Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku yang Munafik (21)
Ardi yang mengerti merasa aneh. Entah kenapa dua hari ini sikap Kenzie berbeda dari sebelumnya. Ada hal janggal meliputi hatinya, tetapi baginya tetap saja tak mungkin untuk mempertanyakan.
"Lepas bajumu," titah Kenzie seraya menunjuk ke arah kaos yang dikenakan oleh Ardi.
Ardi pun menggeleng, menolak apa yang diperintahkan oleh Kenzie. "Ar, aku tahu lukamu bukan hanya di bahu. Jadi, kali ini biarkan aku menebusnya dengan cara ini."
Sedikit ragu, tetapi setelah melihat kesungguhan Kenzie, akhirnya Ardi pun melepaskan kaosnya dengan perasaan yang sulit dijelaskan.
"Apa ini sakit?" tanya Kenzie, sayangnya Ardi tidak dapat mendengar suaranya.
Melihat memar di bahu Ardi, membuat hati Kenzie begitu nyeri. Bahkan ia berpikir jika tamat saat itu juga hidupnya. Namun, siapa sangka jika lelaki yang selalu dibencinya, bahkan dianggap benalu. Justru menyelamatkan nyawanya dan melawan lebih dari dua orang.
Ardi yang sedari tadi tidak merasakan apa pun di kulitnya. Langsung mengambil ponsel pintar dan mengetik untuk diserahkan kepada Kenzie.
"Jika sudah selesai, bisakah aku memakai kembali bajuku." Tulis Ardi di ponselnya.
"Maaf, aku akan segera mengobatinya." Kenzie pun membalas tulisan Ardi.
Merasa tidak enak, akhirnya Kenzie pun mengoleskan salep pereda nyeri. Setelah itu, ia pun langsung membalikkan tubuh Ardi, sehingga keduanya kini saling berhadapan.
"Apa yang kamu lakukan padaku?" tanya Ardi melalui isyarat.
"Diamlah karena banyak memar di bagian depan sini." Jawab Kenzie seraya menutup mulutnya dengan menggunakan satu jarinya, agar lelaki tersebut tak lagi banyak bicara.
Dengan perlahan Kenzie pun mengoleskan krim ke dad4 Ardi.
"Sudah." Kenzie dengan mengambil kaos Ardi dan memintanya untuk segera memakainya.
Setelah mengucapkan terima kasih, Ardi pun berdiri dan pergi meninggalkan Kenzie, sayangnya. Tangan lelaki tersebut dicekal olehnya.
"Aku ingin ke kamar karena sudah lelah." Lantas, Ardi pun mengetik ucapan tersebut di ponselnya dan segera meminta Kenzie membaca.
"Aku ikut." Dengan ragu Kenzie pun ingin ikut Ardi yang hendak istirahat.
Sesampainya di dalam kamar.
"Ar, apa kamu marah padaku tentang semua ini?" Pesan terkirim.
"Apa yang kamu bicarakan," ujar Ardi membalas pesan Kenzie.
"Kesalahanku terlalu banyak padamu, bahkan kamu selalu aku hina dan aku rendahkan. Namun, kenapa kamu tetap bersikap baik padaku." Pesan kedua kembali di kirim.
"Aku lelah dan ingin tidur, jika kamu ingin bicara ... besok saja!" Balasan terakhir di kirim ke ponsel Kenzie.
"Ternyata kamu marah padaku, itu mengapa tidak ingin bicara denganku." Tidak sampai di situ. Kenzie terus mengirim pesan kepada Ardi, hingga lelaki tersebut merasa kesabarannya sedang dipermainkan.
"Apa maumu sekarang? Bahkan kamu tidak bisa membiarkanku tidur dengan nyenyak. Sekarang apa artinya lelaki sepertiku di matamu? Aku memang tidak sempurna, aku tuli dan hanya seorang pria kere. Namun, tidakkah kamu memikirkan perasaanku ketika aku kamu anggap sampah!" Emosi Ardi meledak, meski tidak dapat mendengar, bukan berarti ia tidak bisa bicara.
"Lihat sekarang, lihat! Bahkan aku tidak mempunyai hak atas dirimu. Pernahkah aku marah padamu, pernahkan lelaki tuli ini ikut campur urusanmu? Tidak. Namun, sikapmu seolah-olah mempermainkan kebaikanku dengan tiba-tiba berubah baik dan setelah itu melukai hatiku lagi."
Mendengar Ardi yang murka. Kenzie hanya bisa tertunduk penuh penyesalan karena apa yang dikatakan oleh lelaki tersebut adalah benar. Kali ini penyesalan di depan matanya. Wajar jika lelaki itu marah karena memang Kenzie menganggapnya sebagai batu loncatan.
"Maaf, maafkan aku." Masih dengan kepala tertunduk Kenzie berusaha meminta maaf meski meskipun ditolaknya ia akan terus berusaha.
"Di sini cukup aku yang bicara karena meskipun kamu bicara, aku adalah lelaki tuli. Surat perceraian segera tandatangani, karena aku sudah cukup lelah." Lagi ... bahkan Ardi tidak peduli walau Kenzie mengumpat dan mengutuknya.
"Kenapa rasanya sesakit ini, kenapa!" lirih Kenzie seraya meremas kertas dari Ardi.
"Apa kesalahanku benar-benar fatal sehingga tidak bisa mendapatkan kesempatan kedua ini," ucapnya lagi dengan air mata sudah bercucuran.
Mengusap air matanya, lalu berusaha kuat. Kenzie pun memantapkan hatinya untuk mengatakan. Walau hanya lewat isyarat bahkan jika harus, ia pun tidak masalah meski apa yang disampaikannya sedikit salah.
"Ar, apa kamu begitu membenciku?" tanya Kenzie.
"Tidak, aku tidak membencimu. Namun, sikapmu yang munafik membuatku benci." Jawab Ardi.
"Lalu, tahukah kamu tentang perasaanku dalam beberapa hari ini? Itu pun aku terus berusaha mencari jawabannya untuk memastikan," ucap Kenzie dengan tubuh bergetar. Seolah dirinya berada di titik terendahnya.
"Tidurlah, sudah malam aku lelah." Bahkan ketika Ardi tidak ingin tahu dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Kenzie, memutuskan untuk menyudahi perdebatan di tengah malam.
Kali ini Kenzie harus mengatakan yang sebenarnya. Meski nantinya lelaki tersebut akan membencinya dan semakin membenci dirinya bahkan tidak peduli, karena kali ini ia harus menghadapi masalahnya sampai tuntas.
"Bisakah kamu memberi kesempatan untuk menyakinkan sebuah perasaan yang meminta jawaban." Ketiknya di ponsel hingga Ardi sedikit dibuat bingung dengan omong kosong perempuan tersebut.
"Omong kosong apa yang sedang kamu lakukan? Bahkan aku sudah bersusah payah untuk bercerai denganmu, tapi dengan entengnya kamu meminta sebuah kesempatan." Jawab Ardi dengan tegas.
"Kamu tahu, Lily pernah berkata kepadaku 'Meski kamu mencintainya, bukan berarti hati dan pikiranmu nyaman dengan orang itu, tetapi sebaliknya. Jika kamu benci akan seseorang, tetapi ketahuilah jika dari situ kamu menemukan sebuah tempat ternyaman' karena merasa aman ketika bersama dengannya." Setelah mengetik Kenzie memperlihatkan ponselnya kepada Ardi, tangisan yang semakin pecah, seolah tidak lagi memiliki kesempatan.
"Lalu apa yang kamu ingin dari lelaki tak berguna ini?" tanya Ardi.
"Bantu aku menemukan jawabannya dan beri aku kesempatan, aku tidak mengharap sebuah maaf darimu, tapi bisakah kita mulai mengenal." Air mata Kenzie yang tak terbendung. Kali ini dirinya tidak akan melepaskan sosok itu lagi.
"Beri aku maafmu untuk memperbaiki kisah kita, rasa benci ini. Bahkan aku tidak mengerti kenapa bisa berubah menjadi tidak ingin kehilangan," imbuh Kenzie.
"Lantas, bagaimana dengan Leo?" tanya ardi.
"Hari ini dia melamarku dan aku belum memberinya jawaban, karena wajahmu terus mengganggu hingga memutuskan pergi sampai akhirnya ...." Kenzie pun rasanya tidak sanggup untuk mengatakan, karena malam ini adalah malam menakutkan.
"Aku tahu kamu kecewa karena aku berkhianat, melukai hatimu. Bahkan merendahkanmu, tapi kuakui bahwa aku tidak mau berpisah darimu hingga menjadi egois dan munafik."
"Aku lelah, tidurlah karena aku ingin tidur. Diriku pun tak tahu apa artinya hadirku bagimu, aku lelah dengan semua ini karena apa pun yang kulakukan tidak pernah kamu hargai."
"Ar, aku menyesal, aku menyesal dan sekarang mengerti betapa berharganya dirimu." Suara dari dalam hati Kenzie kian membuatnya semakin tersiksa.
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...