Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 027 Day - 3
Hari berlalu dengan begitu cepat. Rasanya semakin tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang di penuhi oleh rasa rindu yang teramat dalam.
Lelaki itu benar-benar di buat gila oleh Aera. Derry memasuki ruang kerja sekretaris dimana ruang itu adalah tempat Aera bekerja sehari-hari.
Di meja kerja itu terpajang beberapa foto manis yang terbingkai cantik. Derry tersenyum memandang foto itu , ia mengambilnya dan memperhatikan dengan seksama. cantik sekali memang.
Foto tersebut di letakkan kembali pada meja seperti semula. Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke ruang kerjanya kembali.
Sampai di depan pintu , ia heran melihat pintu itu terbuka. Derry masuk ke dalam dan tampaknya Nina sedang mengantarkan minuman untuknya.
"Maaf pak , saya masuk hanya untuk mengantarkan minuman untuk bapak. Di minum ya pak." ucap Nina dengan tersenyum.
"Iya , terimakasih. Oh iya , untuk makan siangnya nggak perlu kamu siapkan. Saya ada acara di luar nanti." ucap Derry dengan tenang.
" Baik pak. Kalau begitu saya permisi dulu." ucap Nina dengan ramah.
"Iya. Silahkan." ucap Derry yang kemudian menghampiri kursinya dan duduk dengan tenang.
Ia meraih gelas berisi kopi yang masih panas itu. Ia mencobanya. Kopi itu sangat menarik namun nyatanya , kopi itu tidak senikmat buatan Aera .
Jam istirahat siang kali ini beda dari biasanya. Lelaki itu akan pulang ke rumah ibunya. Entah kenapa rasanya ia ingin sekali pulang ke rumahnya.
Derry keluar dari area perusahaannya , ia menjalankan mobilnya menuju kediaman keluarganya.
Langit siang kali ini tidak panas seperti biasanya , terpantau langit berwarna abu yang tampaknya memang sedikit mendung. Mungkinkah bulan ini akan memasuki musim penghujan?
Jika iya , maka suasana pasti akan berubah.
Mobil hitam itu melaju dengan kecepatan sedang karena jalanan yang ramai. Banyak sekali mobil pribadi yang memadati jalan pada jam istirahat ini.
Derry melihat kursi di sampingnya , bayangannya kembali berputar pada waktu-waktu lalu. Kursi itu menjadi saksi bisu awal mula kisah cintanya.
Lelaki itu tersenyum , meskipun ia baru memulai suatu hubungan yang lebih serius namun rasanya seperti sudah menjalaninya lama sekali. Mungkin karena gadis itu sudah lama menjadi orang yang paling dekat dengannya di kantor maupun di luar kantor.
Itulah sebabnya mengapa ia tidak canggung lagi untuk melakukan sesuatu.
Derry kembali fokus menatap jalanan di depan. Tanpa sadar , ia sudah mendekati kompleks tempat tinggalnya. Mobil masuk ke halaman rumah dan terparkir dengan sempurna.
Tampak art di rumah itu sedang berada di taman samping rumah. Bi Sarti pun menyadari bahwa putra kesayangan majikannya itu datang. Ia pun segera menghampiri dan menyambut kedatangan Derry dengan baik.
"Selamat siang mas Derry. Sendirian aja mas , mbak Aera nggak ikut ya?" ucap bi Sarti yang membuat Derry tersenyum.
"Iya bi sendiri aja , Aera lagi pulang kampung. Jadi nggak ikut. Mama ada di rumah nggak bi?" ucap Derry.
"Oh gitu ya. Nyonya ada di rumah kok mas , lagi makan tadi. Sekalian aja mas ikut makan. Ayo masuk mas." ucap bi Sarti yang kemudian menarik lengan Derry untuk segera masuk ke dalam rumah.
Derry hanya mengikuti ajakan artinya itu. Ia tidak marah dengan perlakuan sang art yang seperti itu , karena memang ia juga dekat dengannya. Ia menganggap bi Sarti sudah seperti ibunya juga.
Kasih sayang yang tulus dari bi Sarti kepada Derry sedari kecil membuatnya merasa ada ikatan batin tersendiri yang tercipta.
"Permisi Nonya , ini mas Derry datang." ucap bi Sarti dengan tersenyum setelah sampai di ruang makan.
"Derry ... Kamu datang kenapa nggak bilang-bilang nak? Ayo duduk sini. Kamu belum makan kan? Ayo makan sama mama." ucap ibu Henny dengan tersenyum sembari menyambut kedatangan putra kesayangannya.
"Aku belum makan ma. Bibi udah makan belum ?" ucap Derry kepada bi Sarti yang sedang menarik kursi untuk Derry .
"Bibi udah makan kok mas tadi. Mas Derry silahkan duduk dan sekarang makan dulu sama ibu. Bibi mau lanjut ke taman dulu. Permisi Nyonya." ucap bi Sarti yang kemudian meninggalkan ruang makan.
"Kamu makan dulu Derry. Perlu mama ambilkan ?" ucap ibu Henny dengan tersenyum melihat putranya yang tampak diam.
"Nggak usah ma Derry bisa ambil sendiri." ucap Derry yang kemudian mengambil nasi beserta lauk pauk yang tersaji.
"Tumben belum makan di kantor ?" ucap ibu Henny sembari memandang Derry yang tengah makan.
"Nggak apa-apa. Asisten pribadi aku kan mama suruh cuti , jadi siapa yang nyiapin keperluan aku di kantor ? Kan nggak ada." ucap Derry dengan santainya setelah menelan makanannya.
Ucapan Derry membuat sang ibu justru tampak tersenyum.
"Kayaknya kamu emang udah ketergantungan sama sekretarismu ya? Ya wajar aja sih , cantik begitu." ucap ibu Henny dengan tersenyum.
Ucapan ibu Henny sukses membuat Derry tersedak. Derry batuk beberapa kali lalu menuang air putih ke dalam gelas. Ia segera meminumnya.
"Kalau makan itu hati-hati Derry . Tersedak kan." ucap ibu Henny dengan memandang kearah putranya.
"Mama yang bikin Derry keselek." ucap Derry yang menghentikan makan nya sesaat.
"Mama salah ngomong ? Dimana salahnya?" ucap ibu Henny dengan tampak berfikir.
"Nggak salah mah." ucap Derry yang kemudian melanjutkan makan.
"Ya udah kita habiskan dulu makanannya. Nanti kita ngobrol dulu sebelum kamu balik ke kantor." ucap ibu Henny yang kemudian menyendok makanan di piringnya.
Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan sepiring menu makan siang yang tersisa. Derry meneguk air putih setengah gelas itu hingga habis.
Sang ibu yang juga sudah selesai dengan makan minumnya pun tersenyum melihat Derry yang sudah mau makan dengan lahap bersamanya di rumah ini.
"Derry , ada yang mau mama tunjukkan ke kamu. Ayo ikut mama sebentar." ucap ibu Henny yang kemudian beranjak dari kursinya.
Lengan kokoh Derry itu di tarik keluar dari ruang makan itu.
"Kamu tunggu dulu disini ya." ucap ibu Henny yang berhenti di ruang tamu dan menyuruh Derry untuk duduk disana.
Derry memang penurut , ia pun duduk di sofa dan menunggu ibunya tercinta.
Tak lama kemudian , ibunya datang dengan sebuah buku di tangannya. Wanita yang masih terlihat awet muda itu duduk di sebelah Derry .
"Itu apa mah?" ucap Derry.
"Ini buku mama , semua design yang mama buat tuh ada di sini. " ucap ibu Henny yang kemudian membukanya dengan santainya.
"Oh gitu ya. Terus apa yang mau tunjukkan ke Derry ?" ucap Derry.
"Ini loh , mama design gaun. Coba kamu perhatikan , bagus nggak ? Ini untuk Aera . Tapi gaunnya belum jadi." ucap ibu Henny yang membuat Derry tersenyum tipis.
"Ini buat Aera ? Mama serius ?" ucap Derry sembari menatap ibunya.
"Iya dong sayang , ini buat Aera . Menurut kamu , apa yang kurang ?" ucap ibu Henny.
"Ini udah bagus kok ma , kayaknya dia bakal cocok pakai gaun dari mama." ucap Derry dengan tersenyum.
"Derry , mama sebenarnya sangat berharap lho kalau kamu mau bersama-sama dengan Aera . Bukan hanya cantik aja , dia juga gadis yang baik. Mama suka." ucap ibu Henny dengan tersenyum.
"Maksud mama ? Aku harus sama Aera ? Mama serius ?" ucap Derry dengan perasaannya yang entah kenapa rasanya seperti dipenuhi oleh bunga.
"Nggak ada salahnya kalau kalian coba. Aera juga sepertinya nggak mungkin nolak kan , jadi jangan buang-buang waktumu untuk bekerja. Bekerja memang penting , tapi kerja itu tiada hentinya. Kamu harus ingat , kamu juga harus menikah Derry!" ucap ibu Henny dengan tenang .
Rasanya sudah benar-benar lega mendapatkan suatu pernyataan yang teramat berharga itu. Lampu hijau sudah menyala terang !
"Derry akan pikirkan itu mah. Ya udah mah Derry mau balik kantor dulu. Masih banyak kerjaan." ucap Derry yang kemudian meraih punggung tangan sang ibu lalu di cium nya dengan lembut.
"Kamu hati-hati di jalan ya nak. Kabarin mama kalau kamu udah sampai di kantor nanti." ucap ibu Henny dengan tersenyum.
"Iya ma , aku berangkat dulu." ucap Derry yang kemudian beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya keluar dari dalam rumah.
Perasaan bahagia hadir di dalam hati. Dengan penuh semangat , Derry pun melajukan mobilnya kembali menerobos jalan raya yang ramai itu untuk kembali ke kantor.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......