"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#28
"Kelanjutan hubungan kalian gimana sih Kasih.?".
Septi menelisik wajah Kasih yang menampakkan senyum manisnya.
"Ya... Begitu Sep."
"Pacaran.?"
Kasih menggelengkan kepalanya.
"Terus.. TTM .?"
"Apaan nggak lah."
"Terus kalian berdua itu apa, tiap hari chattingan, teleponan belum lagi Mas Akmal baik banget sama kamu sampai membela kamu dari Pak Reza menempatkan kita magang di perusahaan. Aku kok bingung sama kalian berdua."
Septi sudah lama sebenarnya memendam itu karena takut saja nantinya malah Kasih yang tersakiti.
Septi kembali mengaduk minumannya, Mereka sedang membuat janji untuk membuat laporan magang. Tinggal satu minggu lagi Mereka menyelesaikan magang di perusahaan dimana Akmal bekerja jadi Mereka harus menyelesaikan laporannya.
Kasih menatap layar ponselnya yang terdapat sebuah panggilan.
"Pasti, aku jadi obat nyamuk lagi."
Celetuk Septi karena Akmal selalu menanyakan di mana keberadaan Kasih walaupun weekend.
Kasih hanya tersenyum saja selesai menjawab telepon dari Akmal.
"Ini file laporan magang Ku. Kamu edit bagian yang dirasa kurang pas aja."
Kasih memutar laptopnya menghadap ke Septi.
"Mengalihkan pembicaraan pasti."
Septi mengerucutkan bibirnya lalu mengambil flashdisk.
"Assalamualaikum."
Suara siapa lagi kalau bukan Akmal.
"Waalaikumsalam."
Jawab Mereka berdua.
"Silahkan duduk Mas."
Ucap Kasih dan menunjuk kursi kosong didekatnya.
"Makasih Kasih, sudah dari tadi.?"
"Nggak begitu lama Mas."
Jawab Kasih dan Septi hanya memandang mereka berdua.
"Hai, Sep sibuk ya."
Sapa Akmal.
"Kirain nggak lihat aku tadi Mas."
Septi merasa orang asing.
"Masa Segede itu nggak terlihat."
Canda Akmal.
"Kalau ada Kasih kan, yang lain nggak terlihat" balas Septi.
"Mas Akmal mau minum apa."
"Apa aja yang kamu pesenin Mas mau."
Ucap Akmal sambil tersenyum ke arah Kasih.
"Mau makan Mas?."
Septi lagi - lagi mengamati mereka berdua. Kasih begitu telaten meladeni Akmal.
"Kamu makan nggak.?"
"Kasih dari rumah tadi udah makan."
"Makan lagi ya, temenin Mas laper nih."
Kata Akmal manja, sengaja tadi berangkat dari rumah dan menolak ajakan makan siang orang rumah.
"Hemm..."
Septi suka sekali membuat keributan.
"Sep, mau pesen apa?."
"Apa aja aku mau."
Septi berlagak kayak Akmal.
Tapi Akmal malah terkekeh melihat tingkah Septi.
"Kasih duduk aja."
Akmal lalu memanggil pelayan cafe itu untuk meminta buku menu dan membuat pesanan.
"Mas.."
Septi memanggil Akmal
"Kenapa Sep.?"
"Septi boleh tanya ya."
Kasih sudah menatap ke arah Septi pasti temannya itu akan bertanya yang aneh-aneh.
"Boleh, mau tanya apa."
"Kalian berdua ini sebenarnya status hubungannya apa sih terus kelanjutan dari hubungan kalian itu bagaimana.?, Aku kok pusing mikirin kalian berdua."
Kata Septi sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal sebenarnya.
"Ha ha ha.. "
Tawa Akmal sedangkan Kasih melotot ke Septi.
"Ngapain Kamu yang pusing Sep, kita aja nggak pusing. Iya kan Kasih.?"
Kasih tersenyum saja.
"Kalau pacaran nggak ada sayang - sayangan tapi kalau nggak pacaran kok saling perhatian. Mas Akmal tidak sedang mempermainkan sahabat saya kan.?"
Septi berani langsung menuduh Akmal, karena semakin ke sini mereka berdua semakin dekat tapi kejelasan hubungan mereka itu apa belum jelas.
"Kamu tenang aja, saya sama sekali tidak mempermainkan Kasih. Kasih ini calon istri Saya."
Kata Akmal sambil tersenyum menatap Kasih.
"Calon Istri, tapi Mas Akmal belum pernah ketemu kedua orang tua Kasih."
"Sep.. Udah."
Cegah Kasih.
"Nggak papa Kasih, Saya akan jelaskan ke Septi." ucap Akmal.
"Septi, Kasih pasti sudah cerita tentang kita berdua. Yang intinya Saya serius mencintai Kasih dan ingin memilikinya namun sekarang keadaannya Kasih harus menyelesaikan kuliahnya dulu kan. Saya sangat menghargai Kasih, maka dari itu saya belum pernah ketemu dengan kedua orang tua Kasih karena kalau saat ini saya menemui kedua orang tua Kasih saya pasti akan melamarnya."
Ucap Akmal dengan penuh percaya diri dan Kasih pun jadi deg-degan mendengar itu.
"Saya nggak mau Kasih putus kuliah, Kasih harus mencapai cita - citanya. Kasih ini perempuan baik, perempuan yang mandiri sangat dewasa diusianya sekarang. Saya selalu menghormati Kasih dan berusaha untuk selalu ada untuk Dia."
Ucap Akmal dengan tersenyum ke arah Kasih yang menatapnya balik.
"Septi, saya terima kasih Sama kamu. Kalau kamu tidak bertanya seperti itu saya tidak bisa menunjukkan rasa sayang saya sama Kasih. Karena dia nggak mungkin meminta saya untuk menjelaskan perasaan ini."
"Saya cuma minta ke Mas Akmal, jangan pernah sakiti Kasih. Kalau sampai dia menangis gara - gara Mas Akmal, Saya yang akan pasang badan."
Akmal tersenyum ke Septi dan menganggukkan kepalanya.
"Kasih wanita istimewa di hati Saya, dan saya akan berusaha membahagiakan dia."
"Saya pegang ya Mas, ucapan Mas Akmal." Septi benar - benar berani pasang badan untuk Kasih.
"Oke Siap, kemarin sebenarnya sudah mau kenal sama Ibunya Kasih tapi nggak jadi."
Sindir Akmal yang mengingat saat telepon kemarin dan mendengar suara ibunya Kasih langsung dimatikan teleponnya oleh Kasih.
Septi menatap Kasih yang sepertinya belum cerita kepadanya.
"Hanya telepon Sep, sudah makan ini."
Kasih mencoba untuk mengalihkan pembicaraan mereka dengan meletakkan pesanan dari Septi ke hadapannya.
"Saya nggak masalah, saya siap kapanpun Kasih meminta saya untuk menemui kedua orang tuanya."
Akmal dari tadi tak lepas memandang ke arah Kasih yang nampak malu.
"Makan dulu Mas, katanya lapar."
Akmal tersenyum saja dan mulai menikmati pesanannya.
🌹🌹🌹🌹🌹
Di rumah Akmal.
Kedua orang tuanya sedang menikmati makan siang bersama dengan Oma.
"Akmal kemana sih, sudah tau weekend masih aja keluar ketemu sama siapa sih sebenarnya.?"
Mamanya mulai mengomel.
"Sudah lah Ma, Akmal Kan setiap hari bekerja mungkin juga ingin menikmati weekend dengan teman-temannya."
Bela Papanya.
"Papa, membela Akmal. Jadi sering tidak di rumah kan Akmal sekarang."
"Biarkan saja, Akmal juga ingin kumpul sama temannya pengen nongkrong kenapa selalu kamu batasi."
Oma ikut menjawab yang bakalan menjadi ramai.
"Mama sama aja selalu membela Akmal untuk main keluar daripada berkumpul dengan keluarga."
"Ma.."
Ingat Papanya.
"Ini lah kenapa Mama ingin menjodohkan Akmal dengan anak teman Mama, supaya punya istri dan betah di rumah jadi tidak pergi aja Kalau weekend."
"Ma, biarkan saja Akmal menentukan pilihannya sendiri. Mama kalau selalu mengekang aku mau dia bakalan lebih berontak lagi sama kita. Lagian dia juga bukan anak kecil sudah dewasa bisa menentukan pilihannya mama yang selalu egois menuruti kemauan Mama sendiri."
Papanya sebenarnya juga sudah mulai muak melihat Akmal dan Mamanya sering berantem.
"Papa nggak paham..!!"
Istrinya pergi meninggalkan meja makan, Papa dan Oma hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkahnya.
"Kamu harus bisa ngomong sama istri kamu, Akmal itu punya pilihan sendiri jangan selalu dikekang nanti takutnya malah Akmal pergi."
"Mama tau sendiri bagaimana Mamanya Akmal."
😤😤😤😤
masih arogan atau langsung baik😂