(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Paolo Sorgia--pria berusia 35 tahun itu duduk dengan gagah di kursi kekuasaannya sembari menghisap cerutu yang terselip di kedua jari tangan kanannya. Tatapannya begitu mematikan menatap pada anak buahnya yang memberikan informasi tewasnya salah satu anggotanya di tangan Dominic. Aura gelap dan mematikan terlihat dari raut wajahnya, membuat siapa pun akan takut melihatnya. Di tambah lagi separuh wajahnya rusak, seperti bekas luka bakar lama, membuat pria itu terlihat semakin menakutkan.
"Sepertinya keluarga William ingin mengajak perang!" Paolo berkata dengan suara pelan tapi terdengar berat dan penuh ketegasan. Kemudian memberikan perintah pada anak buahnya untuk membuat serangan kepada keluarga William.
"Kenapa kau tidak membunuh putrinya? Bukankah ini tujuan utamamu? Dia layak untuk mati karena sudah merebut mega proyek darimu. Anggota kita telah tewas, maka nyawa harus di bayar dengan nyawa!" Salah satu anak buahnya mengingatkan tujuan utama boss-nya.
Paolo tersenyum iblis, wajahnya yang rusak ikut tertarik mengikuti garis senyuman membuat pria tersebut semakin terlihat menakutkan.
"Hemmm ... aku suka dengan ucapanmu. Nyawa harus di bayar dengan nyawa. Bagaimana kalau kita bermain-main dulu dengan mereka, pasti sangat menyenangkan, ha ha ha ha." Paolo tertawa terbahak-bahak membayangkan betapa menyenangkannya jika melihat targetnya sengsara, dan hidup dalam ketakutan.
"Aku sudah memerintahkan salah satu anggota kita untuk membuntuti Nona Luc. Dia mempunyai bodyguard baru yang bernama Arion. Pria tersebut merupakan veteran perang yang kini dipindahkan tugaskan ke satuan polisi keamanan Kota Milan." Pria tersebut memberikan penjelasan pada boss-nya yang duduk di balik meja kerja.
"Aku tidak peduli siapa dia! Yang terpenting, buat Luc menderita dan hidup dalam ketakutan," desis Paolo dengan penuh kebencian saat mengingat wanita angkuh itu.
"Baik, Boss!" jawab pria tersebut dengan tegas seraya membungkukkan setengah badannya, memberikan hormat pada boss-nya yang sekaligus menjadi ketua Mafia yang paling di takuti di Italia.
*
*
Arion duduk di samping pengemudi mobil, sedangkan Luc duduk di jok belakang. Di dalam mobil tersebut terasa hening tidak ada satu orang pun yang bersuara. Hanya terdengar suara helaan nafas mereka yang beradu.
Luc sendiri saat ini sedang sibuk mengecek email yang dikirimkan asistennya di ponselnya. Wanita itu selalu sibuk di setiap menitnya. Menjadi pemimpin perusahaan kapal persiar terbesar di Dunia membuatnya tidak mempunyai waktu untuk bersenang-senang. Bahkan di usianya yang sudah genap 30 tahun saja masih menyendiri.
Jika di tanya, apakah tidak ada satu pria pun yang tertarik dan mengajaknya berkencan? Jawabannya adalah BANYAK!
Banyak sekali pria tampan dari kalangan konglomerat dunia yang ingin mengajaknya berkencan dan bahkan ada yang melamarnya secara langsung, tapi Luc selalu menolaknya dengan alasan ingin fokus dengan karir.
Bukan itu saja, kedua orang tuanya pun berulang kali juga menjodohkannya dengan pria tampan dan mapan, tapi Luc selalu menolak dengan tegas.
Arion menatap spion mobil, ketika merasa ada yang tidak beres dengan mobil SUV hitam yang sejak tadi mengikuti.
Arion segera memberikan laporan pada timnya melalui earpiece yang selalu terpasang di salah satu telinganya.
"Safron 77, ada yang mengikuti dari belakang dengan mobil SUV berwarna hitam dan nomor polisi XXXX. Kami berada di Jalan Milan Utara." Arion berkata dengan nada tegas sambil terus memperhatikan spion.
"Laporan di terima! Dan kami akan segera memeriksanya."
"Thanks!" ucap Arion berusaha untuk tetap tenang, dan salah satu tangannya merogoh bagian area pinggangnya untuk mengambil sesuatu dari sana.
"Safron 77, kau mendengar kami? Kami sudah memeriksa nomor plat mobil SUV yang kau sebutkan tadi, kami juga sudah memeriksa CCTV di area jalan tersebut, tapi tidak ada yang aneh, mobil itu milik warga sipil."
Arion tidak menjawab, ia masih menatap ke arah spion, dan mobil yang sejak tadi mengikuti berbelok ke kanan, membuatnya seketika bernafas lega.
"Hei, ada apa?!" suara Luc memecah ketegangan yang sedang ia rasakan.
"Tidak ada apa-apa, Nona!" jawab Arion tegas, dan datar tanpa menoleh kebelakang seraya mengembalikan senjatanya ke tempat asal yang selalu ia selipkan di ikat pinggangnya.
"Kau pikir aku tuli!" Luc menendang jok yang di duduki Arion dengan kasar. Tapi, Arion sama sekali tidak memberikan reaksi apa pun. Pria tersebut tetap tenang ... lebih tepatnya seperti batu yang sama sekali tidak bergerak atau terprovokasi dengan marahnya.
"Terra! Apakah kau mendengar percakapan pria tua ini?!" Kali ini Luc bertanya pada sopir pribadinya yang terlihat fokus mengemudi.
"Maaf, Nona." Terra memang tidak mendengar dengan jelas percakapan Arion, karena ia terlalu sibuk menyetir mobil. Lalu melirik Arion yang duduk tegap dengan pandangan lurus ke depan, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun.
"Sepertinya dia robot. Astaga, bagaimana bisa Nona Muda mendapatkan bodyguard kaku seperti dia?" Terra bermonolog di dalam hati sembari melirik Arion.
"Sepertinya kalian bersekongkol! Apakah kalian tahu jika nyawaku saat ini sedang terancam! Dan kenapa sejak tadi diam saja!! Dasar Pria tua menyebalkan!" maki Luc dengan nada angkuh dan penuh emosi.
"Apakah kau tuli? Apakah kau tidak mendengar umpatanku!" teriak Luc, kembali menendang jok yang di duduki Arion.
Mobil yang di kendarai Terra telah sampai di depan lobby perusahaan kapal pesiar yang di pimpin Luc. Arion keluar dari mobil terlebih dahulu lalu membukakan pintu bagian belakang untuk Luc.
Luc keluar dari mobilnya dengan perasaan kesal bercampur emosi, kedua matanya menatap benci pada Arion yang berdiri tak jauh darinya.
"Aku sangat membencimu pria tua!" umpat Luc seraya menginjak kaki Arion yang di balut dengan sepatu pantofel untuk melampiaskan rasa kesalnya, tapi bukannya puas melainkan bertambah sangat kesal, pasalnya Arion sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit karena ia menginjak kaki pria itu dengan hak tinggi yang ia kenakan.
"Apakah dia mati rasa? Kenapa aku sangat kesal dan benci sekali dengan pria tua itu!" Luc berkata di dalam hati sambil berjalan memasuki perusahannya, diikuti Arion dari belakang.
Beberapa karyawan menyapa dengan hormat saat berpapasan dengan pemimpin perusahaan tersebut. Tapi kali ini ada yang berbeda, boss mereka masuk perusahaan tidak sendirian, ada seorang pria tampan dan gagah yang mengikuti wanita angkuh itu.
Siapakah pria tampan itu? Apakah calon suami Luc?
Ah, tidak mungkin! Karena selama ini boss mereka terkenal paling anti pria.
Luc menghentikan langkahnya dengan gaya elegant dan sangat angkuh lalu menatap para karyawannya yang berada di lobby tersebut.
"Kenapa kalian saling berbisik?!" tanya Luc dengan nada suara mengerikan, menatap satu persatu karyawannya dengan lekat dan tajam.
Tidak ada yang bersuara, mereka semua menundukkan kepala, tidak berani mengangkat kepala jika berhadapan dengan boss-nya ini. Bisa-Bisa mereka kehilangan pekerjaan jika berani menjawab ucapannya.
Arion membuang nafas kasar, sepertinya ia harus menebalkan kesabarannya untuk menghadapi wanita sombong dan arogant itu.
"Dia sangat kekanakan!" Arion berkata di dalam hati, seraya memperhatikan Luc dari jarak 2 meter lebih.
"Kenapa kalian diam saja? Apakah kalian tidak mempunyai mulut hingga tidak bisa menjawab pertanyaanku!" amuk Luc dengan nada penuh emosi.
"Maaf, Nona, kami hanya ..." salah satu karyawan wanita mengangkat salah satu tangan dengan kepala yang masin tertunduk, tapi belum selesai menyelesaikan ucapannya, ia di buat spot jantung mendengar ucapan boss-nya yang begitu mematikan.
"Kau di pecat! Silahkan bereskan ruang kerjamu dan mengambil pesangonmu!" Luc menatap wanita itu dengan tajam.
"Ini pelajaran untuk kalian semua! Kalian bekerja di sini di bayar dengan sangat mahal! Jadi aku tidak membutuhkan karyawan yang suka bergosip!" lanjut Luc seraya melanjutkan langkah kakinya dan diikuti oleh Arion.
Arion menekan tombol lift yang berada di sisi kiri pintu lift.
"Maju!" titah Luc pada Arion yang sejak tadi menjaga jarak darinya.
"Maaf!" tolak Arion dengan tegas.
Luc berdecak kesal, lalu menggeser posisinya, seraya menatap kesal pada Arion. "Apakah aku begitu menjijikkan hingga kau menjaga jarak sejauh itu denganku?!" Luc benar-benar tidak habis pikir dengan pria tua ini. Apakah ia seperti Virus Corona yang mempunyai slogan 'jaga jarak 2 meter ya'.
Cih! Apa-apaan ini! geram Luc di dalam hati.
"Maaf!" Lagi-Lagi Arion memberikan jawaban yang sama, datar dan dingin sembari menatap ke arah pintu lift yang sudah terbuka.
"Hei! Aku mengajakmu berbicara, bukan pintu lift itu!" Luc mengerluarkan protes dengan tegas pasalnya Arion tidak pernah menatapnya.
Ini gila! Baru pertama kali ini ada pria begitu cuek dan tak peduli dengan kecantikannya.
"Maaf, tapi aku tidak tertarik menatap Anda!" jawaban Arion membuat Luc terkejut bukan kepalang. Bahkan wanita itu sampai menganga lebar dan menatap tak percaya pada Arion.
"Wah!!" Luc merasa harga dirinya diinjak-injak oleh bodyguard-nya sendiri. Dia tidak bisa menerima penghinaan ini.
"Anda ingin masuk ke lift atau tidak?!" tanya Arion datar seraya mempersilahkan Luc masuk ke dalam lift yang sejak tadi sudah siap.
Luc menghentakkan kedua kakinya dengan kesal, seraya menatap sengit pada Arion, lalu memasuki lift tersebut diikuti bodyguard-nya.
"Mulai sekarang kau harus menatap wajahku jika aku sedang berbicara denganmu! Paham!" perintah Luc pada Arion dengan suara tegas dan terkesan memaksa.
"Maaf, hal itu tidak bisa aku lakukan!" jawaban Arion lagi-lagi membuat Luc merasakan emosi yang luar biasa.
"Apakah kau tidak bisa patuh padaku, hah?!" bentak Luc emosi.
"Kenapa? Apakah Anda tertarik dengan pria tua sepertiku? Hingga memohon seperti ini?" Arion berkata dengan tenang, tapi kalimat yang ia lontarkan mengandung cibiran dan bon cabe level 100 yang membuat kepala Luc langsung mengepul, keluar asap tebal.
Luc mengepalkan kedua tangannya dengan erat, rasanya dia ingin menampar pria tua yang berdiri dibelakangnya ini.
Tapi, hal itu ia tahan karena ia masih mempunyai akal sehat terlebih lagi saat ini ia berada di lingkungan perusahaan.
"Sepertinya kau terlalu percaya diri!" desis Luc kesal luar biasa.
Arion tidak membalas perkataan Luc. Malah pria tersebut terkesan cuek, dan tidak peduli dengan nona muda ini.
Pintu lift kembali terbuka saat sampai di lantai paling atas gedung pencakar langit itu. Arion mempersilahkan Luc keluar lebih dulu.
"Rasanya aku ingin mengutuknya menjadi batu!" umpat Luc di dalam hati sambil berjalan menuju ruangannya.
Para jajaran direksi menyambutnya dengan ramah dan sopan. Seperti karyawan yang ada di lobby, para jajaran direksi yang berada di sana bertanya-tanya saat melihat Arion. Tapi mereka tidak ada yang berani berkomentar, karena takut di pecat.
"Dia bodyguard-ku! Kalian harus bersikap baik kepadanya!" tegas Luc seolah mengetahui isi pikiran mereka.
"Baik, Nona," ucap mereka serempak seraya membungkukkan setangah badan.
Luc sudah memasuki ruangan, tak berselang lama sang asisten menyusul ke dalam sana. Sedangkan Arion berdiri tegap di depan pintu ruangan Luc sembari memperhatikan sekitarnya.
"Anda mau kopi atau teh?" tawar salah satu direktur pemarasan yang kagum menatap Arion.
"Tidak, terima kasih!" jawab Arion dengan tegas.
"Wah, kau sangat totalitas sekali ya. Baiklah, aku tidak akan menganggumu," ucap wanita yang berusia 40 tahun itu sambil berjalan menjauhi Arion menuju pantry kantor.
Arion terlihat tetap tenang dan tegas, pada saat sedang memperhatikan sekitarnya, ia merasakan ponselnya bergetar panjang bertanda kalau ada panggilan masuk.
Arion menduga kalau panggilan tersebut dari istrinya, akan tetapi ia tidak bisa mengangkat telepon jika sedang bertugas.
"Aku akan menghubunginya nanti malam." Arion berkata di dalam hati sembari menahan rasa gejolak di dalam dada. Masalah rumah tangganya semakin rumit dan membuatnya pusing kepala.
***
Like-nya jangan lupa ya bestie😘