Namanya adalah Ryan Clifford. Dia adalah seorang Pangeran yang akan mewarisi tahta kerajaan Utara. Wajahnya tampan, polos dan sangat sederhana. namun, siapa sangka dibalik kepolosannya itu, tersembunyi kekuatan yang maha dahsyat. dia terlahir membawa takdirnya sendiri. ayahnya yang seorang Raja telah menorehkan sejarahnya sendiri. oleh karena itu, dia juga ingin mencatat sejarahnya sendiri.
walaupun seorang pangeran, tidak sekalipun dia memamerkan identitasnya. dan perjalanannya yang seru di mulai disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
...Bab 21...
Tiga farmasi, tiga-tiganya menjadi korban oleh Ryan membuat hari-hari yang menyenangkan mereka berubah menjadi mimpi buruk. Dan mereka bersumpah dalam hati untuk tidak lagi mencari gara-gara dengan nenek moyang biang kerok kejahatan ini.
"Bagaimana, tugas mu sudah selesai dan sukses kan?" Tanya Ryan disela-sela perjalanan keduanya menuju area parkir.
"Iya. Terimakasih Ryan. Kalau tidak ada kamu, kemungkinan tidak akan ada yang mau membayar hutang. Kau sungguh sangat hebat!" Puji Violet yang langsung ingin memeluk tubuh Ryan. Namun Ryan segera menghindar sehingga dia hanya menangkap angin.
"Awas, jaga jarak!" Kata Ryan sambil berkelit ke samping.
Bayangkan saja andai Violet berhasil memeluk dirinya, dia pasti akan ternodai. Emang dia dianggap lelaki apaan?
Violet terbengong sesaat. Tapi akhirnya dia menarik nafas kemudian dengan lesu menyusul Ryan yang sudah berada di dekat mobil. Ingin dia merajuk, tapi itu tidak akan berhasil. Ryan pasti tidak akan membujuknya.
Melihat wajah Violet yang kecut, Ryan buru-buru membukakan pintu mobil untuknya, kemudian mempersilahkan gadis itu untuk masuk.
"Silahkan masuk!"
Violet tidak berbicara lagi. Kemudian mobil pun bergerak meninggalkan area parkir.
"Selanjutnya kita akan ke mana?" Tanya Ryan. Kali ini dia yang mengemudikan mobil.
"Ke kantor. Aku ingin menampar'kan wajah orang-orang yang meragukan kemampuan ku dengan keberhasilan ini. Sekaligus kontrak kerjasama senilai dua ratus juta ini," jawab Violet dengan sangat bersemangat.
Ryan mengangguk. Kemudian dia membuka maps, lalu mereka pun berangkat menuju kantor perusahaan Salazar Family.
Sesampainya di kantor, Ryan dan Violet mendapati wajah-wajah yang kurang ramah serta mencemooh yang ditujukan kepada mereka berdua. Akan tetapi, kepercayaan diri Violet benar-benar memuncak saat ini. Mana dia ada waktu untuk memperhatikan wajah-wajah para staf yang berpihak pada sepupu dan paman keduanya itu.
Ketika mereka sampai di kantor wakil direktur pemasaran, di dalam ruangan tersebut terdapat sepasang muda-mudi yang seumuran dengan Violet sepertinya sedang menunggu kedatangan Violet.
Begitu melihat Violet masuk sambil didampingi oleh Ryan, sepasang muda-mudi itupun menatap mereka seolah-olah sedang menatap mayat berjalan. Tapi itu hanya sesaat saja. Setelahnya, pemuda itupun berujar. "Wah. Nona tertua Salazar telah kembali dengan selamat. Tidak kurang satu apapun. Hebat..," pemuda itu berdiri sambil bertepuk tangan kemudian memperhatikan Violet dari atas sampai ke bawah. "hmmm. Aku tidak tau apakah kau berhasil atau tidak menagih hutang tersebut. Melihat keadaan mu baik-baik saja, aku khawatir jangankan untuk menagih hutang, paling-paling kau hanya berdiri di depan Farmasi Welber dan kembali setelahnya. Bukankah begitu?"
Disampingnya, wanita itu juga berkata. "Nona tertua Salazar. Ingat konsekuensinya jika kau gagal menagih hutang. Kau harus melepaskan jabatan mu karena aku lah yang paling layak atas jabatan itu. Benarkan sayang?" Rengek gadis itu dengan manja.
"Tentu saja benar. Walaupun dia adalah dari keturunan langsung keluarga Salazar, tapi dia masih magang. Sedangkan kau sudah dua tahun bekerja di sini. Terlebih lagi kau juga akan menikah ke dalam keluarga Salazar. Tidak ada yang salah,"
"Terimakasih sayang," kata wanita itu lagi sambil memamerkan kemesraan mereka membuat Ryan nyaris muntah angin.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tegur seorang lelaki paruh baya. Kemudian dia menatap ke empat pemuda yang berada di dalam ruangan lalu kembali berkata. "Violet, dan kau Bobby, datang ke kantor ku segera,"
Ternyata nama pemuda itu adalah Bobby Salazar, sepupu yang sangat ingin menyingkirkan Violet dari perusahaan Salazar Family.
Bobby menyeringai sambil menggandeng tangan wanitanya menuju ke kantor wakil presiden.
Violet juga langsung menggandeng tangan Ryan lalu berjalan menyusul.
"Siapa ini? Orang luar tidak diizinkan untuk memasuki ruangan wakil presiden," protes Bobby ketika melihat Violet mengajak Ryan untuk memasuki ruangan wakil presiden.
"Kenapa? Jika kau bisa membawa kekasihmu memasuki ruangan kerja wakil presiden, mengapa aku tidak boleh?"
"Huh. Aku akan melihat nanti jika wakil presiden mengetahui kegagalan mu dalam menagih hutang, kalian berdua pasti akan ditendang keluar dari perusahaan," cibir Bobby dengan percaya diri.
"Sayangnya aku akan mengecewakanmu," balas Violet yang langsung mendorong pintu kemudian memasukinya bersama dengan Ryan.
"Katakan kepadaku, bagaimana hasil kerjamu hari ini?" Tanya wakil presiden yang tidak lain adalah pamannya yang bernama Robby Salazar.
Belum sempat Violet menjawab, Bobby sudah menyela terlebih dahulu.
"Apa lagi yang perlu ayah tanyakan, sudah pasti dia gagal,"
Robby menatap tajam ke arah Violet lalu membanting pulpen ke atas meja.
"Keterlaluan. Menagih hutang saja pun tidak mampu kau lakukan. Apakah tidak ada yang bisa diharapkan darimu?"
"Benar. Di perusahaan ini, hanya yang kompeten saja yang bisa mendapatkan posisi. Jangan karena ayah mu adalah presiden, maka kau bisa seenaknya saja menduduki jabatan. Kasihan kepada orang yang berbakat jika dalam perusahaan adanya nepotisme,"
"Ayah mertua. Sepertinya jangankan untuk bertemu dengan Tuan Welber, kemungkinan dia hanya sampai di depan Welber medicine Farmasi saja dan langsung melarikan diri ketika melihat betapa menyeramkan para penjaga Farmasi tersebut. Lihatlah keadaannya yang baik-baik saja. Saya yakin dia pasti tidak melakukan pekerjaannya dan sibuk dengan pemuda yang ada di sampingnya itu,"
Ketika pacar Bobby menyinggung tentang seorang pemuda, barulah Robby melirik ke arah Ryan. Tadi, dia sama sekali tidak menganggap tentang keberadaan pemuda yang tidak penting baginya itu.
"Siapa pemuda ini?" Tanya Robby dengan tatapan penuh selidik.
"Perkenalkan, namanya adalah Ryan. Dan dia adalah pacar saya," jawab Violet sambil merangkul tangan Ryan.
"Apakah ayah dengar? Dia sama sekali tidak melakukan pekerjaannya, melainkan bersenang-senang dengan gigolo ini,"
Robby mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan agar semuanya diam. Kemudian dia berkata. "Violet. Taukah bahwa kau akan segera ditunangkan dengan tuan muda dari keluarga Patrick? Kau berani bersama pria lain. Bagaimana dengan wajah keluarga kita andai keluarga Patrick mengetahui akan hal ini? Bukan hanya kau saja yang susah, keluarga kita juga terancam punah jika kau sampai membuat keluarga Patrick menjadi murka,"
"Paman ke-dua sudah terlalu jauh melenceng. Sekarang kita sedang membahas masalah pekerjaan terlebih dahulu. Sedangkan untuk masa depan ku, dengan siapa aku akan menikah, itu urusan ku,"
"Kau..,"
"Tadi Bobby mengatakan bahwa aku tidak kompeten kan? Tidak bisa menagih hutang. Sekarang aku ingin bertanya. Sudah berapa lama Bobby bekerja di perusahaan sebagai direktur departemen penjualan, sudah berapa lama Welber medicine Farmasi menunggak hutang kepada perusahaan? Sudah berapa lama aku magang di Salazar Family ini? Paman sendiri tau jawabannya dengan jelas. Ingat Bobby, ketika satu jari telunjuk mu menunjuk ke arah orang lain, maka jari tengah, jari manis dan jari kelingking mu menunjuk ke arah dirimu sendiri. Jika kau sangat kompeten, mengapa sampai saat ini belum ada yang berhasil menagih hutang tersebut?"
padahal ceritanya Sangat Bagus
kereen banget .
lope lope utk mu Thor..
suka banget dgn sifat Ryan..