Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Pesona Dean 2
Tidak lama keduanya duduk di taman. Lalu mereka pun berangkat ke tempat les. Karna sudah waktunya untuk masuk les di bimbel.
" Lis, kak Dean keren ya ? Kata Sani sambil berteriak di boncengan
" Lho naksir, embat aja," jawab Lisa
" Trus loe gimana?" kata Sani.
" Apa masalahnya sama gue, gue bakal nunggu cowok idaman kiriman dari Tuhan Jadi ngak usah di pikiran," kata Lisa
" Hahaha....astaga yakin loe dapat paketan dari atas langit sana," gelak Sani. Hingga Lisa melajukan motornya makin kencang
" Yakin lah malah 100 persen,' teriak Lisa
" Woi jangan ngebut, ingat kita masih perawan Lis. Gue ngak mau mati dulu Sebelum nyicipi surga dunia," teriak Sani
" Dasar otak mesum , pikirannya ngana ngana. Pikirin tuh ujian bukan kawin woi," kata Lisa. Membuat mereka heboh berdua di atas motor yang berlari kencang.
" Hahaha.... manusiawi Lis, gue masih normal jadi ingin menata masa depan dulu dengan bunga cinta," kata Sani
" Cih ....mana ada" kata Lisa Seraya kembali mengurangi kecepatan motor. " Hidup ini sudah sulit. Jangan di buat rumit San. Biar loe mau menata masa depan. Jika Allah nyuruh loe di panggil pulang. Kelar tuh semua hidup loe. Ngak bakal ada masa depan lagi. Hanya tinggal tulang di dalam kubur," kata Lisa.
" Aish....nauzubillah. Gue belum pengen mati muda Lis. Dah bahas yang lain deh. insyaf gue jalan sama loe," kata Sani terkekeh.
" Hahaha.. lagian pikiran loe main putus nyambung tentang cowok. Mikiran yang naif melulu. Normal sih iya. Tapi gue takut menular tuh penyakit genit," tawa Lisa
" Tahu ah, gue lagi senang juga. Malah loe bikin bete Lis. Oh ya ngomong ngomong gimana sama surat cinta Devan?" kata Sani Mengingat teman mereka yang tempo hari. Mengirim surat cinta pada Lisa. Namun surat itu di berikan Lisa pada temannya yang lain.
" Tahu ah, gue malas bahas itu San. Biar si Tiara yang gurus masalah Devan. Lagian dia yang naksir sama Devan kan," kata Lisa.
" Yoi....woi awas kelewatan," teriak Sani mengingatkan Lisa. Saat motor mereka hampir melewati tempat les Mereka.
Brum.....
Lisa pun langsung mengerem. Lalu Lisa pun memundurkan motornya sedikit. Setelah itu baru berbelok arah masuk ke halaman tempat les Mereka.
" Hehehe...maaf gue lupa," kata Lisa saat sudah turun dari motor.
" Makanya fokus, jangan meleng. Gue jadi curiga pikiran loe tuh Lis, yang ngandi ngandi ," balas Sani membalas dengan sindiran.
" Cie tersinggung ni ye. Dah ayo masuk, nanti lagi berantemnya," kata Lisa mengendong tasnya. Sambil merapikan pakaiannya.
" Ya nanti kita lanjutkan," kata Sani. Ikut merapikan pakaiannya. Lalu setelah itu keduanya pun masuk ke tempat les.
Keduanya memang suka berdebat. Namun tidak pernah sampai marahan. Apalagi untuk saling benci dan pergi menjauh. Karena Lisa dan Sani sudah berteman dari sejak SMP. Membuat keduanya saling memahami karakter satu sama lain Karna sudah tahu sifat masing masing.
Ketika hendak masuk kelas Keduanya pun terkejut Ketika Kak Dean sudah menunggu mereka di dalam kelas ukuran 2 x 2 meter itu.
" Kak Dean, maaf kami terlambat," kata Lisa bergegas masuk kelas, disusul Sani
" Tidak sama sekali, kalian tepat waktu kok. Duduklah!! " kata Dean. Sehingga keduanya cepat duduk. Sambil membuka tas masing masing. Sedangkan Dean menulis soal di papan tulis.
" Huh... untung tepat waktu. Kalo tidak kita bisa di botakin," kata Sani.
" Shut ..mana ada, orang tadi kita aja di traktir. Masa tega, sama kita yang masih imut imut gini," bisik Lisa tersenyum.
" Hehehe...ya juga sih , kak Dean keren ya. Selain tampan dan pintar. Juga baik ," kata Sani berbisik.
Saat keduanya asyik berbisik. Dean pun selesai menulis soal. " Nih kerjain dulu untuk latihan kalian. Kak Dean ingin melihat. Apa kalian sudah paham atau belum dengan soal soal seperti ini," kata Dean menatap keduanya.
" Siap kak, tapi apa kita boleh saling nyontek kak?" kata Sani
" Tidak, jangan di biasakan. Kalian sudah mendekati ujian sekolah. Jadi harus percaya pada diri sendiri. Kerjakan soalnya masing masing. Anggap saja ini sedang ujian," kata Dean tersenyum manis. Hingga Lisa menarik nafas dalam. Melihat pesona Dean.
" Ya Tuhan, kak Dean seperti bang Amar saja," batin Lisa kagum.
" Hmm.. jangan meleng, dengar tuh. Apa loe lagi terpesona. Ingat sadar diri," bisik Sani Yang tadi sempat melihat Lisa terdiam. Sehingga mata Lisa langsung mendelik.
" Tahu aja loe," kata Lisa manyun.
" Tahulah, gue kan punya indra mata ke 11 " sahut Sani.
Membuat Lisa tersenyum dengan candaan sahabatnya itu. Lalu Lisa pun mulai menulis soal dan jawabannya di dalam buku.
Kelas pun langsung hening. Karna kedua gadis itu. Asyik dengan kertas jawaban mereka. Sedangkan Dean diam diam memperhatikan Lisa dari mejanya.
***************
Disisi lain Amar baru selesai saja bekerja di bengkel. Ia duduk sambil membereskan semua peralatan kerjanya
" Benar Mar loe mau berhenti kerja, apa loe sudah dapat kerjaan kantor?" tanya bang Jali menghampiri Amar.
" Ya bang, Amar lagi siap siap belajar untuk kerja di kantor. Dari penampilan, sikap dan juga cara kerja profesional," jawab Amar
" Yah abang harus cari ganti loe dong Mar, Tapi jika ada teman loe yang mau kerja di sini. Boleh Mar bawa kesini aja," kata bang Jali merasa kehilangan Amar.
" Ya bang, tapi Amar ngak janji ya. Karna biasanya anak kuliahan. Jarang ada yang mau kerja jadi montir. Takut kotor," kata Amar sambil membersihkan tangannya
" Betul itu bang, paling anak anak STM," sahut Ali anak mekanik baru.
" Ya sudah, terserah loe deh. Semoga loe sukses Mar. Tapi ingat !! Jangan lupakan kita disini ya, main kesini jika loe ingin curhat " kata bang Jali.
" Ya bang, insyaallah. Amar ngak akan lupa kok sama bang Jali dan teman teman disini. Amar pasti akan kangen ," kata Amar
" Ya Mar itu harus, kita ikut sedih loe berhenti dari sini," kata Iwan teman Amar. Teman seperjuangan Amar. Sejak sama sama masuk kerja saat mereka lulus SMA.
" Ya bang ,kita bakal kehilangan bang Amar nih. Pasti suasana bengkel akan jadi sepi tanpa abang," kata Arman.
" Sudah ngak usah lebay, biasa saja. Sudah biasa. Jika karyawan di sini datang dan pergi" kata yang lain ikut menimpali.
" Hehehe....ya di buat santai saja, lagian abang juga masih di kota ini kok. Jadi kita masih bisa bertemu," kata Amar. Merangkul Arman yang duduk di sebelah Amar.
" Ya bang, semoga saja," kata Ali.
" Sudah ayo ngopi. Tuh sudah siap semua nya. Apa kalian pada ngak mau pulang," kata bang Jali
" Mau bang...." kata semuanya kompak. Sehingga suara pun jadi riuh di dalam bengkel. Yang membuat Amar ikut tertawa. Karena hampir 4 tahun ini, Amar bekerja di bengkel bang Jali. Jadi ada rasa kebersamaan yang berat di tinggalkan Amar. Karna ia harus beradaptasi lagi dengan suasana baru. Begitu juga dengan keluarga barunya. Yang membuat Amar tidak lepas memikirkan Lisa adiknya. Yang paling ia sayangi. Bahkan sampai hari ini ia belum sanggup mengatakan siapa dirinya pada Lisa
**************
Malamnya Amar pun menelpon Lisa. Dan bercerita tentang tempat kerja barunya. Karna sudah beberapa hari ini. Ia rindu pada adiknya itu.
" Abang yakin kerja di luar kota?" kata Lisa Yang melihat jelas siluet tubuh Amar dan kendaraan Amar sore tadi. Karna Lisa merasa yakin ia melihatnya abangnya itu bersama Sani di taman kota.
" Iya memangnya kenapa de?" kata Amar
" Hari ini abang pake baju apa?" kata Lisa bertanya.
"Hmm... hijau garis garis" jawab Amar
" Lalu motor abang kemana?" kata Lisa lagi.
" Di bengkel, abang titipkan sama bang Jali ," jawab Amar.
" Yakin bang, tadi sore Lisa melihat bang Amar naik motor lewat taman kota. Pake baju garis garis hijau. Dan juga membawa ransel hitam," kata Lisa
Deg...
Amar pun langsung terdiam. Saat Lisa tahu ia sudah berbohong pada adiknya itu.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar