Misteri Pembunuhan di Tanah Tandus

Perpaduan data, keterangan para saksi dan fakta bukti hasil penyelidikan serta penyidikan yang sesuai berhasil mengungkap motif dan kronologi dari kasus korban gantung diri di pasar Tepati.

Saiful Warmansyah menggelapkan uang nasabah untuk digunakan sebagi modal uang yang ia gandakan.

Tersangka gelap mata ingin kaya dengan seketika sehingga tertipu muslihat rayuan-rayuan gosip-gosip miring yang sengaja disebarkan di kalangan masyarakat.

Hidup yang serba pas-pasan disinyalir sebagai motif kuat yang dijadikan alasan ayah satu anak ini ingin mempunyai harta berlimpah. Uang dalam jumlah yang tidak terhingga yang bisa ia gunakan untuk membahagiakan dan memanjakan anak dan istrinya.

Naasnya Saiful hanyalah orang yang terkena tipu. Berhari-hari menunggu uang yang dijanjikan kembali datang berkali-kali lipat jumlahnya dengan uang yang ia setorkan ke dukun itu tidak pernah kembali.

Rabu 5 Agustus tahun 2010, sepulang kerja Saiful pergi ke Kaliompong untuk menagih janji untuk kesekian kalinya.

Nyatanya dukun dan antek-anteknya lagi-lagi tidak bisa ditemui.

Pada hari ketiga dijanjikannya uang itu akan datang dengan sendirinya ke pangkuan manis Saiful.

Rumah dukun yang ia datangi beberapa kali sebelumnya untuk bertransaksi telah berubah menjadi sebuah rumah kosong yang tidak berpenghuni dan tidak bertanggung jawab.

Saiful Warmansyah terkena tipu mentah-mentah.

Hingga pada akhirnya di malam itu di hari yang sama ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

*

Beberapa bulan berlalu

Oktober 2010, di sebuah tempat hiburan malam di ibu kota

Para komplotan penipuan yang berkedok sebagai dukun pengganda uang berhasil diringkus. Mereka dibekuk saat sedang menikmati masa foya-foya dengan uang hasil penipuan yang mereka dapatkan sekitar dua bulan yang lalu.

Mereka ditangkap tanpa perlawanan. Mereka juga mengakui tindakan kejahatan yang telah mereka lakukan selama ini.

Menurut pengakuan mereka, uang dari korban terakhir yang berhasil mereka tipu berjumlah ratusan juta.

Komplotan itu sepakat untuk melarikan diri dan bersenang-senang menghabiskan uang tersebut sebelum kembali ke Kaliompong untuk membuka jasa praktek penipuan berupa muslihat penggandaan uang.

Setiba di kantor polisi mereka pun menjalani interogasi.

Komplotan itu beranggotakan empat orang. Masing-masing personil punya perannya masing-masing dalam menjalankan misi penipuan penggandaan uang.

Satu orang berperan sebagai pemancing. Tugasnya adalah mencari mangsa atau calon korban. Setelah lolos seleksi darinya, calon korban akan dialihkan ke personil yang lain untuk tahap penipuan berjenjang selanjutnya.

Satu orang lagi berperan sebagai penunjuk jalan. Di tahap ini calon korban sudah percaya akan adanya praktek penggandaan uang yang terbukti berhasil. Maka tugas utama orang ini adalah untuk membumbui pemikiran si calon korban dengan menanamkan ide-ide yang menyakinkan bahwasanya penggandaan uang ini 100% akan menjadi kenyataan.

Dua orang sisanya, satu orang berperan sebagai master dukun yang mempunyai kesaktian palsu untuk menggandakan uang, dan satu orang berperan sebagai asisten master dukun. Dalam tahap ini korban sudah benar-benar tertipu. Di momen ini para pelaku penipuan akan menguras habis harta kekayaan milik korban.

Penipuan seperti ini bermain pada penanaman ide pikiran si korban. Dimana para tersangka pelaku penipuan menanamkan sebuah gagasan dasar yang akan dijadikan sebagai bahan dasar penipuan untuk selanjutnya bisa diolah sesuai skenario mereka.

Seperti apa pun narasi yang mereka suguhkan. Inti yang akan mereka ambil adalah harta atau uang si korban. Apa pun bentuk atau jenis penipuannya.

Dalam hal ini sisi lemah korban diamati oleh para pelaku penipuan untuk dimanfaatkan. Seperti; perasaan cinta, dendam, ingin menjadi kaya, ingin jabatan dan lain sebagainya.

Penjahat-penjahat itu akan diadili sesuai dengan pasal dan undang-udang hukum yang berlaku. Selain kurungan penjara mereka juga wajib untuk mengganti rugi.