Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil
Tubuh Rangga tiba tiba saja mengalami suhu panas yang luar biasa, tepat jam 12 malam, saat dia tertidur, karena hal itu membuat Rangga terbangun, sepertinya aku harus berkonsentrasi untuk melawan rasa panas ini, pikir Rangga.
Dia pun langsung menyingkap selimutnya, selanjutnya dia duduk bersila ditempat tidurnya, berusaha mengosongkan pikirannya, sebelumnya Rangga tidak dijelaskan oleh kakek misterius jika dirinya akan mengalami suhu panas ditubuhnya, harus melakukan apa, hanya berucap tepat di jam 12 malam kakek misterius itu mengatakan ingin menyempurnakan ilmu yang diwariskannya itu.
Hingga hampir satu jam Rangga melawan suhu panas ditubuhnya, tubuhnya sudah terlihat memerah seperti bara api, dari sela sela kulit mengeluarkan seperti uap dalam rebusan air. Rangga masih berusaha berkonsentrasi.
Jika hidupku adalah sebuah perjalanan takdir untuk menolong orang orang lemah, berguna untuk orang banyak yang mengalami penindasan. Aku akan bisa melewati ini semua. Ucap batin Rangga.
Pelan pelan suhu tubuh Rangga mulai turun, tubuhnya semakin menghangat dan setengah jam kemudian tubuh Rangga kembali normal, namun kondisi semua pakaian yang dikenakan sudah basah kuyup oleh keringat dan dari hasil uap panas yang keluar dari tubuhnya.
Dan tubuhnya terasa sangat ringan seperti kapas.
Tap! Tap! Sutt!
Rangga melompat dengan cepat dari tempat tidurnya menuju pintu kamar, lalu ke area depan kamar mandi dan melompat lagi ketempat tidurnya memposisikan duduk seperti semula yaitu bersila, lompatan itu sampai tak terlihat oleh mata jika saja ada orang yang menyaksikan.
Tap!! Sut!!
Rangga melompat ke depan lemari pakaian, lemari itu dengan cepat terbuka lalu menutup kembali, pakaian yang dikenakan olehnya tiba tiba sudah tergelatak di atas lantai, sedangkan Rangga sudah dalam kondisi merebahkan tubuhnya dengan tempat tidur dengan sudah mengganti pakaian, hal itu hanya memakan waktu kurang dari satu detik saja. Gerakan itu seperti cahaya sama sekali tidak terlihat, bahkan saat Rangga mengganti pakaiannya.
Mungkin ini yang kakek misterius itu katakan tadi, kalau aku berhasil menyempurnakan ilmu yang diwariskan olehnya. Pikir Rangga, Rasanya ini seperti mimpi jika dirinya bisa memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Seorang yang awalnya hanya pemuda yang gemar menulis puisi dan syair.
Namun tiba tiba saja tempat sampah yang berada disisi pintu melayang dengan cepat kearahnya, mata Rangga dengan cepat merespon hal itu, seperti refleks Rangga mengeluarkan angin dari mulut, sama percisnya saat orang sedang meniup. Semua seperti ada yang menggerakkan untuk meniup tempat sampah itu.
Puhh...!
Bersama udara yang keluar dari mulutnya, tempat sampah itu berbalik seperti terlempar kebelakang dengan keras.
Wussh!! Plek..plek, daag! Plek!
Tempat sampah itu terguling guling sampai mengenai pintu kamar dengan cukup keras, kemudian mental kedekat pintu kamar mandi yang jaraknya kurang lebih 3 meter.
" Hehehe, sekarang kamu sudah menyempurnakan ilmu yang aku berikan anak muda, selain dirimu bisa melesat seperti gerakan cahaya, kamu juga bisa melihat sesuatu yang sengaja ditutup dengan ilmu hitam. Ini akan menjadi bekal kamu untuk mencari orang tua gadis itu, perjalanan dirimu masih panjang anak muda, ujian di depanmu juga tidak kalah beratnya dari sekedar mencari dan menemukan orang tua gadis itu. Tetap bersabarlah, sampai kebahagian yang tak terduga kelak akan datang padamu. " Kakek misterius itu tiba tiba bersuara. Namun belum menampakan wujudnya.
" Kek, terima kasih untuk apa yang telah kau berikan, apa aku belum bisa melihatmu kek? " Ucap Rangga matanya menyusuri setiap sudut ruangan kamarnya.
" Belum waktunya anak muda, sesuatu saat aku akan menampakkan wujudku dihadapanmu, untuk saat ini aku hanya akan selalu mendampingimu dan melindungimu, jika kamu suatu saat terdesak dan bisa dikalahkan. "
" Baiklah kek, kalau itu yang kau kehendaki, aku tidak akan memaksamu kek. " Nada ucapan dan vokal Rangga seperti logat orang orang dulu dimasa kerajaan.
" Hehehe, aku tidak salah memilihmu untuk ku wariskan semua ilmuku, kamu pemuda yang baik, kamu seorang pemuda yang hatinya tulus. "
" Terima kasih kek. "
Sepertinya kakek itu tidak berkata lagi, Rangga pun akhirnya meneruskan tidurnya, Rangga sempat melirik jam dinding dikamarnya, ada cukup waktu untuk kembali tidur sampai pagi menjelang.
Tok! Tok! Tok!
" Rangga apa kamu sudah bangun? Ini sudah jam 8 pagi Rangga, mamah sudah membuat sarapan untukmu! " Wilona terdengar berseru untuk membangunkan Rangga. Wilona tidak ingin kejadian kemarin sore terulang kembali, saat dirinya main masuk kedalam kamar Rangga. Tapi tidak ada respon dari dalam.
" Rangga! " Wilona berseru kembali, namun hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban dari Rangga.
" Hhhmmm "
Tok! Tok! Tok!
" Rangga! aku masuk yaa! Kamu sedang apa! " Ucapnya masih bersuara keras.
Kamu sepertinya memang masih tertidur, apa kebiasaanmu seperti ini? Kali ini Wilona hanya mengucap dalam hatinya.
Dengan pelan Wilona akhirnya menekan knop pintu dan mendorongnya.
Hhhmm benar saja kamu masih tidur Rangga, saat pintu kamar itu sedikit terbuka Wilona menemukan Rangga masih terlentang diatas tempat tidur. Dengan sebagian tubuh masih berselimut, Wilona pun mendorong pintu itu membukanya dengan lebar, lalu perlahan melangkah masuk kedalam kamar Rangga.
Kondisi kamarnya masih gelap karena tirai kamarnya belum dibuka.
" Apa ini? Huh aku pikir kamu orangnya suka kebersihan Rangga, ini kenapa ada celana tergelatak begitu saja dilantai? " Ucap Wilona nyaris terdengar menggumam. Saat dirinya sudah memasuki kamar matanya menemukan pakaian Rangga tergeletak dilantai, Wilona pun mengambilnya dan memasukan kedalam keranjang pakaian kotor.
Lalu perlahan Wilona melangkah ketempat tidur Rangga.
" Rangga! Apa kamu pura pura tidur? " Ucap Wilona, matanya menelisik kearah Rangga yang masih terlentang.
Setelah didekat tempat tidur Rangga, lalu Wilona pun duduk disisi tempat tidur, menatap wajah Rangga yang matanya masih tertutup.
" Sedang tidur saja tampan sekali. " Ucap Wilona menggumam, dengan mata tak henti memperhatikan wajah Rangga.
" Rangga, bangun Rangga. " Wilona pun sedikit memajukan wajahnya bertujuan agar suaranya bisa terdengar dan Rangga pun bisa bangun. Tapi tetap saja Rangga tak merespon.
" Hey, bangun sayang! " Wilona kembali memajukan wajahnya, kali ini antara wajah Rangga dengan Wilona hanya berjarak 2 centi saja.
Namun!
Cup!
Tiba tiba satu kecupan sudah mendarat di bibir Wilona, dengan satu tangan menahan pundak Wilona, gadis itu seketika terbelalak. Bibir Rangga masih menempel dibibir Wilona. Karena pundaknya tidak bisa mundur karena memang sengaja ditahan oleh Rangga.
Ummpp...
" Uh, kamu belum sikat gigi Rangga! "
" Memang kenapa? "
" Mulutmu bau tahu! "
" Masa, coba kamu rasakan? Apa itu menurut bau? "
Entah kenapa Wilona mengikuti apa yang Rangga ucapkan, lidahnya terjulur sedikit untuk merasai bibirnya sendiri yang telah dicium oleh Rangga tadi. "
" Tapi tetap saja jorok Rangga! " Wilona merasakan manis dibibirnya. Namun ucapannya masih menyangkalnya. Dengan berkata mempertahankan alibinya, karena merasa selalu dijahili oleh Rangga. Hatinya hanya kesal makanya berkata seperti itu.
" Jika nanti kita menikah, kita tidur bersama, tidak menutup kemungkinan saat kamu tidur tiba tiba aku menciummu, apa kamu tetap akan berkata seperti itu. " Rangga memasang muka sedih, lalu beranjak dari tempat tidur, lagi lagi Rangga hanya ingin menggoda Wilona saja.
" Eh, bukan, maksudku bukan begitu, hhhmm maaf. " Wilona berusaha mengejar Rangga yang sudah melangkah dengan muka sedih. Wilona benar benar takut jika Rangga tersinggung dengan ucapannya itu, sekarang Wilona yang memasang wajah sedih dengan menunduk didepan Rangga. Berharap Rangga tidak marah dengan ucapannya itu.
" Uuhh, gemasnya, aku hanya bercanda Wilona. " Rangga mencubit pelan hidung Wilona.
" Jadi kamu tidak tersinggung dengan ucapanku. "
" Sama sekali tidak, aku hanya senang menggodamu, kalau lagi seperti itu sangat menggemaskan. Aku beruntung bisa punya kekasih seperti kamu. " Rangga mengutas senyumnya didepan Wilona.
" Aku juga sama, aku beruntung bisa punya kekasih seperti kamu. " Kali ini matanya menatap wajah Rangga.
" Ya sudah, kamu mau tunggu disini atau terlebih dahulu kebawah, aku mau mandi dulu, badanku terasa lengket sekali. "
" Aku tunggu dibawah saja, aku mau bantu mempersiapkan sarapan pagi. Tapi sepertinya itu sudah tersiapkan, aku sudah terlalu lama dikamar, eee, aku kebawah iya. "
" Iya sayang. " Ucap Rangga dirinya masih duduk disisi tempat tidur.
Wilona hanya tersenyum, perlahan diberbalik dan melangkah menuju pintu kamar, Rangga menatap Wilona dari belakang. Gadis itu selalu menggodaku, rasanya aku harus cepat cepat menemukan orang tuanya, aku sudah tidak sabar untuk berbicara pada pak Ferdinand, kalau berniat untuk menikahinya.
Setelah gadis itu tak terlihat, Rangga pun berjalan ke kamar mandi, tidak sampai 5 menit Rangga pun terlihat menuruni tangga, Wilona mendongakan wajahnya saat sekilas melihat Rangga turun.
" Kamu ada Wilona, bangun tidur pakai segala kesiangan Rangga. Kamu malu maluin mamah tahu... " Ucap Shopia yang melihat Rangga sedang menuruni tangga
" Maaf mah, aku semalam terbangun jam 12 malam, ada sesuatu yang harus aku kerjakan. " Ucap Rangga setengah berkata jujur, namun masih belum mengatakan yang sebenarnya tentang penyempurnaan ilmu dari kakek misterius.
Wilona yang mendengar ucapan Rangga itu,menatap Rangga lekat, seperti ingin diberitahu tentang apa yang dikerjakan oleh Rangga. Rangga paham akan sorot mata Wilona itu, lalu dia pun berkata kembali. Shopia yang hendak merespon ucapan Rangga diurungkannya.
" Aku sudah menyempurnakan ilmu yang aku punya mah. " Akhirnya Rangga berkata jujur, Rangga hanya tak ingin mamahnya itu merasa khawatir dengan dirinya.
" Maksudmu, ilmu kamu sekarang sudah bertambah lagi? " Ucap Shopia.
" Benar! Mamah sama Wilona mau melihatnya? "
Keduanya hanya mengangguk.
Rangga yang sedang duduk tiba tiba saja hilang dari pandangan mereka.
Hah!
Cup! Cup!