Anstasya lausia adalah wanita cantik berumur 17 tahun dia hidup sendiri semenjak ayahnya meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kecelakaan.
Tasya hidup sederhana di pinggiran kota dengan berandalan sebuah warung kecil. Walaupun hidup Tasya sendiri dia tetap menjalani hidupnya dengan rasa syukur.
Di suatu malam tasya tidak sengaja menemukan seorang pria sangat tampan yang tergeletak di pinggir jalan. Karena memiliki hati yang baik dan rasa tidak tega tasya akhirnya membawanya ke rumah dan merawatnya.
Tasya tidak tahu siapa pria itu tapi dia mengaku bernama alfred yang memiliki wajah tampan bak seperti dewa Yunani bahkan terlihat seperti tidak nyata.
" Siapa kamu Alfred? "
" Ternyata kamu memiliki darah yang istimewa. "
" Setelah aku kembali kamu adalah satu satunya ratu di dunia ku dan hatiku. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kedatangan Alfred
Angga memperhatikan Tasya yang sejak tadi gelisah. Dia jadi mengingat kelakukan anggun beberapa waktu lalu. Karena tidak bisa melihat Tasya yang mondar-mandir dengan bergumam tidak jelas jadi dia langsung mengusulkan untuk Tasya mencarinya.
" Aku sudah melihat di rumah namun tidak ada kecuali Alfred yang ada di kamar. "
Tasya memang sudah mencari di rumah tapi anggun sama sekali tidak terlihat, kalau Alfred sendiri memang tidak ke warung karena Tasya yang tidak mengizinkan, dia hanya ingin Alfred beristirahat lebih banyak untuk memulihkan kondisinya.
Tasya tidak bisa terus menerus membiarkan Alfred berada di rumahnya karena dalih sepupu jauh, itu semua tidak akan masuk akal kalau Alfred tidak kunjung pergi. Bukan karena Tasya tidak ingin menampungnya melainkan karena beberapa orang sudah bertanya-tanya siapa Alfred. Tasya sendiri tidak tau siapa Alfred jadi dengan terpaksa dia mengatakan sepupu jauh.
" Rumah orang tuanya? "
Tasya tepuk jidatnya. Bisa-bisanya dirinya lupa. Ini pasti karena anggun kelamaan tinggal di rumahnya nih. Tasya mengucapkan terimakasih pada Angga dan juga menitip warungnya sebentar.
Setelah mengatakan itu di buru-buru berlari ke arah rumah anggun.
Walaupun mereka tetanggaan bukan berarti rumahnya sangat dekat, lalu rumah anggun juga di kelilingi pagar walaupun tidak tinggi.
Tok!
Tok!
Tok!
" Anggun...."
Brak!!
" Agghrrrhhh!! "
Jantung Tasya tiba-tiba berdetak kencang. Tanpa mengatakan apapun dia mendorong pintu yang kebetulan ternyata tidak di kunci.
" Anggunnn!!!...angguuuun!! "
Tasya panik. Dia tidak tau apa yang terjadi pada anggun, ada suara jatuh dan juga teriakan anggun. Tubuh Tasya bergetar ketakutan.
" Anggunn!! " Teriak Tasya saat memasuki kamar. Wajah Tasya kaget dan tidak percaya
Elsa menyeringai, menatap pada pisau yang telah di nodai cairan merah. Tanpa kata dia mengayunkannya pada anggun yang telah berbaring di lantai dengan keadaan tidak sadarkan diri. Ada darah yang berceceran di lantai.
Tasya yang melihat Elsa yang ingin menikam anggun dengan cepat berlari. " Apa yang kamu lakukan!!." Tasya mendorong Elsa, dalam hati ada apa dengan gadis ini, yang seperti kesurupan.
Bruk!!
Tubuh kecil Elsa terjatuh ke lantai. Dia menggeram kesal karena di ganggu.
Tasya sendiri memeluk anggun erat dengan pandangan mengarah pada Elsa. " Apa yang terjadi pada mu Elsa? Apa yang kamu lakukan pada anggun. " Teriak marah Tasya. Di tidak menyangka Elsa begitu berani. Ini tidak sesuai dengan tingkah ke seharian nya.
" Apa aku melakukan kesalahan? " Polosnya tidak berdosa.
" Masih bertanya? " Batin Tasya. Lalu menatap sekeliling yang benar-benar berantakan. Anggun walaupun pemalas tapi tidak pernah seberantakan ini, mata Tasya melirik pada Boneka. Banyak boneka koleksian anggun yang sudah rusak. Lalu matanya mengarah pada Elsa yang berdiri. Saat itu tasya langsung was was.
" Elsa, kamu tidak boleh seperti ini, dia Kakak sepupu mu! Apa yang kamu lakukan ini salah." Tasya mencoba menyadarkan Elsa, Tasya yakin Elsa sedang kesurupan setan jahat saat ini.
Mendengar ucapan Tasya membuat Elsa tertawa, bukan tawa seorang anak 13 tahun tapi lebih ke suara bapak bapak yang berumur tua. Bulu kuduk Tasya langsung berdiri. Dia menatap anggun, wajahnya pucat Tasya tidak tau apa yang terjadi tapi itu pasti tidak baik. Dia ingin keluar dari sini tapi kalau masih ada Elsa dia tidak bisa membawa anggun. Tasya juga tidak bisa pergi dan mencari bantuan itu sama saja dia menyerahkan anggun dengan suka rela. Pikiran Tasya bercabang hingga tidak sadar Elsa telah di depan pintu.
Clik!
" Apa yang kamu lakukan? " Perasaan Tasya tidak enak saat Elsa yang tiba-tiba mengunci pintu.
Elsa tersenyum miring dia mulai berjalan mendekati dua wanita itu. " Tentu mengunci pintu agar tidak ada yang mengintip apa lagi mengganggu. " Suara Elsa pelan bahkan seperti bisikan. Tapi Tasya dapat mendengarnya jelas.
Tasya merasa tidak punya pilihan selain meletakan anggun, dia mulai berdiri untuk menghadapi Elsa. " Dia hanya bocah ! Kenapa aku harus takut. " Batinnya menyemangati diri. Tapi saat melihat pisau Elsa membuat Tasya tidak bisa tidak merinding.
" Wajahmu pucat Tasya! Kamu takut. " Tanpa embel embel Kakak lagi.
Tasya diam. Tidak mungkin dia menjawab kalau dia takut pada pisau Elsa kan?
" Apa mau mu sebenarnya. " Serius Tasya.
Langkah Elsa berhenti di depan Tasya yang hanya menyisakan 3 langkah lagi. Matanya melirik ke pisaunya lalu mengangkat dan mengelusnya. " Tentu saja bermain. "
Melihat tatapan Elsa dan cara di bermain pisah baru lah Tasya sadar bawa bocah ini seorang psikopat. " Ka..kamu psikopat. " Merasa ngeri saat Elsa menyicipi darah di pisaunya.
Elsa menyeringai. " Gadis psikopat cukup bagus. " Mengangguk bak bocah kesenengan.
" Elsa kamu..."
Tasya tidak sempat menyelesaikan ucapannya sangking kagetnya saat Elsa ingin menusuknya, jadi dia reflek menghindar, namun masalahnya elsa sama sekali tidak menyerah dia terus saja menodongkan pisaunya di depan dirinya.
" Elsa! Sadar Elsa!! " Tasya masih beruntung bisa menghindar kalau tidak mungkin dia sudah tinggal nama saat ini.
Melihat tatapan mata Elsa yang berubah tajam membuat Tasya mau tidak mau merinding. Kenapa dia bisa di dalam situasi seperti ini.
" Jangan menghindar!!! Ayo majuuuu!! " Teriak Elsa mulai kesel karena pisaunya tidak mengenai Tasya.
" Ayo bertaruh dengan tangan kosong. " Saran Tasya yakin dia akan menang kalau hanya tangan kosong melawan bocah. Kalau menggunakan senjata tentu Tasya lebih baik menghindar.
" Cih! Ingin melawan bocah kecil saja takut. "
Bocah kecil? Ekspresi wajahnya seperti orang dewasa yang haus darah. Apa dia masih bisa di bilang bocah?
" Eh di belakang mu ada ulat! " Tiba-tiba Tasya berteriak membuat Elsa langsung terkejut dan ikut berteriak.
Melihat Elsa tidak fokus Tasya dengan cepat maju dan menendang pergelangan tangan Elsa,namun karena terlalu cepat atau karena semangat dia malah menendang tubuh Elsa, Al hasih Elsa yang ketakutan mendengar ulat ada di tubuhnya merasakan dirinya melayang dan...
Brak!
Tubuh Elsa terasa remuk, dia menatap Tasya dengan niat membunuh.
Tasya sendiri meringis, tendangannya salah sasaran. " Kenapa dulu aku menolak saat ayah ingin mengajarkan aku bela diri. " Baru kali ini Tasya menyesal. Tapi saat ini bukan waktu menyesal karena ini waktunya melakukan heroik kembali.
" Aduh!! Kepala ku pusing sekali. "
Tasya yang sudah fokus pada Elsa kini teralihkan pada anggun yang sadar. " Gun kamu...." Ingin mendekati anggun tapi berhenti karena teriakan anggun yang melengking.
" Tasya di belakang muuuu!! "
Jelb!
" Agghrrrhhh!! "
.........
Mata Alfred langsung terbuka mendadak. Dia merasakan aroma darah yang pekat.
" Tasya!! "
Dengan kekuatannya Alfred menuju ke arah sumber darah pekat itu. Aromanya jelas sangat familiar, itu darah Tasya tapi kenapa bisa?
Alfred sejak tadi memang ada di kamar,karena dia bisa mendengar setiap ucapan Tasya jadi dia sengaja mematikan fungsi pendengaran karena dia ingin tidur untuk mengumpulkan sebanyak mungkin kekuatan pada dirinya tapi saat dia ada di alam sadar tiba-tiba di seluruh kelilingnya berbau darah, darah ini Wangi dan segar tentu Alfred tau ini darah siapa.
Alfred juga tidak sudah untuk mencari keberadaan Tasya karena antar dirinya mereka sudah terikat. Saat berada di depan pintu kamar anggun, Alfred hanya menjentikkan jarinya, pintu itu tiba-tiba langsung menjadi abu.
Mata abu abu Alfred berubah menjadi hitam pekat. Dia nahan diri akan tidak menampakkan wujud aslinya karena darah Tasya. Matanya melirik pada tangan Tasya yang berdarah, tidak jauh di sana ada anggun yang pingsan dan tidak jauh di depan Tasya ada Elsa yang tertawa terbahak-bahak.
" Dari awal aku sudah menduga dia bukan bocah biasa. " Batin Alfred.
Mereka semua tidak menyadari adanya Alfred di ambang pintu.
" Kau sungguh...."
Tasya tidak dapat mengatakan apapun, tangannya sakit sekali saat dengan reflek dia menangkap pisau Elsa bak menangkap uang segepok. Beruntung anggun berteriak kalau tidak mungkin pisau ini sudah menancap di punggungnya. Tapi yang tidak beruntungnya anggun yang tadi sudah bangun kini kembali pingsan karena melihat darahnya.
Mata Tasya tidak sadar melihat ke arah pintu. Tanpa sadar tatapan mereka bertemu.
" Alfred!!! "
Elsa belum sempat bereaksi apapun tiba-tiba di kaget kan sebuah bayangan di depannya,. seketika pandangannya menggelap. Tidak pada Elsa saja tapi pada Tasya yang sekilas melihat rupa Alfred yang semakin bersinar dan....
" Wajah mu..."
Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya tanya langsung ambruk, dengan santai Alfred menangkap Tasya di peluknya.
" Aku benar benar tidak bisa menahan. "
Alfred tau Tasya pasti melihat rupa dirinya berubah menjadi vampir. Matanya melirik pada tangan Tasya.
Dia memejamkan matanya. Lalu dalam sekejap dia berubah menjadi manusia normal kembali. Matanya melirik pada Tasya yang memejamkan mata di dadanya, tangannya perlahan memegangi tangan Tasya yang berdarah, lalu dalam sekejap dia menghisap darah itu. Lukanya di telapak tangan Tasya cukup lebar jadi darahnya mengalihkan banyak. Setiap isapan Alfred dia dapat merasakan kenikmatan yang pernah dia rasakan. Di hari biasa saja darahnya senikmat ini apalagi saat ulang tahun Tasya? Waktu yang sangat Alfred tunggu tunggu.
terimakasih