Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
“Bentar...bentar, ini bukan waktunya,”
Elsa bergegas bangun, dia mengepit album dan memasukkan foto di tangannya ke dalam album, dia merangkak keluar dari dalam ruangan kemudian merangkak keluar dari kamar Adrian. Elsa naik kembali ke ranjangnya, dia meletakkan album di kasurnya, dia langsung mencari cara agar ranjangnya bisa berputar kembali.
“Coba inget inget, tadi yang ku pukul di sebelah mana, tenang Elsa, jangan panik,” ujar Elsa sambil menatap dinding.
Matanya bergerak gerak kesana kemari menatap dinding sambil berpikir keras, “duk,” dia mencoba memukul dinding namun tidak berhasil, kemudian dia berpikir lagi dan “duk,” dia mencoba lagi di sebelahnya, karena belum berhasil, dia kembali mengamati dinding sambil mengingat ngigat.
“Tadi posisi ku begini,”
Elsa maju dan bersandar ke dinding, tangan kirinya terangkat kemudian “duk,” “sreeeg,” dinding berputar dan Elsa beserta ranjangnya kembali ke kamarnya, “haaaaaah,” hati Elsa langsung lega. Dia duduk lemas di atas ranjangnya, kemudian dia berbalik melubangi wall paper di dinding, ternyata ada dinding yang berwarna sedikit berbeda dari sebelahnya dan dinding itulah yang dia pukul.
Elsa turun dari ranjang, dia merangkak ke meja dan memanjat kursinya, dia mengambil spidol dari meja dan kembali ke ranjang, dia membuat tanda silang di lubang walpaper yang sudah terkoyak.
“Jangan sekali lagi teken nih tombol,” ujar Elsa dalam hati.
Setelah itu dia kembali duduk bersender di ranjang dan tangannya meraih album di sebelahnya, dia membuka sekali lagi album nya dan melihat lihat kembali lukisan juga foto di dalam album.
“Tunggu, apa jangan jangan om ada di sebelah ya (berpikir) tapi masa om anak sma sih, atau anak sma itu jangan jangan anak om dan tante (berpikir lagi) tapi kan tante bilang dia marah sama suaminya karena ga punya anak ya sampe berantem dan bercerai gitu, masa sih anak angkat ? aduh malah jadi kemana mana mikirnya,” ujar Elsa dalam hati sambil melihat album.
“Driiing....driiing,” tiba tiba smartphone Elsa di sebelahnya berbunyi, Elsa mengambil nya dan mengangkat teleponnya,
“Halo, kenapa Yuni ?” tanya Elsa.
“Sa, lo dimana ?” tanya Yuni.
“Di apartemen, kenapa ?” tanya Elsa.
“Temenin gue dong, gue lagi di mall apartemen lo nih, ada Sinta, Erik, Toni, gue ama Monica, kurang satu orang hehe,” ujar Yuni.
“Aduh gue belom ngapa ngapain, lagian emang udah pada buka ? masih pagi kan ini,” ujar Elsa.
“Udah, gue lagi di cafe deket pintu masuk, lagi ngopi, lo kesini ya,” ujar Yuni.
“Tapi gue mandi dulu, lama loh,” balas Elsa.
“Tenang aja kale, di tungguin,” balas Yuni.
“Ok kalau gitu, tunggu ya,” balas Elsa.
“Sip, kita tunggu,” balas Yuni.
Elsa menutup smartphone nya, kemudian dia mendekap albumnya dan turun dari ranjang, dia menyimpan album nya di dalam lemari kemudian dia merangkak keluar kamar sambil membawa handuk untuk mandi.
******
Sementara itu di sekolah, di depan ruang kepala yayasan, Adrian berdiri bersama staff dari sekolah,
“Ini ruangannya, ketuk saja,” ujar sang staff.
“Baik, terima kasih bu,” balas Adrian.
Begitu sang staff pergi, Adrian mengetuk pintunya, “masuk,” terdengar suara wanita dari dalam, “grek,” Adrian mendorong pintunya dan mengintip ke dalam, terlihat seorang wanita cantik yang mengenakan blazer merah dan kira kira berusia sama seperti dokter Kelvin sedang duduk di belakang meja sambil menatap smartphone dan membetulkan kacamatanya.
“Permisi bu,” sapa Adrian yang sudah masuk ke dalam.
“Iya, ada apa ya ?” tanya sang wanita.
“Gini bu, saya mau nanya perihal ini,” jawab Adrian sambil menunjukkan akte hibahnya.
“Coba sini, saya lihat dulu,” balas sang wanita.
Adrian mendekat dan memberikan kepada sang wanita aktenya, dia membukanya dan membacanya, kemudian setelah selesai,
“Kamu Adrian ?” tanyanya.
“Iya benar bu,” jawab Adrian.
“Oh ya ya...silahkan duduk,” balas sang wanita ramah sambil berdiri mempersilahkan duduk.
Setelah Adrian duduk, sang wanita berdiri kemudian dia mengambilkan air mineral gelas dan memberikannya pada Adrian, setelah itu dia duduk kembali,
“Kamu mau tanya apa ?” tanya sang wanita.
“Ibu yang tanda tangan di saksi ini kan, yang namanya Grace Kristianto,” jawab Adrian sambil menunjuk akte yang di buka.
“Iya benar, saya dan suami saya yang tanda tangan, tapi kita kan cuman saksi,” ujar Grace.
“Iya saya ngerti bu, yang saya mau tanya bu, ibu kenal tidak dengan pemilik sebelumnya ?” tanya Adrian.
“Saya tidak kenal tuh,” jawab Grace.
Adrian melihat layar kecil di kepala Grace yang tiba tiba muncul, kemudian dia membaca tulisan di dalamnya,
[Loh Kelvin ga jelasin sama anak ini ya ? gimana sih dia]
“Ibu kenal dokter Kelvin di singapura ?” tanya Adrian langsung.
“Oh dia teman kuliah saya dulu, tapi saya tidak selesai karena menikah, kamu pasien dia kan, dia sudah cerita sama saya dan minta saya masukin kamu ke sekolah ini,” jawab Grace.
“Oh jadi ibu ya yang dia mintai tolong buat masukin saya ke sini, terima kasih ya bu,” ujar Adrian.
“Sama sama, memangnya Kelvin ga cerita apa apa ya ?” tanya Grace.
“Enggak tuh bu, dia bilang apartemen itu dari papa dan mama saya, jadi ya awalnya saya percaya saja sampai surat ini tiba tadi pagi,” jawab Adrian.
“Hmm, Kelvin minta bantu saya urus waktu itu, itu alasannya kamu di tahan 6 bulan di sana, karena pengurusan hibah berdasarkan waris dan balik nama estimasi waktunya sekitaran itu, biasalah proses di bpn nya kadang lama birokrasinya,” ujar Grace.
“Oh..iya bu,” ujar Adrian yang sebenarnya tidak terlalu mengerti tapi dia tahu alasan kenapa dia di tahan di rumah sakit selama 6 bulan setelah operasi.
“Ya sudah, saya jelasin sebisa saya ya, waktu mengurus apartemen kamu itu, saya sempat baca sedikit surat warisnya, pasangan suami istri yang meninggal itu tidak memiliki anak, jadi siapapun yang menerima donor jantungnya di anggap anak sama mereka dan minta agar warisannya jatuh ke tangan penerima donor, siapapun itu orangnya, baik tua, muda, pria atau wanita, jadi kamu bersyukur saja ya,” ujar Grace.
“Gitu ya bu, aku mengerti kalau begitu, berarti....ini rejeki ku ?” tanya Adrian.
“Ya benar, itu rejeki kamu, jadi di terima saja dan di syukuri,” jawab Grace.
“Baiklah, aku mengerti,” balas Adrian.
“Waktu ngurus yang pertama, saya ga terlalu perhatikan surat warisnya karena lagi sibuk banget ngurusin sekolah baru ini, yang kedua saya penasaran dan kebetulan sempet, jadi saya baca,” ujar Grace.
“Sebentar bu, yang pertama ? berarti ada dua ?” tanya Adrian.
“Iya, tapi aku lupa unitnya karena waktu itu lagi repot, aku aja nyuruh orang buat ngurusin,” jawab Grace.
“Di komplek apartemen yang sama ? atau tower yang sama ?” tanya Adrian.
“Kayaknya sih ya, sori aku beneran ga inget karena waktu itu lagi hectic, udah sekitaran setahun atau satu setengah tahun lalu juga lagian,” jawab Grace.
Adrian melirik ke arah layar yang melayang di atas kepala Grace, ternyata layar itu tidak ada tulisan sama sekali yang artinya Grace tidak memikirkan apa apa dan benar dia tidak ingat.
“Kalau atas namanya siapa inget ga bu ?” tanya Adrian.
“Hmm...saya lupa, tapi kayaknya apartemen itu punya istrinya deh, aku juga lupa nama istrinya,” jawab Grace berpikir.
“Ya udah bu, ga apa apa, terima kasih ya penjelasannya, oh ya, boleh ga saya minta nomor dokter Kelvin ?” tanya Adrian.
“Oh boleh, saya rasa dia ga apa apa kalau kamu, ini nomornya,” ujar Grace sambil memperlihatkan layar smartphonenya.
Adrian menulis nomor Kelvin di smartphone nya kemudian dia menatap Grace di depannya sekali lagi,
“Kalau siapa pasien yang menerima donor jantung istrinya ibu tahu ga ?” tanya Adrian.
“Aduh...waktu itu Kelvin pernah kasih tau saya, saya lupa namanya tapi kayaknya perempuan deh,” jawab Grace.
“Hmm baiklah bu, saya ngerti, kalau gitu saya permisi dulu ya,” ujar Adrian berdiri.
“Iya, kamu ga usah khawatir, Kelvin udah cerita sama saya soal kondisi kamu, terima aja dan bersyukur, dua hari lagi masuk sekolah ya,” ujar Grace menjulurkan tangannya sambil tersenyum.
Adrian menjabat tangan Grace kemudian melangkah pergi, begitu di luar ruangan dia langsung menelpon Kelvin, namun Kelvin tidak mengangkatnya, akhirnya dia mengirimkan pesan untuk bertanya sekaligus memperkenalkan nomornya pada Kelvin.
“Sebentar lagi om, istri om akan ketemu, sabar bentar lagi om,” ujar Adrian tersenyum.
Adrian langsung memesan ojek online dan pulang, ketika sampai di apartemen dan masuk ke dalam unitnya,
“Apa ini ?” teriak Adrian melihat lemarinya bergeser dan ruang rahasia di kamarnya terbuka.