Shintia adalah seorang gadis yang mempunyai banyak teman laki-laki. Dia seorang gadis miskin yang mau di ajak berkencan siapa saja asalkan mendapatkan bayaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
"Apa saya boleh menemui nenek saya dok?" Tanya ayu lemah.
" boleh tapi setelah di pindahkan ke ruangannya ya" ucap dokter itu. " kalau begitu saya permisi ya" ucap dokter itu berlalu pergi.
" iya dok terimakasih " jawap Rita mewakili ayu dan yang lain.
" ayu, kamu terlihat lemas nak... kamu istirahat aja ya biar di antar pulang Abraham" ucap Rita khawatir karena melihat wajah ayu yang semakin pucat.
" nggak Tante, ayu mau melihat keadaan nenek. Ayu harus nungguin nenek di sini, ayu nggak mau melewatkan waktu seperti ini. Ayu takut tan...ayu takut" ucap ayu yang mulai menangis lagi.
Tiba-tiba tubuh ayu limbung dan menabrak tubuh Rita yang memang berada di dekatnya.
" ayu....sadar nak...ayu" Rita menepuk-nepuk pipi ayu namun tidak ada respon.
"ayu...ayu..." Panggil Shasa yang juga khawatir dengan keadaan ayu.
Abraham yang kembali lagi ke dalam pun melihat mamanya mengerubuti sambil memangku seseorang pun segeran berlari menghampiri dan betap terkejutnya saat sampai di dekatnya ternyata ayu yang jatuh pingsan.
" kenapa ini ma?" Tanya Abraham yang wajahnya terlihat khawatir.
" nggak tau nak ayu tiba-tiba pingsan" ucap Rita.
" panggilkan dokter biar saya yang mengangkat tubuh ayu" ucap Abraham yang langsung berjongkok dan mengangkat tubuh ayu.
Pak Ujang berlari mencari dokter. Abraham menuju ruang UGD begitu bertemu dengan suster yang kebetulan sedang mengontrol pasien.
Tak lama dokter pun datang, Abraham di suruh untuk keluar terlebih dahulu. 15 menit dokter pun keluar dari ruangan.
" dok bagaimana keadaan ayu dok ?" Tanya Abraham begitu dokter itu keluar.
" Dia kelelahan, sebaiknya di infus terlebih dahulu karena tubuhnya sangat lemah, biar nanti di pindahkan ke kamar inap" ucap dokter itu.
" baik dok berikan kamar yang terbaik" ucap Abraham lalu menghembuskan nafasnya panjang.
Baru di tinggal sebentar sudah terjadi sesuatu. Ntah kenapa ia begitu khawatir melihat ayu yang terlihat pucat dan matanya tertutup. Orang yang biasanya selalu tersenyum lembut sekarang terlihat lemah.
Rita mengusap bahu anaknya yang duduk di sebelahnya." Kamu mau pulang dulu istirahat?" Tanya Rita lembut.
" nggak ma, aku mau nungguin ayu sampai sadar...mama saja yang pulang. Nanti mama kecapekan juga,aku nggak mau mama sampai sakit lagi" ucap Abraham menatap ibunya.
" Kamu juga pulang saja sha atau mau aku pesankan taksi?" Ucap Abraham menyuruh shasa pulang.
" biar nak Shasa pulang bareng saya saja mas" ucap pak Ujang menyela.
" iya mas nggak papa Shasa bareng pak Ujang saja" ucap Shasa lesu. Sebenarnya dia pingin menemani ayu, namun dia juga harus menjaga kesehatannya karena masih ulangan.
" kalau begitu saya pamit duluan ya Bu, mas" ucap Shasa menunduk.
"saya juga pamit mas, Bu" ucap pak Ujang yang juga pamit karena harus mengantar Shasa.
" iya pak, nak makasih ya sudah menunggu dan membantu ayu" ucap Rita.
Abraham hanya menanggapinya dengan tersenyum. Iya melihat ke arah dalam ruangan UGD. Tak lama suster membawa brangkar dan infus ayu keluar dari UGD ke kamar VVIP yang di inginkan Abraham.
" mama pulang aja biar braham yang di sini" ucap Abraham yang ingin berdiri dan mengikuti ayu masuk ke kamarnya.
" iya, tapi mama mau lihat ayu dulu ya baru pulang" ucap Rita yang berjalan di samping Abraham.
Abraham dan mamanya pun sampai di kamar ayu. Rita menghampiri ayu yang masih menutup matanya mungkin efek obat dari dokter agar ayu bisa beristirahat dengan tenang. Abraham berdiri di belakang mamanya.
Memperhatikan mamanya yang mengusap kepala ayu dan mencium keningnya. Tidak pernah mamanya sedekat ini dengan perempuan. Setelah itu Rita pun berbalik badan dan melihat anaknya.
" jaga ayu ya, mama pulang dulu besok balik lagi" ucap Rita sambil mengusap lengan atas Abraham.
" iya ma...mama hati-hati ya Abraham tidak mengantar mama sampai depan" ucap Abraham lirih.
" udah gapapa. Kamu juga istirahat gih mumpung ayu masih tidur. Suruh bawa makanan sekalian Hendy ke sini. Kamu jangan sampai kelelahan ya, mama pulang dulu. Kabari ya kalau ada apa-apa" ucap Rita berlalu pergi dan menghilang di balik pintu.
Abraham mendekati ranjang dan duduk di bangku yang tersedia di sebelah ranjang. Ia memperhatikan wajah ayu yang pucat, tangannya terulur menata rambut ayu yang berantakan di pipi.
Jantung Abraham berdetak sangat cepat saat menyingkirkan rambut ayu, takut kalau sampai ayu tiba-tiba bangun.
" huh... perasaan apa ini, kenapa begitu sakit melihatnya seperti ini" gumam Abraham bingung dengan perasaanya yang kasian sekaligus sakit terasa di hatinya.
Abraham pun beranjak dari duduknya dan menjauh ke dekat jendela, ia menelpon Hendy untuk mengantar baju dan makanan ke rumah sakit. Saat menelpon Abraham sangat pelan bicaranya agar tidak menggangu ayu.
Pintu ruangan di ketuk dari luar dan masuklah suster yang membawa makanan untuk ayu beserta obatnya.
" permisi, waktunya pasien makan dan minum obatnya. Apakah pasien belum bangun?" Tanya suster itu sopan sambil meletakkan makanannya di nakas samping ranjang.
" belum, biar nanti saya suapi kalau sudah bangun sus. Makasih" ucap Abraham.
" baik kalau begitu saya permisi" ucap suster itu lalu keluar dari ruangan.
Tidak berselang lama pintu kembali terbuka dan menampakkan Hendy yang membawa 2 paper bag.
"permisi tuan ini baju dan makanan yang anda minta" ucap Hendy mengulurkan paperbag yang ia bawa.
Abraham pun menerima paperbag itu dan menaruhnya di sofa. " makasih hen" ucap Abraham.
" bagaimana keadaan nona ayu dan neneknya tuan?" Tanya Hendy yang masih berdiri.
" ayu kelelahan dan tubuhnya sangat lemah jadi ia harus di infus, kalau neneknya aku juga belum melihatnya lagi hen karena tadi aku keluar saat oprasi berjalan dan saat aku kembali aku melihat ayu sudah terbaring lemah di depan ruang operasi" ucap Abraham menjelaskan panjang lebar.
"apakah tuan perlu bantuan ?" Tanya Hendy.
" tolong jaga ayu sebentar hen saya mau melihat keadaan neneknya dulu" ucap Abraham.
" baik tuan" ucap Hendy menunduk.
Abraham pun keluar hilang di balik pintu. Hendy pun memilih duduk di sofa yang tersedia, mau duduk di sebelah ayu ia takut bosnya akan marah dan salah paham.
"sepertinya bos jatuh cinta dengan gadis ini, mukanya begitu tak bertenaga" gumam Hendy yang memilih bermain ponsel untuk menghilangkan kejenuhan.
Perlahan mata ayu pun terbuka, tangannya bergerak ingin bangun dari ranjang. Namun kepalanya sangat pusing, ia melihat tangannya yang di infus.
Hendy yang melihat ada pergerakan dari ayu pun mendekat menghampiri.
"nona sudah bangun, apa nona butuh sesuatu atau merasakan sesuatu yang sakit? Biar saya panggilkan dokter" tanya Hendy panjang lebar.
" kepala saya hanya agak pusing, anda siapa?" Tanya ayu yang masih sangat lemah.
saya asisten tuan Abraham nona, tuan sedang keluar untuk melihat keadaan nenek nona sebentar" ucap Hendy memberi tau.
****
::::>>>>
lanjut Thor.
lanjuttttt