NovelToon NovelToon
Simon Says

Simon Says

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Persahabatan / Angst / TKP / Romansa
Popularitas:402
Nilai: 5
Nama Author: cakefavo

Permainan anak kecil yang berujung menjadi malapetaka bagi semua murid kelas 12 Ips 4 SMA Negeri Bhina Bhakti.

Seiring laporan dari beberapa orang tua murid mengenai anaknya yang sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah. Polisi dan tim forensik langsung bergegas untuk mencari tahu, tidak ada jejak sama sekali mengenai menghilangnya para murid kelas 12 yang berjumlah 32 siswa itu.

Hingga dua minggu setelah laporan menghilangnya mereka tersebar, tim investigasi mendapat clue mengenai menghilangnya para siswa itu.

"Sstt... jangan katakan tidak jika kamu ingin hidup, dan ikuti saja perintah Simon."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakefavo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

- Denzzel

Keheningan terjadi di depan ruangan lab biologi saat Axel memimpin do'a untuk mendoakan teman-temannya yang telah meninggal karena di eksekusi dan juga di bunuh oleh Simon, Michael menatap salib besar yang di buat oleh Yaksa kemarin untuk Jejen, ada beberapa lembaran gambar sketsa para siswa dan juga siswi yang telah meninggal, gambaran tersebut di buat oleh Naira yang memang pandai menggambar.

Begitu semuanya selesai berdoa, mereka pun kembali ke kelas. Tetapi Chaiden masih berdiri disana sambil menatap gambar para sahabatnya itu, Denzzel yang hendak pergi bersama yang lainnya, mengurungkan niatnya saat melihat Chaiden, dia pun akhirnya mendekati laki-laki itu.

"Gue harap ini mimpi," ucap Denzzel yang membuat Chaiden tersadar, tanpa di sadari laki-laki itu pun mengangguk kecil.

"Mimpi buruk setelah bangun tidur, walaupun permainan ini nggak terjadi, gak ada yang indah setelah gue bangun tidur, semuanya kayak neraka."

Denzzel menatap Chaiden dari samping, wajah yang terlihat suntuk dan juga kurangnya tidur, Denzzel dapat mengerti apa yang di rasakan oleh laki-laki itu, dia pun akhirnya menepuk pundak Chaiden pelan.

"Gimana rasanya punya sahabat yang selalu perduliin lu kayak Michael?"

Denzzel terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan dari laki-laki itu. Beberapa detik kemudian dia pun tersenyum yang membuat Chaiden mengerutkan keningnya saat melihat senyumannya yang lebar itu.

"Luar biasa, saking luar biasanya gue gak bisa deskripsiin kayak gimana rasanya. Michael itu anugrah yang di berikan oleh langit buat gue, disaat gue ngerasa berdiri sendirian di dunia ini, gue justru pengen ngelindungin dia. Walaupun dia dateng bagaikan air yang ngebasahin gue, di hari itu pun gue tetep bakal manggil nama dia, karena dia adalah orang satu-satunya yang paling berharga bagi gue."

"Gue tau lu suka sama dia," kata Chaiden sambil tersenyum tipis.

"Keliatan banget emang?"

Chaiden terkekeh geli, dia pun mengangguk kecil yang membuat Denzzel semakin tersenyum lebar.

"Gue bakal ngelindungin dia, bahkan di kondisi kayak gini, gue gak bakal bikin dia terluka sedikit pun."

Chaiden, Michael dan juga Denzzel bersembunyi di ruang guru. Dari tadi Chaiden terus memantau kondisi di luar dari balik celah-celah tirai jendela, tetapi kondisi di luar terlihat aman dan juga sepi.

"Gimana sama yang lainnya?" tanya Michael sambil mendesah frustasi.

"Belum keliatan, di luar sepi."

Denzzel menggigit bibir bawahnya sendiri, dia bersandar di kursi sambil menatap langit-langit ruangan, kedua matanya berkaca-kaca saat mengingat bagaimana Axel berteriak meminta pertolongan, tetapi tidak ada satu pun di antara mereka yang menolongnya dan malah sibuk melarikan diri.

"Gue gak nyangka kalau Alifa selama ini yang udah ngebunuh mereka." ucap Chaiden membuka suara, Michael terdiam, pikirannya tertuju kepada percakapannya dan juga Alifa malam ini.

"Kita gak bisa diem aja, gue... gue bakal temuin dia." perkataan Denzzel seketika membuat Michael dan juga Chaiden terkejut, mereka berdua menatapnya dengan mata yang melebar.

"Gak, sama sekali nggak! di luar kondisinya belum aman." kata Michael seraya bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Denzzel.

"Gak ada pilihan lain, gue harus bikin dia berhenti buat mainin ini, gue cuman gak mau kehilangan temen-temen gue lagi."

"Lu pikir gue juga mau? tapi gak kayak gini caranya, Denzzel. Gue gak bakal biarin lu keluar buat nyari Alifa, lu harus tetep di sini bareng gue sama Chaiden!"

"MICHAEL!" bentak Denzzel yang membuat gadis itu terkejut, ia menatap sahabatnya dengan mata yang berkaca-kaca, begitu pun dengan Denzzel.

"Gue mohon..." lirih laki-laki itu sambil memejamkan kedua matanya, beberapa detik kemudian dia kembali membukanya dan menatap Michael, tangannya terulur untuk menggenggam tangan gadis itu.

"Gue gak bakal kenapa-napa, gue cuman perlu nemuin Alifa dan bikin dia buat berhentiin permainan ini. Gue bakal balik lagi kesini buat jemput lu, gue udah janji kalau kita bakalan pulang bareng-bareng."

Michael menggeleng pelan, akhirnya dia pun terisak. Dadanya terasa sesak saat dia harus membiarkan sahabatnya pergi keluar dan menghadapi maut, Michael pun menangkup sisi wajah Denzzel dan membelai pipinya dengan lembut menggunakan ibu jarinya.

"Gue gak mau ngerasain kehilangan lagi, apalagi kehilangan lu, sahabat kecil gue. Tolong jangan pernah tinggalin gue, gue mohon..."

"Lu yakin mau keluar?" tanya Chaiden.

Denzzel mengangguk, tatapannya tidak pernah beralih dari Michael, dia masih memegang erat tangan Michael, dia tidak punya pilihan lain, dia harus mengakhiri semuanya sekarang.

"Gue gak mau lu kenapa-napa, kita gak tau apa yang bakalan terjadi di permainan selanjutnya, maka dari itu gue mau nemuin Alifa sekarang."

"Nggak, please..." isak Michael sambil mencengkram erat tangan laki-laki itu.

Denzzel menghela nafas, dia menatap Chaiden dan langsung mengangguk kecil, seolah-olah dia sedang memberikan isyarat kepadanya, Chaiden yang mengerti pun langsung menghampiri Michael dan memeluknya erat, mencegah gadis itu untuk bergerak ataupun mengejar Denzzel.

"Gue bakal jemput lu..."

Michael berteriak dan menangis, meminta Denzzel untuk kembali dan menetap bersamanya di ruangan guru, saat melihat laki-laki itu sudah keluar dari ruangan, Michael memberontak dan melepaskan diri dari pelukan Chaiden, ia berlari menuju pintu tetapi sialnya pintu tidak dapat di buka karena di kunci dari luar.

"DENZZEL, GUE MOHON BUKA!"

"Gue mohon!!"

Denzzel yang berada di luar pun tidak kuasa menahan tangisnya, dia pun segera berlari menjauhi ruang guru untuk mencari keberadaan Alifa, mengabaikan teriakan dari sahabatnya itu.

Rean, Yahezkael, Kanin, Chaiden dan Michael yang bersembunyi di tempat berbeda langsung mendesah frustasi, mereka merasa lelah dengan semuanya, bahkan Rean pun meneteskan air matanya saat itu, bukan hanya dia tetapi mereka berlima. Sudah begitu banyak korban dari permainan tersebut, dan mereka hanya mengharapkan semuanya berakhir, itu saja.

1
TAZEIN SENSEI
updatenya tiap hari apa aja
nanas
guyss, ini aku revisi dari bab 1 soalnya aku mau ganti alur hehe
Ververr
Seru banget ceritanya.
nanas: terima kasii
total 1 replies
ADZAL ZIAH
baru awal udah seru... dukung karya aku juga ya kak
nanas: wih makasii yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!