NovelToon NovelToon
Berondong Bayaran

Berondong Bayaran

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Anak Yatim Piatu / Beda Usia / Romansa
Popularitas:10.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Sakit hati sang kekasih terlibat Cinlok (Cinta Lokasi) hingga berakhir di atas ranjang bersama lawan mainnya, Ameera bertekad menuntut balas dengan cara yang tak biasa.

Tidak mau kalah saing lantaran selingkuhan kekasihnya masih muda, Ameera mencari pria yang jauh lebih muda dan bersedia dibayar untuk menjadi kekasihnya, Cakra Darmawangsa.

Cakra yang memang sedang butuh uang dan terjebak dalam kerasnya kehidupan ibu kota tanpa pikir panjang menerima tawaran Ameera. Sama sekali dia tidak menduga jika kontrak yang dia tanda tangani adalah awal dari segala masalah dalam hidup yang sesungguhnya.

*****
"Satu juta seminggu, layanan sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" Cakra Darmawangsa

"Satu Milyar, jadilah kekasihku dalam waktu tiga bulan." - Ameera Hatma

(Follow ig : desh_puspita)


------

Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara dll)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 - Beautiful Sky

Bukan hanya sesaat Cakra membekap mulutnya, tapi beberapa menit hingga Ameera lama-lama sebal juga. Hanya karena teriakan Ameera, Cakra sampai setakut itu diciduk ibu kost padahal mereka tidak sedang berbuat asusila.

Merasa tidak punya cara lain, Ameera balas menggigit telapak tangan Cakra begitu kuatnya hingga pria itu menjerit kesakitan. Bukan berniat jahat atau bagaimana, tapi Ameera sangat terpaksa lantaran tidak bisa menunggu terlalu lama.

"Sssh gigimu tajam juga ternyata," tutur Cakra seraya mengibaskan telapak tangannya.

"Kamu yang duluan."

Ameera merapikan rambutnya yang sempat acak-acakan akibat ulah Cakra. Tidak ada kata maaf dari Cakra sementara punggung tangannya terasa sedikit sakit bahkan memerah. Ameera yang memang sejak dahulu begitu disayang dan dimanja seketika ingin menangis dan matanya perlahan membasah.

Perubahan raut wajah Ameera jelas saja tertangkap mata Cakra, bukannya panik pria itu justru tertawa pelan melihatnya. Entah lupa usia atau bagaimana, seketika Cakra merasa yang ada di hadapannya bukan wanita dewasa, melainkan balita.

"Cengeng banget sih, baru juga digigit," cetus Cakra menarik tangan Ameera yang sejak tadi dia sembunyikan di antara lutut dan dadanya.

"Baru kamu bilang, gigitnya sekeras itu ya sakit," balas Ameera membela diri.

Dia bukan cengeng, bukan pula dibuat-buat, tapi memang gigitan Cakra sakitnya luar biasa. Jika ditanya dia terbiasa atau tidak, sebagian tubuh Ameera sudah memang kerap kali jadi sasaran gigi keponakannya, tapi tidak sekeras Cakra.

"Kulitmu tipis sekali sampai berdarah begini."

"Gigimu yang tajam," kesal Ameera segera menarik tangannya, dia pikir Cakra akan seperti sang papa yang mengusap lembut luka Ameera sekecil apapun itu.

Lagi, di kali kedua Cakra belum juga berpikir untuk membujuknya, semakin membuat Ameera kesal iya. Hingga, tidak berselang lama Cakra bangkit dan berjalan ke arah lemari pakaiannya, meraih helm dan membuat Ameera mengerutkan dahi.

"Kamu mau kemana?" tanya Ameera seakan tidak rela ditinggal sendiri, terlebih di tempat ini.

"Apotek, nanti rabies bisa mati aku di tangan papamu," jawabnya setengah bercanda, sontak Ameera turut beranjak dan mengekor di belakang Cakra.

Cakra yang berpikir jika Ameera hanya ingin melihatnya pergi juga diam saja, sama sekali tidak protes walau sebenarnya sedikit aneh. Namun, keanehan itu semakin nyata kala Ameera tidak hanya mengekor hingga ambang pintu, melainkan parkiran.

"Kenapa? Mau titip sesuatu?" tanya Cakra kala dia sudah naik di atas motor bututnya, tidak lupa dengan helm tanpa kaca tersebut.

"Mau ikut, masa ditinggal di sini, takut lah," bisik Ameera begitu pelan. Sorot matanya menatap ke arah teman-teman Cakra yang tampak mencuri pandang ke arah mereka, Bahkan salah-satu di antara mereka tidak sengaja menabrak kotak sampah.

"Takut apanya, Ra, siang begini ... lagian deket kok, cuma di_ okay ikut."

Bagaimana Cakra hendak melarangnya, belum selesai bicara dan Ameera sudah duduk manis di belakang. Bukan Cakra tidak suka, tapi dengan kendaraannya begini dia malu luar biasa.

"Van, pinjam helm ... cewek gue mau ikut," teriak Cakra cukup keras, Jovan yang mengerti maksud Cakra sontak berlari menghampiri dengan membawa helm cadangannya.

"Mau pinjem motor gue sekalian, Cak?" Jovan memberikan penawaran, setidaknya jika dengan motor Jovan dia akan terlihat lebih keren.

"Nggak, cuma ke apotek doang," jawab Cakra serius, akan lebih malu lagi jika dia sampai minjam motor.

Jovan yang bingung sontak mengerutkan dahi, "Kenapa? Bukannya baru pulang dari rumah sakit?"

"Cewek gue, tangannya luka takut dibacok papanya ntar."

Jovan tergelak, sementara Ameera hanya tersenyum tipis mendengar pembicaraan dua pria itu hingga mereka meninggalkan tempat itu. Mengingat cara mereka mereka bercanda, Ameera merasa sekali jika mereka beda usia.

Kendati demikian, dapat Ameera simpulkan jika bersamanya, Cakra akan membawa diri dan mampu mengimbangi. Sementara waktu, Ameera tidak akan bicara pada Cakra karena perjalanan sore ini akan lebih menarik baginya.

Namun, dibalik tenangnya Ameera ada hati yang terus berperang dengan keresahan dalam dirinya. Diam-diam Cakra mencuri pandang wajah Ameera di spion, memastikan bagaimana ekspresinya.

"Cakra rem!!"

"Hah?"

Terlena akan kecantikan Ameera, dia sampai tidak sadar jika di depan sana ada kendaraan lain hingga Cakra terpaksa berhenti mendadak, alhasil keduanya kini tidak lagi berjarak dan Cakra memerah seketika.

"Maaf, Ra, tidak sengaja sumpah!!"

Cakra menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Demi Tuhan Cakra takut jika Ameera berpikir bahwa dia tengah curi kesempatan, tapi sama sekali tidak demikian.

"Tidak masalah, ayo jalan lagi." Suara Ameera terdengar pelan, mungkin dia sama malunya seperti Cakra.

"Tapi kamu baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" tanya Cakra menoleh, walau dia malu setengah mati, tapi dia masih berusaha untuk menutupi dan mengutamakan keselamatan Ameera.

"Fine, buruan, bentar lagi hujan."

"Hujan apanya?"

Cakra tertawa, sudah jelas secerah ini dan Ameera mengatakan khawatir akan hujan. Agaknya efek salah tingkah membuat Ameera buta dan tidak bisa membaca cuaca. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu memang?"

Tanpa menjawab, Cakra hanya menggeleng dengan gelak tawa yang tidak bisa berhenti juga. Ameera yang duduk di belakang dan tidak sadar dimana salahnya lama-lama terbawa suasana dan tertawa juga padahal dia lah penyebab Cakra tertawa.

Sudah lama dia tertawa sebebas ini, mengendarai motor tanpa khawatir kejaran wartawan yang bertanya banyak hal. Ya, di balik pencapaian Ameera yang luar biasa, dia juga merindukan kehidupan sebagai manusia biasa seperti beberapa tahun lalu. Dan, hadirnya Cakra membuat hari Ameera yang selalu serius seolah kembali berwarna.

.

.

Niat hati Cakra ke apotek membeli obat untuk luka di tangan Ameera. Nyatanya, begitu melewati tempat itu Ameera menolak dan baru mengatakan jika dia tidak butuh obat luka, tapi obat yang lainnya.

"Kemana saja, aku ingin hidup sehidup-hidupnya, Cakra."

Begitulah permintaan Ameera pada Cakra sebelum pria itu melajukan kendaraannya. Tanpa terduga, Cakra justru membawa Ameera menelusuri jalanan ibu kota hingga suasana langit biru mulai berganti kemilau senja di atas sana.

"Cakra lihat, indah sekali," puji Ameera kala memandang jauh langit sore ini, mereka sengaja berhenti lantaran Ameera ingin mengabadikan momen sebentar saja.

Di bawah langit yang indah, bersama seseorang yang luar biasa indahnya, Cakra tidak pernah menduga jika kisahnya akan semenarik ini setelah sekian lama bertarung dengan kerasnya ibu kota.

"Hm, beautiful sky," timpal Cakra dengan mata yang terus menatap lekat Ameera. Tidak peduli meski wanita itu sejak tadi hanya mendongak bahkan mungkin lehernya terasa sakit. "With beautiful girl," lanjut Cakra dalam hati sebelum kemudian menundukkan pandangan tepat kala Ameera balik menatapnya.

"Cakra, boleh aku minta sesuatu?"

"Ya, Sayang? Minta apa?" sahut Cakra secepat mungkin, sontak Ameera mengerjap pelan karena panggilan sayang Cakra kali ini berhasil membuat jiwanya porak-poranda.

.

.

- To Be Continued -

1
Telik sandi Megantara
darwangsa apa darwamangsa yak
Telik sandi Megantara
evan sang penolong cakra remaja
Rafina Rasya Sabrina
udah baca kak asik banget😊😊😊😊
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
kerennn
Telik sandi Megantara
zean tuh pasti best daddy lagi
Rinawati Esyabil
Dasar emaknya Anet😆
Telik sandi Megantara
emang tuh maling gak kenal cakra dari kecil, berani bikin perkara ... ingin dingeeek lehernya
Telik sandi Megantara
dahlah ameera, mulutmu nurun ke anet
Telik sandi Megantara
anggap aja rumahnya cakra didaerah sukabumi.

itu yusuf dan hasan udah sadar belum kalau cakra tidak membual
Telik sandi Megantara
sean yaa?
Telik sandi Megantara
aku lebih nyengir kala ameera mengumpatmu
Vindy swecut
bener2 bikin sakit perut...ngakak sendiri.../Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Telik sandi Megantara
napak tilas kisah mertua faaz
Rinawati Esyabil
berhubung aku bacanya dari cerita Anet jd penasaran ke sini😁
penasaran kisah Papa Cakra dan mama Meera😀
Meliana Anjaresmi
mampir sini mau tau lebih kisahnya papi cakra
Nurhayati Nia
mbk des aku mampir pingin nyimak kisah cinta mami nya si anett
Abizard Faraz raupa
sudah maraton baca lengkara sekarang giliran Ameera....
abie jihan
alur ceritanya.. gk karuan meloncat meloncat
tety rokhantika
Luar biasa
kori fvnky
Kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!