Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 : TERKEJUT!
Velyn mendesah kasar, membanting ponselnya di atas ranjang ketika berkali-kali teleponnya tak tersambung. Duduk bersandar pada headboard kasur, memeluk lututnya dengan hati gundah gulana. Sesuatu yang sangat tidak mungkin Richard berikan, sulit dipercaya.
Hati Velyn berkecamuk hebat di dalam sana, ia tidak bisa tenang sebelum bisa bertemu dengan suaminya. Buru-buru Velyn membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk meninggalkan Villa tersebut. Awalnya sengaja menunggu Richard di sana, akan tetapi sepertinya lelaki itu tidak akan datang.
“Bi, aku pulang dulu ya. Terima kasih banyak sudah menerimaku dengan baik,” pamit Velyn pada Bi Conie yang tengah sibuk membersihkan dapur.
“Loh, kok cepet? Enggak nunggu Richard dulu?” Bi Conie bertanya sembari mencuci tangannya.
"Tidak, Bi. Aku harus pulang, karena pekerjaan sudah numpuk. Nanti kalau Richard kembali ke sini, tolong suruh hubungi aku ya, Bi,” pinta Velyn menutupi kegelisahan dengan senyumannya.
Bi Conie mengeringkan tangan, memeluk wanita itu layaknya anak sendiri, “Baiklah, hati-hati di jalan ya. Nanti Bibi sampaikan kalau kamu ke sini,” ujar wanita itu meregangkan pelukannya.
“Makasih, Bi. Permisi,” pamit Velyn segera keluar karena taksi online yang ia pesan sudah datang.
Velyn tidak tahan didiamkan suaminya seperti itu. Ia memutuskan pergi ke bank untuk menelusuri tempat tinggal Richard. Selang dua jam, Velyn sudah sampai di bank. Ia meminta sopir untuk menunggunya sebentar.
Setelah menunggu beberapa antrean, akhirnya tibalah Velyn duduk di depan customer service. Degup jantung Velyn tak terkendali, ia meminta pihak bank agar memberikan alamat lengkap yang telah mentransfer rekeningnya. Setelah menjelaskan alasan dengan detail, akhirnya Velyn mendapat alamat Richard. Sebuah kertas hasil print ia genggam kuat sambil berjalan keluar bank.
Buru-buru Velyn mencari taksi yang ia tumpangi tadi, mengatur napas, lalu memberanikan diri membaca selembar kertas yang ia genggam sedari tadi.
“Hah?” Velyn semakin terkejut kala alamat yang tertera ada di luar negeri. Seketika ia teringat dengan Dirgantara Corp, juga berada di negara yang sama. “Enggak mungkin, ini enggak mungkin orang yang sama ‘kan?” gumam Velyn menelan salivanya susah payah.
“Nona, kita mau ke mana?” tanya sopir yang menunggu sedari tadi.
“Ca ... cari bandara, Pak. Terserah di mana saja!” ucap Velyn gugup membuka ponsel untuk booking tiket pesawat. Ia masih butuh beberapa jam perjalanan untuk sampai di bandara. Rasa penasaran yang membuncah membuatnya terbang ke negara Richard saat itu juga. Sekaligus membuktikan bahwa apa yang ada di pikirannya salah.
\=\=\=\=ooo\=\=\=\=
Sementara di belahan dunia berbeda.
Richard masih sibuk mempelajari bahan untuk meeting di sepanjang perjalanan. Delon setia menemani sekaligus menyetir untuk tuannya itu.
“Jadi, perusahaan dari luar negeri yang kamu maksud itu, Perusahaan Gautama?” tanya Richard membenarkan kacamata yang sempat melorot.
“Iya, Tuan. Apa ada masalah?” tanya Delon masih fokus dengan jalan.
Richard tak menjawab, hanya saja senyum misterius terurai dari bibirnya. Satu tangannya mengepal sembari menggerak-gerakkan jemarinya. Delon menautkan alisnya ketika tak mendengar jawaban apa pun, tapi justru melihat mimik muka yang aneh dari sang bos.
“Pucuk dicinta ulam pun tiba. Hahaha!” Richard tertawa terbahak-bahak membuat Delon bergidik ngeri.
Delon berdehem untuk menetralkan perasaannya. Ia mencoba menghalau berbagai pikiran buruk yang menyelusup melihat perubahan dari bosnya itu.
“Lama sekali, Delon! Buruan! Aku tidak sabar bertemu dengannya!” ujar Richard menggebrak sandaran punggung Delon.
“I ... iya, Tuan. Ini sudah hampir sampai,” balas Delon sedikit gugup.
Tibalah mereka di salah satu restoran mewah, yang mana juga menyediakan privacy room, untuk meeting mereka. Delon yang sudah membooking sebelumnya, segera mendatangi resepsionis.
Pelayan langsung mengantar mereka ke lantai dua, membukakan ruangan luas yang sudah direservasi. “Silakan, Tuan. Mau pesan menu sekarang?” tanya pelayan itu ramah.
“Boleh!” Richard membalas dengan hati yang riang. Ia menerima buku menu lalu menyebutkan beberapa makanan dan minuman. Begitu pun Delon, meski ia sedikit khawatir pada Richard.
“Baik, mohon ditunggu sebentar, Tuan. Permisi.”
Setelah pelayan itu keluar, tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu yang langsung dibuka setelah Richard memintanya masuk.
DEG!
Mata Gerald melotot tajam saat bertatapan dengan Richard. Pelayan bar yang menjadi suami kekasihnya, duduk dengan elegan di sebuah sofa.
“Halo, Tuan Gerald. Selamat datang!” sapa Richard berdiri sembari memasukkan tangan ke saku celana.
Gerald tersadar dari lamunannya. Ia kembali keluar untuk memastikan nomor ruangan, mencocokkan dengan pesan yang dikirim oleh Delon. “Dia?” gumamnya masih syok berat.
Bersambung~
semoga sehat selalu 🤗🤗🤗
ck.. ck.. ck..
Malunya gak akan abis tujuh turunan..
Sulit buat Velyn.. makin cinta dech.. /Heart//Heart/
aq kasih bunga sama Vote
Mana panas pula lihat Stevy dah masuk mobil Delon