MENIKAHI KAKAK ANGKAT

"Sil," panggil Loly pada Silvia yang sudah asyik bermain game online

"Hmmm..."

"Kayaknya gue nggak sanggup deh!" Silvia menghentikan bermain game lalu memerhatikan Loly.

"Gak sanggup hidup?" Tanyanya rada-rada oon.

"Diihh, bukan! Gue nggak sanggup nahan nggak chat an sama Nathan. Gue kangen dia tau." Loly bersungut sambil memerhatikan WA Nathan, nggak online.

"Terserah loe! Gue 'kan cuma kasih saran." Kedua mata gadis itu fokus kembali pada handphone di tangannya.

Loly mengetikkan pesan untuk Nathan.

[ Nathan ] send.

Dua menit, tiga menit, lima menit nggak dibaca. Bibir Loly menyunggingkan senyum ketika sebuah ide melintas di pikirannya. Spam chat.

[ N ]

[ A ]

[ T ]

[ H ]

[ A ]

[ N ]

Ceklis berubah warna, yang semua abu-abu menjadi biru.

[ Bentar, lagi sibuk. ] Balas Nathan. Bibir Loly mengerucut. 'Iissh.. nggak tau apa aku kangen.' ucapnya dalam hati.

[ Reno tadi telepon aku, Nat. Dia ngajak nonton nanti malam. ] Send.

Sampai sepuluh menit, ceklis belum berubah warna. Sepertinya Nathan emang sedang sibuk, pikirnya.

"Sil, loe nge-charge nya masih lama nggak? Handphone gue lowbat nih."

"Masih. Baru sepuluh persen." Sahut Silvia tanpa menoleh.

'Yaa udah deh, handphone nya lowbat nggak papa. Nathan juga lagi nggak bisa di hubungi.' ucap Loly dalam hati. Ia kembali duduk di atas ranjang menyimpan handphone ke dalam tasnya. Matanya terasa berat, ngantuk. Perlahan Loly tertidur.

POV Nathan

Kerjaan di sini sudah selesai, rasanya sudah tak sabar untuk pulang ke rumah. Aku kangen Loly ku, wajah cantiknya, senyuman manisnya, sikapnya yang lucu. Semua ku suka.

Ingin ku beri tau Loly jika hari ini aku pulang tapi jangan deh. Biar jadi kejutan aja. "Gimana? Udah selesai?" Tanya Dion pada ku.

Aku mengangguk.

Aku dan Dion siap berangkat ke bandara. Siang ini juga aku akan terbang. Aku tersenyum memandangi foto Loly di handphone.

"Sudah gila nih anak! Senyum-senyum kayak orang stress."

Asem! Dion ngajak ribut nih. Udah lah, males ladenin nih anak. Yang penting bentar lagi aku pulang. Pengen cepet-cepet lihat Loly ku yang cantik menggemaskan.

Tiba-tiba tangan Dion memegangi kepala ku sembari membacakan ayat kursi dan surah-surah pendek Al-Qur'an. Kampret nih anak! Lama-lama bikin aku kesel juga.

Ku semplak tangan Dion kasar. "Loe apa-apaan sih. Emangnya gue kesurupan apa." Sewot ku kesal.

"Bisa jadi! Secara loe 'kan dari tadi senyam-senyum nggak jelas kayak orang kesurupan. Sebelum loe di kuasai penuh oleh makhluk gaib, yaa gue bantuin loe. Biar loe cepet sadar."

PLAAKK...

Ku pukul lengan Dion. Sang empu mengadu kesakitan. "Rasain! Emang enak." Aku tertawa mengejek.

Okey, singkat cerita. Aku dan Dion sudah tiba di bandara. Kami naik taksi online menuju apartemen Dion. Jangan tanya kenapa aku ikut Dion ke apartemen. Karena mobil aku ada di sana.

"Gue langsung balik!" Ucap ku langsung menyambar kunci mobil yang ku simpan di laci.

"Nggak istirahat dulu? Emangnya loe nggak capek apa?"

"Enggak! Gue mau cepet-cepet balik aja. Di sini bosen gue lihat muka jelek loe."

"Yaelah, Nat. Muka gue tampan kali."

"Ck, tampan apaan. Kepala plontos gitu, kalo kena matahari langsung buat mata silau." Ledek ku.

"Asem loe!"

Aku langsung lari keluar dari apartemen Dion. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Senyum di bibir ku terus mengembang menantikan reaksi Loly saat tau aku hari ini pulang.

Kurang lebih setengah jam, aku sampai di rumah. Ku masukkan mobil ke bagasi. "Assalamu'alaikum..." Ku ucapkan salam saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam..." Ayah Bunda sedang menonton tv di ruang keluarga.

Ku hampiri mereka yang semakin tua semakin romantis. Ku cium punggung tangannya takzim. "Nak, gimana pekerjaan di sana? Semuanya lancar?" Tanya Ayah.

Ku daratkan pant*t di single sofa. "Alhamdulillah.. semuanya berjalan dengan lancar, Yah."

"Alhamdulillah..."

"Nathan, bersih-bersih dulu gih. Takut kamu bawa kuman." Titah Bunda.

Aku mengangguk. "Baik, Bunda."

Aku berjalan ke kamar, saat melewati kamar Loly. Ingin sekali aku menemui Loly saat ini juga. Tapi nanti saja lah.

Gegas aku masuk kamar, membersihkan diri, setelahnya merebahkan diri di atas ranjang yang empuk dan nyaman ini. Selama perjalanan pulang, aku belum mengaktifkan handphone.

Ku nyalakan handphone, ada sebuah pesan dari Loly yang belum ku baca.

[ Reno tadi telepon aku, Nat. Dia ngajak nonton nanti malam. ]

[ Jangan mau! ] Send. Ceklis satu.

Loly nggak online, kemana dia? Apa dia beneran pergi nonton bersama Reno? Aakkhh.. sial!

Gegas ku bawa langkah ini ke kamar Loly. Tanpa mengetuknya terlebih dahulu, aku langsung membuka pintu kamarnya yang ternyata tidak di kunci.