Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejamnya ayah Devi part 2
"Ayo!" Joko menarik Devi dengan kasar.
Setelah menempuh perjalanan selama lima jam menggunakan mobil. Joko langsung membawa Devi ke sebuah rumah mewah dengan pekarangan super luas.
Joko benar-benar sudah tak sabar untuk mengantongi uang sebanyak seratus juta itu secepatnya, hingga tak perduli jika dirinya dan juga Devi merasa lelah. Joko juga tak perduli jika langit sudah gelap dan dengan santainya bertamu ke rumah orang tanpa permisi.
"Juragan Broto! permisi, juragan!" teriak Joko dari luar gerbang.
Tak lama seorang kakek tua yang masih terlihat sehat walaupun memakai tongkat untuk membantu dia berjalan -muncul- di temani dua bodyguard yang bertubuh kekar. Persis dengan kedua orang yang tadi menangkap Devi.
"Ada apa, Joko? malam-malam datang ke rumah!" sentaknya dengan wajah yang tampak murka.
Joko mendorong Devi agar bergerak mendekati Broto, "Ini loh Pak! anak saya yang mau menikah, dia sudah siap!"
Broto memperhatikan Devi yang tampak berantakan, kedua tangannya bahkan diikat agar dia tak berontak.
Broto melirik salah satu bodyguard nya, lalu menggerakkan jarinya, seolah memerintahkannya untuk membawa Devi masuk.
Si Bodyguard mengangguk, lalu menarik Devi masuk ke dalam rumah.
"Nggak! aku nggak mau menikah!" teriak Devi dengan lantang. Tiba-tiba dia berteriak keras padahal sejak tadi dia hanya diam membisu.
"Diam!" sentak si bodyguard sambil terus menyeret Devi masuk.
"Besok, datanglah sekitar pukul 10. Duitnya ta siapken dulu," ucap Broto sambil mengetuk tongkatnya dan berbalik, masuk ke dalam rumah.
"Tapi! juragan! Aku butuh duitnya sekarang! separuh dulu nggak apa-apa! juragan!!!" teriakan Joko tak di gubris. Bahkan salah seorang penjaga keamanan di rumah megah itu mendekat dan mengusir Joko agar pergi secepatnya.
"Ck! sial!!!" kesal Joko sambil menendang kerikil kecil. "Awas kalau besok uangnya nggak ada! ku ambil lagi perempuan nggak guna itu!
Untung udah sempet jual HP tadi, jadi masih ada sedikit uang buat ngerayu Yati biar bisa nemenin tidur malam ini, hahahaha..."
.
"Kamu Devi?" tanya Broto sambil menatap Devi yang tampak lusuh dengan rambut acak-acakan.
Devi mengangguk, tanpa punya keinginan untuk menjawab.
Devi mengedarkan pandangannya. Saat ini dia berada di sebuah ruangan yang cukup luas dengan ornamen kayu memenuhi dinding bangunan itu. Bahkan terdapat empat buah pilar kayu yang sangat besar di tengah ruangan.
"Coba tunjukkan wajahmu!" titah Broto sambil menghentakkan tongkatnya.
Devi menolak, dia tetap menunduk sambil berusaha menutup wajahnya dengan rambut.
Broto melirik Bodyguard nya, dan dia langsung mendekati Devi, mengangkat dagu Devi dengaan kasar dan menyibak rambutnya, agar Broto bisa melihat wajah Devi dengan leluasa.
Broto tersenyum smirk, "Ayune..." ucapnya sambil mengangguk puas.
"Lusa aku pengen kawin karo bocah ayu iki!" ucap Broto pada seorang perempuan yang mengenakan baju kebaya lengkap dengan konde besar di kepalanya.
"Urusi kebutuhane cah kui, aku arep turu sek neng kamare si Wati!" lalu Broto melangkah pergi, meninggalkan Devi dan berjalan menuju rumah kayu kecil yang tampak berderet di luar ruangan yang luas ini.
Wanita yang mendapat perintah dari Broto -mendekati Devi-. Dia tersenyum masam sambil berusaha melepaskan ikatan di tangan Devi.
"Mbak, Saya mohon! Saya nggak mau menikah dengan Kakek tua itu! tolong bantu Saya Mbak?" ucap Devi memohon sambil terisak.
Si wanita tadi mendesah sambil menggelengkan kepalanya, "Terima saja nasibmu, nduk. Kalau aku bisa, aku yo ingin kabur..." ucap si wanita itu lirih.
Devi menatap wanita berumur sekitar 30 tahunan itu. "Njenengan (anda)... istrinya Pak Broto?" tanya Devi ragu.
Wanita itu mengangguk, "nasib kita sama," dia tersenyum kecut sambil mendesah. "Dulu, Ibu tiriku menjualku ke Pak Broto saat usiaku masih 17 tahun. Aku bisa apa? cuma menangis meraung-raung kaya kamu sekarang ini..."
"Bapak kandungku menjualku, Mbak! padahal aku selalu mengiriminya uang setiap bulan, tapi dia masih tidak puas malah menjualku ke lelaki tua itu!" geram Devi.
"Namaku Wulan," ucap Wulan sambil menepuk bahu Devi.
"Ta kandani ya Dev... namamu Devi, kan?"
Devi mengangguk.
Wulan celingukan lalu berjalan perlahan sambil menggandeng Devi agar mengikutinya.
"Pak Broto itu, baik sekali sama perempuan-perempuan yang mau dia kawini. Itu kesempatan buat kamu meminta apapun!"
"Aku nggak pengen apapun! aku cuma pengen pergi-"
"Sst! ojo seru-seru. (jangan keras-keras). Saranku, gunakan kesempatan itu, mintalah apapun sama Pak Broto. Termasuk minta putus hubungan keluarga sama Bapakmu!"
Devi menatap Wulan, bingung.
"Supaya Bapak mu itu nggak bisa ganggu kamu lagi, selamanya! denger ya, kawin sama Pak Broto memang nggak bisa di hindari, tapi hidupmu akan menyedihkan dua kali lipat jika sudah jadi istri kakek tua itu, tapi masih di ganggu sama Bapakmu. Aku yakin sebulan baru menikah saja, Bapakmu akan meminta uang padamu! persis seperti ibu tiriku -dulu!" Wulan tampak emosi sambil menceritakan kisah hidupnya.
"Lagi pula Pak Broto sudah tua, Dev... bertahanlah, mungkin sebentar lagi juga mati," bisiknya sambil tersenyum bahagia.
"Tapi... mana bisa aku..."
"Denger ya! nggak ada yang bisa menolongmu selain dirimu sendiri! oiya jangan lupa, mintalah mahar perhiasan yang banyak. Simpan dan gunakan saat Si Broto sudah mati, untuk pergi dari sini!"
"Heh!" sebuah teriakan yang memecah kesunyian malam, mengagetkan Wulan dan Devi. Mereka berdua langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah asal suara tersebut.
"Siapa kamu! kamu ngajak siapa itu!"
Devi menatap kaget pada perempuan yang tampak masih muda tapi nggak punya tata krama itu.
"Ini Devi, Den Ayu... calon istri ke lima Bapak," jawab Wulan dengan sopan.
"Apa!! Kanjeng Ibu udah tau, belum?!" teriaknya.
"Saya kurang tau kalau masalah itu, Den ayu. Saya cuma di perintah Bapak untuk mengurus perempuan ini..." ucap Wulan sambil menundukkan wajahnya.
Anak perempuan itu melotot ke arah Devi dengan tatapan kesal, lalu berlari mencari Ibundanya.
"Dia itu anak perempuan Pak Broto dari istri pertamanya. Namanya Lintang. Jangan dekat-dekat dengannya biar nggak kena masalah. Walaupun umurnya baru 15 tahun, tapi temperamen nya buruk banget! dia persis bapaknya! kejam!" ucap Wulan.
Lalu Wulan membawa Devi ke sebuah kamar yang lumayan besar. Masih dengan ornamen kayu memenuhinya, sehingga terkesan suram dan angker.
"Ini kamarmu, mandi dan beristirahatlah. Ingat pesanku Dev, dan jangan lupa berdoa, supaya Pak Broto cepat mati," ucap Wulan sambil tersenyum smirk dan keluar dari kamar itu.
Devi mendesah sambil memandang sekeliling. Dia berjalan menuju ranjang kayu yang sangat besar dan duduk di tepinya.
Air mata kembali luruh memenuhi pipinya, "Devan..." isaknya sambil memanggil nama Devan.
Devi merindukan Devan, ingin berada di sisi bocah lelaki yang sangat baik dan memperlakukannya dengan hangat. Devi ingin pergi menemuinya dan bersamanya sekarang. Namun dia tak bisa. Dia sudah tak bisa lagi menemui Devan.
"Selamat tinggal... Devan..." bisiknya lirih, mencoba menerima takdir malang yang menimpanya.
#Sedih dulu bentar gaes, nanti pasti juga heppy lagi kok... 😅
termasuk saya yg baca🤭
restu belakangan..penting devan padamu🤭🤭🤭