NovelToon NovelToon
Duality

Duality

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Murid Genius / Teen School/College
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Siastra Adalyn

Bagaimana jadinya jika siswi teladan dan sangat berprestasi di sekolah ternyata seorang pembunuh bayaran?

Dia rela menjadi seorang pembunuh bayaran demi mengungkap siapa pelaku dibalik kematian kedua orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siastra Adalyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Hampir Saja

"Jangan!" seruku pada bi Marry yang ada di balik telepon.

Di sisi lain, terdengar keheningan sejenak, aku mengusap wajahku, berusaha meredakan kegelisahan. Aku menghela nafas panjang mencoba menenangkan diri.

"Barang-barang yang ada di dalamnya, bi Marry simpan dimana?" Tanyaku dengan pasrah pada bi Marry yang sepertinya sudah mengetahui soal senjata yang aku simpan tersebut.

"Apa maksud nona? Koper ini kosong kok" Jawabnya.

"Apa?" Aku terdiam beberapa detik setelah mendengar jawaban bi Marry.

"Ya, koper ini kosong. Saya sudah mengeceknya sebelum di gunakan," jawab bi Marry, suaranya mulai terdengar bingung.

Aku merasa ada yang tidak beres. "Kopernya berwarna apa?" tanyaku coba memastikan.

"Warnanya ungu gelap, dan ada gantungan bentuk kucing di resletingnya" jawab bi Marry.

Aku menghembuskan nafas lega, ternyata koper yang bi Marry gunakan itu bukanlah koper yang berisi senjataku, bisa bahaya kalau ketahuan.

"Oh, baiklah kalau begitu. Bi Marry cukup membawa baju-bajuku saja, ingat?"

"Baik nona"

Aku mengakhiri telpon tersebut dan berjalan kembali ke dalam kelas.

Pelajaran kembali berjalan dengan normal, aku memperhatikan setiap materi yang di berikan oleh guru. Waktu pun berlalu sampai tak terasa bel istirahat berbunyi. Suasana kelas yang tadinya hening langsung jadi ramai. Teman-teman yang sedang duduk di bangku mulai bercengkerama, berbagi cerita dan tawa. Ada yang langsung pergi ke kantin juga untuk segera makan.

"Akhirnya istirahat, aku sudah lapar sekali dari tadi" Ucap Dira sambil meregangkan tubuhnya di sebelahku.

"Istirahat bareng, yuk?" Ajak Leo yang berjalan ke arah kami.

"Ayo" jawab Dira sambil tersenyum lebar. Aku melihat ke arah mereka, merasa sedikit ragu.

"Ada apa, Agacia? Ayo kita ke kantin" tambah Leo, menatapku dengan penuh semangat.

Aku berdiri dari kursi dan mulai berjalan di belakang mereka. Saat menoleh ke samping, aku sedikit terkejut karena Alvin tiba-tiba ikut berjalan di sebelahku. Aku berjalan sambil tetap diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia tampak santai, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang menggangguku.

"Pipimu..." Ucapnya lirih, "Pipiku? kenapa?" tanyaku."Sepertinya pipimu sedikit bengkak, kau baik-baik saja?"

Aku terkejut saat Alvin bertanya dan langsung memegang pipi kiriku. Padahal tadi pagi aku sudah melihat di cermin kalau tidak ada bekas tamparan kak Arsen atau bengkak. Kenapa dia bertanya begitu. Aku berusaha tenang dengan ekspresiku yang terlihat seolah tak peduli. "Ah, aku sakit gigi" jawabku acuh tak acuh. Alvin mengernyit, tampak tidak sepenuhnya yakin dengan jawabanku. "Sakit gigi? Seriusan? Apa kamu perlu ke dokter gigi?"

Aku segera menggelengkan kepala, berusaha menjaga wajahku tetap tenang. "Ini cuma sebentar. Nanti juga hilang."

Rasa canggung kembali di antara kami. Dengan cepat, aku mencoba mengalihkan perhatian dengan memainkan kembali ponselku. Suasana di sekitar kami terasa hening sejenak, hanya suara gaduh dari kantin yang terdengar. Setelah beberapa detik yang canggung, Dira memecah keheningan. "Kita cari tempat duduk nya di pojok aja ya? Supaya gak terlalu berisik" Alvin menjawab dengan santai "Boleh, aku juga tidak suka tempat yang terlalu berisik"

Dira mengangguk setuju. "Oke, sebelum itu ayo kita pesan makanan nya dulu"

"Kalau gitu, aku mau pesan nasi goreng!" seru Leo dengan semangat. "Bagaimana dengan kalian?"

"Aku mau spaghetti," jawab Dira. "Kalau kalian?"

Aku dan Alvin berpikir sejenak, lalu menjawab bersamaan, "Mungkin aku juga nasi goreng."

Setelah memesan, kami pun beranjak menuju pojok kantin yang lebih tenang. Setibanya di sana, kami menemukan meja yang agak jauh dari keramaian. Suasana di sekitar terasa lebih tenang, dan aku merasa sedikit lebih lega.

"Wah, kita seperti sedang double date ya? Hahaha" Dira tertawa, wajahnya bercahaya. "Kau ini, kalau orang yang lain yang dengar dia bisa berfikir kalau kau orang aneh"

Aku mengamati Alvin yang dengan santai mengaduk nasi gorengnya, seolah menikmati momen ini sepenuhnya. Dalam pikiranku, aku bertanya-tanya bagaimana rasanya bisa berbagi hal-hal seperti ini tanpa beban. Harusnya aku juga tidak boleh ada disini bersama mereka, aku tidak boleh terlalu larut dengan kehidupan di sekolah ini.

"Kenapa? Nasi goreng nya panas ya? Mau tukar dengan punyaku?" Tanya Alvin memecahkan lamunan.

"Oh, enggak kok, aku cuma... tiba-tiba kepikiran hal lain" jawabku sambil tersenyum tipis.

Alvin mengangkat alisnya, sebelum memasukkan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya "Kadang kita juga perlu menikmati hal-hal kecil."

Aku terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-katanya. Mungkin dia benar. Tapi ada bagian dari diriku yang merasa tidak berhak menikmati saat-saat seperti ini.

"Lihat, ini cuma nasi goreng. Tapi kita bisa buat kenangan dari hal sederhana ini. Saat kita makan dan berkumpul seperti sekarang. Setiap momen punya maknanya sendiri," katanya sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

Aku menatapnya sejenak, meresapi kata-katanya. "Kenangan dari hal sederhana, ya? Mungkin kamu benar" jawabku sambil menyuapkan nasi goreng ke dalam mulut.

Aku melihat Dira dan Leo juga terlihat menikmati makanan mereka masing-masing sambil bersenda gurau.

"Hei! Kalian jahat sekali tidak mengajakku makan bareng!" teriak Daffa, wajahnya dipenuhi ekspresi kesal yang dibuat-buat.

Kami tertawa melihat tingkahnya. "Ayo, Daffa! Bergabunglah!" seru Leo sambil melambai-lambaikan tangannya. Daffa langsung menghampiri meja kami dan mengambil tempat di sampingku.

"Tadi kau sedang tidur, makanya aku tidak membangunkanmu," ucap Alvin dengan nada santai.

"Iya sih, tapi tetap saja harusnya kalian tetap membangunkanku. Apalagi ini urusan perut hahaha" Daffa tertawa, sambil menyendok nasi goreng dari piring Alvin.

"Hei! Pesan sendiri sana" Gerutu Alvin.

Daffa hanya tertawa lebar, "Ayo, kita berbagi! Bukankah itu yang disebut persahabatan?"

"Persahabatan atau pencuri makanan?" Dira menyela, masih tersenyum.

"Aku lebih suka yang pertama," balas Daffa dengan senyum lebar, sementara Alvin hanya menggelengkan kepala.

Yah, mungkin sesekali tidak apa kalau menikmati momen seperti ini. Semuanya akan baik-baik saja kan. Aku memandang wajah mereka yang ceria, merasakan hangatnya kebersamaan ini. Padahal ini baru hari kedua kami masuk sekolah, tapi melihat chemistry nya seperti sudah lama kenal saja. Tawa dan canda mengisi setiap obrolan di antara kami, sampai tak terasa bel masuk pun kembali berbunyi.

KRINGG!!

"Waktunya kembali ke kelas!" Leo mengingatkan, raut wajahnya terlihat sedikit kecewa karena harus meninggalkan momen seru ini.

"Yah, semoga gurunya tidak terlalu membosankan," Daffa bersungut-sungut, tetapi senyumnya tak hilang.

Kami semua berdiri dan mulai merapikan meja. Ketika kami memasuki kelas, suasana terasa lebih cerah. Tempat duduk yang bersebelahan, tawa yang terus mengalir, dan tanpa sadar, aku mulai merasakan kehidupan normal seperti anak SMA lainnya.

Tapi itu tak berlangsung lama sampai aku menerima sebuah telepon.

"Aku mendapat petunjuk baru soal kematian kedua orang tuamu"

Suara di ujung telepon itu mengguncang hatiku. Aku tertegun sejenak, tak bisa mempercayai apa yang baru saja didengar. Dunia seakan berhenti sejenak, dan semua tawa serta canda di sekitar ku lenyap dalam sekejap.

"Eh, kamu baik-baik saja?" Dira bertanya, menyadari ekspresiku yang berubah mendadak.

"Ya... aku...," suaraku tercekat. Aku menempelkan telepon ke telinga, berusaha menyimak lebih baik.

"Dengar, ini penting. Kita perlu bertemu. Aku akan menjelaskan semuanya nanti" lanjut suara itu.

.

.

.

.

.

Bersambung...

1
Nanymous
selalu di bikin penasaran tiap episodenya/Panic/
Nanymous
berasa makin pendek episode nya/Sob//Sob/
Panjangin lah thorr/Whimper/
Hopi Berry
Penuh dengan emosi yang tegang.
Setsuna F. Seiei
Setiap hari saya selalu mengecek, semoga hari ini ada update baru.
Nagisa Furukawa
Sederhana namun dalam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!