yang sedang duduk bersandar di dinding, tapi hati kecilnya menolak.

Bagaimana pun, jika ia benar-benar ingin lepas dari Diana, maka ia harus belajar menjauhi wanita itu. Ia sudah punya istri, meski belum mencintai istrinya. Apalagi, sebentar lagi ia akan punya anak yang pastinya akan sangat menggemaskan.

"Iyan," panggil Diana saat Aryan baru saja membuka pintu mobil. Diana menghampiri Aryan, sembari memegang botol minum. "Akhirnya kamu selesai kerja juga," ucap Diana menghela nafas lega.

"Sekarang kamu udah selesai kan? Ayo kita makan di cafe biasa, Iyan, aku belum makan sedari tadi, perut aku sakit."

"Udah sore, Na, aku harus pulang."

"Aku tau kok, kamu punya tanggung jawab di rumah kamu. Aku tau itu, tapi apa salahnya kamu ngeluangin waktu buat aku, kayak dulu aku yang selalu ngeluangin waktu aku buat kamu. Sejauh ini kamu berubah, Iyan, " tutur Diana lirih. Diana mendongak ke atas, agar air matanya tak jatuh.

"Wah, wah, gak siang, gak pagi, gak sore, gak malam juga, ternyata kalian masih barengan ya." Aryan dan Diana seketika menoleh ke arah sumber suara. Di sana, Ibra baru saja keluar dari mobilnya.

"Niat hati jemput temen pulang kerja, eh malah ketemu temen lainnya yang lagi mendua," ujar Ibra tersenyum sinis.

"Lo salah paham, Ibra. Gue gak ngapa-ngapain dan gue baru aja keluar dari kantor," sanggah Aryan tak mau Ibra semakin berpikiran buruk tentangnya.

"Ya, ya, gak ngapa-ngapain, tapi tetep aja ngerespon dan ngasih harapan. Apa anak orang gak baper tuh," sindir Ibra lalu berjalan meninggalkan keduanya.

"Ibra, lo salah paham!"

"Ya, ya, terserah lah."

"Iyan."

"Pulang, Na! Aku capek," bentak Aryan lalu langsung masuk ke mobilnya. Sontak hal itu membuat Diana tak tahan lagi menahan tangisnya.

Saat Aryan baru saja menyalakan mobilnya, ia dikejutkan dengan Diana yang sudah jatuh ke lantai.

"Na!" Aryan langsung keluar dari mobil dan menghampiri Diana.

"Bawa ke rumah sakit dong, mana tau emang beneran pingsan," seru Ibra berjalan bersama temannya yang juga bekerja di kantor Aryan.

"Lo kan dokter, kenapa gak di periksa," ujar teman Ibra.

"Males ah," sahut Ibra masuk ke mobil, lalu melajukan mobil meninggalkan area parkiran.

"Pak Aryan, ini mbak-nya bagaimana?" tanya salah satu karyawan yang juga bekerja di kantor Aryan.

"Tolong angkat dia ke mobil saya!" perintah Aryan diangguki karyawannya itu.

"Ada apa, pak?" tanya Adrian yang baru saja keluar dari kantor.

"Diana pingsan."

"Letakkan di mobil saya saja, pak. Biarkan saya yang mengantarkan, karena pastinya bapak lelah dan ada bu Aira yang menunggu di rumah," saran Adrian membuat Aryan berpikir sejenak, lalu mengangguk.

Ada benarnya juga. Ada Adrian yang akan mengurus Diana, jadi semuanya akan baik-baik saja. Apalagi Adrian belum beristri, jadi kecil kemungkinan terkena fitnah.

"Saya pulang dulu, kabari saya nanti."

"Baik, pak."

Setelah itu, Aryan pun masuk ke mobilnya dan melajukan mobil menuju rumah. Masalah Diana, nanti akan ia tanya pada Adrian saja. Ia tak mau menimbulkan salah paham yang lebih parah lagi.

Ia lelah terus merasa bersalah disetiap langkahnya.

Sesampainya di rumah, Aryan langsung masuk ke kamar karena ia ingin cepat-cepat mandi. Tubuhnya sangat gerah dan juga lengket.

Sesampainya di kamar, Aryan dikejutkan dengan Aira yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang, sembari mengoleskan minyak telon ke perut dengan memejamkan mata.

Apa Aira tidur? Tapi tangan wanita itu terlihat bergerak-gerak sebentar.

Aryan meletakkan tas kerjanya di atas nakas, sembari sesekali melirik perut Aira. Rasa penasaran mendengar langsung detak jantung bayinya, kembali muncul. Tapi, rasanya ia enggan meminta, canggung saja.

Tak mau lama-lama memandang perut Aira, Aryan bergegas pergi mandi. Bisa khilaf nanti ia, jika terus memandangi perut Aira yang tak tertutup kain itu.

Setelah selesai mandi, Aryan kembali di dikejutkan dengan Aira yang sudah terbaring di ranjang, dengan kondisi perut yang belum di tutup.

Aryan berjalan mendekati istrinya, berniat membangunkan Aira, karena bagaimana pun, tidak baik tidur saat sudah sore hari dan hampir mendekati waktu Maghrib.

Namun, niat itu terurungkan saat ia disuguhkan dengan perut istrinya yang sudah membesar. Ia pun duduk di tepi ranjang, lalu mendekatkan wajahnya ke perut istrinya.

Rambutnya yang masih basah, meneteskan air ke permukaan perut Aira, namun tak membuat wanita itu terusik.

"Nanti aja," gumam Aryan kembali menjauhkan wajahnya, tak berani melakukannya diam-diam. Ia pun segera pergi ke ruang ganti, untuk memakai pakaian, karena memang ia hanya menggunakan handuk sebatas pinggang.

Setelah selesai berganti pakaian, Aryan lanjut membangunkan Aira. Sebelum itu, ia sempat menyentuh perut Aira dengan jari telunjuknya.

"Bangun," ujar Aryan menoel-noel perut Aira.

"Aira, bangun." Aira terlihat mengedipkan matanya beberapa kali, lalu beralih menoleh ke arah Aryan yang sudah duduk di samping perutnya. "Tidur menjelang maghrib itu gak bagus," lanjut Aryan dengan mata yang masih memandangi perut Aira.

"Iya," sahut Aira memilih bangun, lalu menutupi perutnya. Hal itu membuat Aryan langsung tersadar dengan apa yang sedang ia lakukan.

"Ck." Terdengar desakan kesal saat Aryan berjalan ke arah sofa, membuat Aira kebingungan.

Apa ia melakukan kesalahan?

Di sisi lain

Diana baru saja sadar dari pingsannya, ia benar-benar pingsan karena kelaparan, bukan mengada-ngada.

"Anda sudah sadar, nona? Butuh sesuatu?" tanya Adrian membuat kening Diana berkerut.

"Ini dimana?"

"Di rumah sakit, nona. Anda pingsan sore tadi di area parkir kantor pak Aryan, " jelas Adrian membukakan tutup botol air mineral.

"Dimana Iyan?" tanya Diana sembari memijit pelipisnya.

"Sudah pulang, nona. Lagipula ini sudah hampir malam, sebentar lagi sudah masuk waktunya shalat maghrib. Anda kelaparan, jadi saya membelikan makanan untuk anda," jelas Adrian memberikan air mineral itu pada Diana.

"Dia gak ikut ke sini? Dia gak panik gitu?" tanya Diana dengan mata yang berkaca-kaca.

"Minumlah, nona Diana, setelah ini langsung makan. Jika anda ingin pulang, nanti saya antarkan setelah shalat maghrib. Saya ke masjid di dekat sini dulu," ujar Adrian mendekatkan makanan ke Diana, lalu pamit pergi ke masjid tanpa menjawab pertanyaan wanita itu.

"Sejauh ini perempuan itu ngubah kamu, Iyan! Sejauh ini! Kamu bahkan gak peduli lagi sama aku," ucap Diana di sela tangisnya. Rasanya sangat sakit saat orang yang dicintai tak memperdulikan kita lagi.

"Kamu itu punya aku, Iyan! Selamanya bakalan gitu! Cuma aku yang boleh kamu perhatiin, bukan perempuan penyakitan itu! Aku bakalan rebut kamu, gimana pun caranya! Kalau nanti aku gak bisa milikin kamu, maka perempuan lain juga gak bisa!" teriak Diana melempar air mineral pemberian Adrian.

"Aku bakalan dapetin kamu lagi, kayak dulu! Aku jamin itu!"

Malam harinya.

Aira menatap suaminya yang sedang menggantikan tugasnya, mengoleskan minyak telon ke perut. Tiba-tiba saja Aryan memaksa mengoleskan minyak telon, agar bisa mengurangi stres Aira.

Suaminya ini benar-benar aneh. Masa mengoleskan minyak telon bisa mengurangi stres sih, ada-ada saja.

"Di belakang juga?" tanya Aryan sembari mengelus lembut perut Aira. Awalnya ia malu meminta, tapi rasa penasarannya benar-benar mengalahkan rasa malu.

Jadilah sekarang ia benar-benar malu bercampur senang. Ada perasaan haru di hatinya, saat menyentuh perut Aira.

"Iya," jawab Aira hanya bisa pasrah. Toh menolak juga ia tak kuasa, karena mungkin dengan begini, suaminya akan semakin dekat dengannya.

"Kalau nanti perutnya makin besar, bayinya bisa gerak-gerak loh dari perut," seru Aira pelan.

"Oh ya? Apa itu sakit?" tanya Aryan dengan raut wajah terkejut. Ini sebuah penemuan baru di hidupnya. Mungkin di lain waktu, ia harus lebih banyak belajar lagi mengenai ibu hamil.

"Gak tau, tapi pernah liat di video, tangan bayinya sampai kecetak gitu, keliatan."

"Masa sih?"

Apa benar akan seperti itu? Aryan benar-benar penasaran.

"He,em, ada juga telapak kakinya yang kecetak, karena bayinya nendang," lanjut Aira membuat Aryan semakin terkejut.

"Berarti bayinya nanti nendang dalam perut?" tanya Aryan menatap serius istrinya. Aira rasanya ingin tertawa melihat respon berlebihan suaminya, tapi ia tahan.

"Iya. Memangnya mas gak belajar biologi ya waktu sekolah? Kok bayi gerak di perut aja gak tau."

"Belajar, tapi saya gak terlalu tertarik, jadi mungkin lupa. Saya tau bayinya gerak, itu tandanya dia hidup, tapi kalau nendang sampai kakinya kecetak di kulit perut, saya baru tau," jelas Aryan menyentuh permukaan perut Aira dengan jari telunjuknya.

Saat keduanya tengah asyik mengobrol dengan normal untuk pertama kalinya, ponsel Aryan berbunyi. Aryan tau siapa yang menghubunginya, karena tanda dengan nada dering itu.

"Kamu mau makan buah mangga? Tadi pulang dari Masjid ada yang ngasih buah mangga."

Aira terdiam sejenak, sembari mencerna situasi sekarang. Bunyi ponsel suaminya belum berhenti dan ia sebenarnya sudah hafal dengan nada dering itu. Nada dering yang dikhususkan untuk Diana seorang.

Kenapa suaminya tak mengangkat panggilan dari Diana? Apa suaminya dan Diana sedang bertengkar?

"Ada yang nelepon, " ujar Aira mencoba mengingatkan Aryan dengan ponsel yang masih berbunyi.

"Biarin aja, gak terlalu penting juga."

Kening Aira seketika berkerut. Sejak kapan Diana menjadi tak penting bagi seorang Aryan?

Apa Aira melewatkan sesuatu?

1
sryharty
lah ya suka2 aryan lah mau datang sama istrinya apa hak kamu di,,
Aryan udah tobat
Suci Dava
Berarti Aryan berubah pikiran, takut salah paham mungkin, jg istri nya di ajak takziah
AriNovanie
salah sendiri mau jahat
sryharty
maraton aku bacanya
padahal bagus ini cerita nya
tapi sepi
AriNovanie
senjata makan tuan
@alfaton🤴
kalau Aryan memang pingin menjauh dari Diana.....kenapa ga di blokir aja nomernya Diana....... Aryan nya nih yang ga punya ketegasan.....masih juga melayani Diana walau hanya lewat chat hanya dibaca pastinya Diana juga naruh harapan jadinya kan.....
Tijanud Darori Tiara
hampir kebanyakan kalo gara gara masalah cinta ,orang main dukun,
apalagi di tempat kami di Kalimantan,
jadi harus kuat kuat iman,jangan suka melamun
AriNovanie
Mamanya kesurupan /Skull/
AriNovanie
Emang Gila mamahnya Diana ini
@alfaton🤴
ceritanya ini cinta ditolak dukun bertindak.......kamu harus paham Yan......kenapa istrimu begitu.....
Asmaul Husna
sma" gilak ajapun
AriNovanie
💙💙
AriNovanie
Lanjut kak Riii
AriNovanie
Bilang aja cemburu apa susahnya 😂
AriNovanie
sesaknya sampe tembus hp 😢
Asmaul Husna
sakit jiwa ni diana
ngk segitunya jgak kali
orang tuanya jgk ngk tegas sama anak malah ngikutin maunya anak
Asmaul Husna
tau rasa ko diana
emak sama anak sama aja
Asmaul Husna
cemburu ni yeeee🤣🤣🤣🤣
Asmaul Husna
kasihan si aira selalu merasa bersalah dan mengalah padahal suami sendiri
si aryan pun ngk ada tegasnya
@alfaton🤴
ga usah dibawa hati Ra.....fokus aja ke kehamilan dan kesehatanmu Ra.....biar saatnya lahiran lancar kuat ibu dan bayinya sehat.....jadilah wanita tangguh......biarkan Diana jadi urusannya Aryan.....toh Aryan juga udah mulai tak peduli 💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!