NovelToon NovelToon
Real Games

Real Games

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Harem / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:399
Nilai: 5
Nama Author: Zoro Z

John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)

Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Game 21. Mengenal lebih dalam.

Sebelum masuk ke cerita, kalian sempat penasaran gak, kenapa ada festival di sekolah ini? Meskipun terlibat, biar ku jawab sekarang. jawabannya sangat simpel, festival ini untuk merayakan hari ulang tahun sekolah yang ke 30 tahun.

Festival hari ketiga berlangsung dengan meriah. Suara riuh tawa, musik, dan percakapan gembira memenuhi udara. Namun, di tengah suasana penuh kebahagiaan, satu hal terasa janggal bagi Rose, Hana, Mia, dan Marlina. Sejak pagi, Roki tak tampak di sekolah. Tidak ada tanda-tanda kehadirannya di mana pun. Satu hal yang membuat mereka semua bertanya-tanya.

“Dia tidak terlihat sepanjang hari, apakah ada yang melihatnya?” Ucap Hana sambil mengerutkan dahi.

Rose menatap ke kejauhan, seolah mencoba mencari tahu di mana Roki berada. “Mungkin dia sibuk memperbaiki sesuatu? Tapi tadi pagi semua komputer di aula sudah lancar, kan?”

Mia duduk di bangku kayu dekat taman sekolah sambil melipat tangannya. “Biasanya kalau memang dia masuk sekolah, dia biasa terlihat disekitaran sini”

Marlina yang mendengarkan pembicaraan teman-temannya merasa semakin cemas. "Bagaimana kalau kita tanya ketua OSIS? Mungkin Kak Tommy tahu di mana Roki."

Mereka bertiga setuju, dan segera berjalan menuju ruang OSIS, berharap mendapatkan petunjuk. Setibanya di sana, Tommy yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, menatap mereka bingung ketika ditanya soal Roki.

"Roki?" Tommy mengerutkan alis. “Aku dengar dia hari ini tidak datang ke sekolah, aku dengar langsung dari wali kelasnya. Dia kemarin tampak sangat kelelahan. Mungkin dia sakit?”

Perkataan Tommy membuat mereka semakin khawatir. Marlina menatap teman-temannya dengan cemas, “Kalau begitu, setelah pulang sekolah, kita harus ke apartemennya. Aku benar-benar khawatir.”

Sepulang sekolah, tanpa membuang waktu, Rose, Hana, Mia, dan Marlina berkumpul di depan gerbang sekolah. Mereka berempat bergegas menuju apartemen Roki, sebuah gedung apartemen sederhana yang terletak luarnyan jauh dari sekolah.

Ketika mereka tiba di depan pintu apartemen Roki, suasana terasa sunyi. Tidak ada suara dari dalam. Hana mengetuk pintu dengan hati-hati, dan setelah beberapa saat, pintu terbuka. Namun, yang membuat mereka terkejut adalah sosok yang membukanya.

Di balik pintu, berdiri seorang wanita yang terlihat anggun dan ramah, berusia sekitar 20-an tahun. Rambut hitamnya diikat rapi, dan wajahnya menunjukkan senyum lembut.

"Kalian teman-teman Roki?" tanya wanita itu dengan suara tenang. "Masuklah."

Keempat gadis itu saling pandang, tidak menyangka bahwa ada orang lain di apartemen Roki. Mereka melangkah masuk, dan mendapati apartemen itu sangat rapi dan bersih, Rose, Hana dan Mia, bertanya dalam harinya, ini berisi karena usahanya sebelumnya atau dibersihkan lagi oleh wanita misterius itu.

Wanita itu membawa mereka ke ruang tamu. “Maaf kalo membuat kalian terkejut, duduk dulu di sofa, nanti kita lanjutkan cerita" katanya dengan nada tenang dan terus pergi ke dapur untuk membuat teh hangat.

Mereka berempat pun duduk disofa. Mia, yang biasanya paling berani, akhirnya bertanya, “Anda siapa, kalau boleh tahu? Kami tidak pernah mendengar ada wanita yang tinggal di sini."

Wanita itu tersenyum tipis. “Aku Nata. Aku anak dari pemilik apartemen ini. Maaf kamu tadi bilang tidak ada wanita yang tinggal di apartemen ini? Tentu saja ada lah, tapi kami memisahkan antara wanita dan pria, wanita dari lantai satu sampai dua dan laki-laki dari lantai tiga sampai empat, tapi kalo untuk kelurga, kami memperbolehkan di lantai mana pun”

Marlina yang duduk di sebelah Hana bertanya dengan nada cemas, “Seberapa parah penyakitnya? Apa kami bisa menemuinya?”

Nata mengangguk, tetapi tampak ragu sejenak. “Dia demam tinggi dan mengalami sakit kepala yang sangat parah. Sampai-sampai dia sulit bergerak, bahkan untuk berjalan pun tidak bisa. Kalian bisa menemuinya, tapi jangan terlalu lama ya, dia butuh istirahat.”

Keempat gadis itu merasa lega mendengar kabar bahwa Roki hanya sakit, meskipun sakit parah. Mereka dipandu menuju kamar Roki yang ada di ujung lorong apartemen.

Ketika pintu kamar terbuka, terlihat Roki yang terbaring di tempat tidur dengan wajah pucat. Matanya mulai sedikit terbuka, dan dia mencoba menatap ke arah mereka, meskipun terlihat sangat lelah.

"Roki..." bisik Rose dengan nada khawatir.

Roki hanya memberikan senyum tipis, meskipun jelas terlihat dia terlalu lemah untuk berbicara. "Mbak ... Nata" katanya pelan, suaranya serak.

Marlina menunduk mendekat, memperhatikan dengan seksama. "Kami khawatir karena kau tidak datang ke sekolah hari ini. Kau baik-baik saja?"

Roki mengangguk perlahan. "Hanya... terlalu lelah Mbak" jawabnya dengan suara pelan, sebelum menutup matanya lagi, terlihat sangat letih. Roki tidak sadar kalo yang datang adalah ke-empat gadis yang sering bersamanya.

Hana menatap Nata dengan cemas. "Apa dia akan baik-baik saja?"

Nata tersenyum penuh pengertian. “Dia hanya butuh waktu untuk pulih. Setiap kali dia bekerja terlalu keras, tubuhnya pasti akan merespons seperti ini. Jangan khawatir, dia kuat. Istirahat yang cukup akan membuatnya pulih dalam beberapa hari.”

Ke-empat gadis itu merasa lega mendengar penjelasan Nata. Mereka berdiri di sana, menatap Roki yang tertidur dengan tenang, sementara pikiran mereka penuh dengan kekhawatiran.

Setelah beberapa saat, Natai membawa mereka kembali ke ruang tamu. Dia menyiapkan teh hangat untuk mereka semua. Sambil menyesap teh, Mia bertanya dengan nada penasaran, "Jadi, Anda sudah lama mengenal Roki?"

Nata mengangguk. “Sejak dia pindah ke apartemen ini, sekitar tiga tahun yang lalu, tapi kami baru berbicara, setahun setelahnya”

“Maksudmu setahun setelahnya?” Tanya Mia lagi yang masih penasaran.

Nata dengan senyuman lembut, mulai bercerita. “Kisah ini dua tahun yang lalu dan aku sudah mulai berkuliah. Dulu tetangga Roki yang disebelah itu belum musisi, dulu seorang om-om umurnya kira-kira 30 tahun lebih, dia memiliki kebiasaan buruk, dia seorang pencandu rokok. Suatu hari, om-om itu memiliki kebiasaan merokok di pagi hari didepan teras apartemennya, selama dia merokok dia merasa aneh, tidak ada tanda-tanda Roki keluar dari kamar apartemennya untuk berangkat ke sekolah.”

Nata meminum tehnya sedikit dan lanjut bercerita. “Sampai dia selesai merokok, Roki masih belum juga keluar, dia penasaran dan melaporkannya ke ibu ku, aku pun disuruh mengecek karena karena kami memiliki kunci cadangan, setelah pintu terbuka, aku sangat terkejut dengan kondisi dalam apartemennya, sangat-sangat berantakan.”

Rose, Hana dan Mia tiba-tiba tersenyum lebar, karena mereka juga pernah melihat kondisi apartemen Roki yang sangat berantakan. Marlina hanya terdiam penasaran, mengapa mereka tiba-tiba tersenyum lebar?.

Lanjut cerita Nata. “Tapi yang paling mengejutkan dari itu, adalah Roki yang tiduran di lantai dapur, sepertinya dia ingin memasak tapi karena sakitnya yang parah, dia tidak bisa apa-apa. Dan yak, itu kah awal aku bicara dengan Roki, sifatnya sangat cuek, jujur, sampai saat ini pun kami masih jarang ngobrol”

Mendar cerita tersebut, ada sesuatu yang mulai muncul dari perasaan penasaran pada dirinya. “Jadi, ini kedua kalinya Roki sakit parah?” Tanya Marlina.

Setelah nenyerup sedikit tehnya, Nata mulai menjawab. “Tidak ini sudah ke tiga kalinya, setelah sembuh dari sakit parahnya yang pertama, baru juga jedah waktu dua bulan dia kembali sakit parah lagi. Kukira dulu dia orang yang gampang sakit, ternyata selama dua tahun ini dia jarang sakit dan mulai kembali sakit lagi hari ini. Aku juga baru sadar sekarang, dia sakit parah, karena dia terlalu memaksakan diri.”

Rose menatap keluar jendela dengan ekspresi serius. "Dia memang orang yang keras bekerja. Kami sudah tahu itu. Tapi melihatnya seperti ini, rasanya berbeda."

Marlina menggenggam cangkir teh di tangannya, sambil merenung dalam diam. "Aku harap dia segera pulih."

Hana, juga ada pertanyaan di hatinya. “Apakah kakak tau, kenapa Roki hidup mandiri?”

Nata tersenyum yang terlihat sedikit giginya mulai menjawab. “Seingat ku, dia pernah mengasihi tau, kalo di desanya tidak ada SMP maupun SMA, jadi dia pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan setelah SD, ku dengar juga sih, dia akan tetap tinggal disini sampai lulus kuliah.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!