Gendhis harus merelakan pernikahan mereka berakhir karena menganggap Raka tidak pernah mencintainya. Wanita itu menggugat cerai Raka diam-diam dan pergi begitu saja. Raka yang ditinggalkan oleh Gendhis baru menyadari perasaannya ketika istrinya itu pergi. Dengan berbagai cara dia berusaha agar tidak ada perceraian.
"Cinta kita belum usai, Gendhis. Aku akan mencarimu, ke ujung dunia sekali pun," gumam Raka.
Akankah mereka bersatu kembali?
NB : Baca dengan lompat bab dan memberikan rating di bawah 5 saya block ya. Jangan baca karya saya kalau cuma mau rating kecil. Tulis novel sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
Aku terus menangis tanpa mempedulikan ucapan Raka. Dia melakukannya dengan paksaan padaku. Apa yang harus kulakukan?
Awalnya aku memang ingin mempersembahkan kesucianku padanya. Akan tetapi, melihat dia terus menerus menghindariku selama pernikahan kami. Aku mengurungkannya.
"Sudahlah, bukankah ini yang kamu inginkan? Aku sudah memberikan nafkah batin padamu, Dhis! Tidak perlu kamu menangisinya," ujar Raka.
"Bukankah aku sudah bilang padamu kalau aku menginginkan perpisahan!" balasku kesal.
Perkataanku padanya bukan main-main. Aku memang ingin berpisah dari pria yang tidak pernah mencintaiku. Untuk apa mempertahankan pernikahan ini.
Raka menarikku dalam pelukannya. Dia mengecup keningku. Hal yang baru pertama kali dia lakukan padaku. Sesuatu yang kunantikan sejak lama, tetapi baru dia lakukan ketika aku menginginkan perpisahan.
"Tolong berikan aku kesempatan, Gendhis. Aku berjanji akan menjadi suami yang baik untukmu. Aku akan melupakan dirinya yang tidak akan pernah bisa kugapai. Kamu tidak perlu cemburu lagi padanya," tukas Raka yang mengerti kegelisahanku.
Bagaimana aku tidak cemburu? Dia terang-terangan selalu merindukan Silvia. Aku tahu, kalau aku tidak ada apa-apanya dibandingkan mantan atasanku itu.
Namun, aku memiliki ego yang tinggi. Aku adalah istri yang menemaninya selama ini. Kubantu dia agar tidak terpuruk dengan masa lalu. Akan tetapi, yang aku dapatkan hanyalah penantian yang sia-sia.
Raka terus memelukku yang tidak menanggapi ucapannya. Aku masih terus menangis, tubuhku pun remuk karena Raka melakukannya tanpa cinta sama sekali. Dia hanya menyentuhku untuk menyalurkan nafs*nya.
Aku akan tetap berpisah darimu, Raka. Sudah cukup penderitaanku selama dua tahun ini, batinku dalam hati.
***
Pagi harinya, aku tetap menjalankan kewajiban ku sebagai seorang istri. Aku memasak kemudian membangunkan Raka untuk bersiap berangkat bekerja.
"Bangun, Mas!"
Pria itu bangun, lalu menatapku dengan pandangan yang berbeda. Dia meraih tanganku kemudian membuatku terjatuh dalam pelukannya.
"Apa masih sakit?" tanyanya membelai rambutku.
Aku mencoba bangkit dari tubuhnya. Tidak ingin terbuai dengan kelembutan semu yang diberikan olehnya. Ketika aku ingin pergi dari hadapannya, pria itu hendak menggendong tubuhku.
"Aku ingin kita mandi bersama," ujarnya yang secepat mungkin kutangkis tangannya.
"Hentikan! Aku tidak mau," balasku mendorong tubuhnya.
Dia menatapku dengan wajah penuh rasa bersalah. Kemudian tetap menggendongku. Aku yang semula ingin memberontak berhenti ketika dia mencium bibirku.
"Jangan menolak ajakan suami. Aku masih menginginkanmu, Dhis. Kamu tidak boleh menolak ajakan suami," ucapnya.
Sesampainya di kamar mandi, dia meletakkan tubuhku di bathup. Kemudian, menanggalkan pakaianku. Aku hanya diam tanpa ekspresi.
Jemarinya menyentuh beberapa titik tubuhku. Di bagian itu terlihat bekas merah yang dia tinggalkan semalam. Aku saja tidak menyadari hal itu.
"Kamu cantik, Dhis," ucapnya kemudian menyentuh titik sensitifku.
Aku mencoba menahan diri untuk tidak mende sah di setiap sentuhannya, tetapi tidak bisa.
"Ah... Kau akan terlambat bila tidak sege..."
Pria itu kemudian melakukannya lagi pada tubuhku. Aku memejamkan mata ketika tubuh kami menyatu. Kutatap wajahnya yang tampak menikmatinya.
"Aku tidak menyangka rasanya akan senikmat ini. Kamu milikku, Gendhis. Aku tidak akan membiarkan dirimu meninggalkanku. Tidak ketika kita telah menyatu," ucap pria itu terus melakukannya.
Tidak sampai situ saja, dia kembali melakukannya setelah kami selesai mandi. Aku seperti wanita bodoh yang tidak bisa menghindari setiap sentuhannya.
Jujur saja, inilah yang aku inginkan dari Raka. Sentuhannya yang lembut membuatku sejenak lupa dengan keinginanku untuk berpisah darinya. Sampai pada pelepasan akhir dia mengucapkan kata yang membuatku begitu marah.
"Aku mencintaimu, Silvia," ucap Raka membuat tubuhku kaku.
Aku yang berada di bawah kukungannya menangis. Ternyata, setelah aku memberikan hal yang paling berarti dalam diriku tetap saja yang dia ingat adalah Silvia.
Pria itu tidak bekerja dan kembali tertidur. Aku segera bangun dan kembali mandi. Kuhentikan tangisanku. Perlahan aku pindahkan beberapa helai pakaianku ke dalam koperku.
Aku sudah memutuskan untuk pergi dari hidup Raka selamanya, tidak peduli lagi apa pun yang terjadi, yang terpenting sekarang adalah aku harus menyelamatkan hatiku.
"Selamat tinggal, Raka," ucapku memandangi wajahnya yang tertidur.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca... ❤️
Ambisinya bikin otaknya jd gk waras.. mending jd ja* lang aja sekalian..