Mandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia dikurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namun perilakunya membuat Kedua orangtuanya mengirim paksa putri tunggalnya ke Korea Selatan.
Di sana, Mandalika menjadi bintang kampus dan menarik perhatian Kim Gyumin. Bertemu dengan perundung berhati dingin bernama Park Ji Young, mahasiswi angkuh, mengancam Ia dengan bukti kejam, memaksa Mandalika meninggalkan Korea dengan rasa trauma yang membekas.
Sebelum kepergiannya, Mandalika mendapat dukungan dari Hwang In Yeop, pekerja di Apartemen tempatnya tinggal. Perasaan Kim Gyumin terungkap dan melalui malam terakhir mereka bersama.
Sekembalinya ke Indonesia, Mandalika memulai hubungan dengan Zoo Doohyun setelah tiga tahun berlalu. Dan kembali ke Korea menghadapi cinta segi empat yang rumit dengan Kim Gyumin, Zoo Doohyun, serta Hwang In Yeop
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lalarahman23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20: Dia milikku!
Gyumin dan Doohyun kembali menatap satu sama lain.
"Tunggu apa lagi?!" sergahku, menahan geram. Kalimat itu seketika memicu Gyumin dan Doohyun untuk bergegas membereskan ruang tamu Apartemenku.
Dari sofa, aku mengawasi setiap gerakan mereka tanpa sedetik pun mengalihkan pandangan.
Beberapa saat kemudian, saat segalanya sudah tertata rapi, mereka menghampiriku. Saling berebut tempat untuk bisa dekat dengan Manda.
Wajah Manda berkerut, kesal, lalu ia bangkit dari duduknya. "Bukankah kalian ingin duduk di sini?! Nah, duduklah!" ujarnya tegas, sembari berjalan ke arah sisi lain.
Mereka pun duduk bersebelahan, tepat di hadapanku.
"Bisakah kalian menghentikannya? Itu sangat menggangguku!" tegas Manda setelah beberapa saat memperhatikan mereka.
"Usir dia!" titah Doohyun, wajahnya memerah saat memandang Gyumin.
"Kau saja!" balas Gyumin, lebih kesal.
Doohyun beralih memandang Manda dengan tatapan memelas. "Aku ingin bermalam denganmu..."
"Aku tidak akan pergi!" Gyumin menyela, mengalihkan pandangannya ke arah Manda.
Doohyun kembali menatap Gyumin, matanya menyiratkan kemarahan. "Apa kau tidak tahu diri?"
"Kau lebih tidak tahu diri! Kau tahu betapa aku mencintainya! Kenapa bersamanya?!" Gyumin membentak, suara gemetar di akhir kalimat.
"Hey, itu sudah berlalu. Lagi pula, kau sudah beristri. Kau ingin menyakitinya lagi?" tukas Doohyun tajam.
Gyumin terdiam, memalingkan mata ke arah Manda, matanya menyiratkan kepedihan yang mendalam.
Aku mendecak kesal, melihat ke arah jam di dinding. "Pukul 2 pagi, mata ku sudah seperti panda." gumamku lalu berdiri dan berjalan ke arah kamar.
"Aku akan istirahat. Jika masih ingin di sini, terserah!" ucapku sembari menutup pintu kamar.
Gyumin dan Doohyun terdiam, menatap kepergian Manda dengan berbagai emosi yang terpendam.
"Pergilah, aku yang akan menemaninya malam ini!" Gyumin berkata tegas lalu berjalan menghampiri pintu kamar Manda.
Doohyun jelas tidak terima, menghampiri Gyumin dengan langkah cepat. "Hei, kau yang seharusnya pergi!"
"Tidak mau!" sahut Gyumin keras kepala.
Di dalam kamar Manda, saat pintu terbuka, pandangan Gyumin tertuju pada Manda yang telah terlelap. Dengan langkah perlahan, Ia mendekat dan duduk di sampingnya. Kenangan saat Manda tertidur di lengannya tiga tahun lalu kembali terngiang, membuatnya meneteskan air mata.
Doohyun masuk dengan cepat, meraih tangan Gyumin dan menyeretnya keluar dari kamar, menuju sofa ruang tamu.
"Katakan padaku! Apa yang kau harapkan darinya?" tanya Doohyun dengan suara pelan, takut Manda terganggu.
"Kenapa harus dia?!" Gyumin menyeka air mata di pipinya.
"Perlu kau ketahui, aku sudah mencintainya sejak dulu. Namun, aku tidak memiliki keberanian sepertimu. Setelah pertemuan kami kembali, aku mengungkap semuanya dan menjalin hubungan ini."
"Putuskan hubungan itu!" Gyumin berseru, tangannya gemetar saat menyeka air mata.
Doohyun bangkit, tatapannya tegas. "Aku akan mempertaruhkan segalanya untuk Manda. Ku harap kau bisa segera melupakannya dan lupakan masa lalumu!" ujarnya tegas, lalu meninggalkan Gyumin dan masuk kembali ke kamar Manda, mengunci pintu.
Gyumin mengepalkan tangan, kemarahan dan kesedihan menguasai dirinya.
...***...
Pagi tiba, cahaya matahari masuk dari jendela kamarku, membangunkanku. Aku melihat Doohyun yang tertidur di sampingku, wajahnya yang menarik hati, menyita kedua mataku.
Beberapa saat kemudian, Doohyun terbangun dan melihat ke arahku di hadapannya. "Kau bangun?" sapa Doohyun sembari tersenyum.
"Kenapa tidak membangunkanku?" tanyanya lembut.
"Jika membangunkanmu, aku tidak bisa menatapmu selama itu," Jawabku, tersenyum.
Doohyun tidak mampu menahan diri lagi, Ia lalu menciumnya. Namun tak lama kemudian, suara ketukan pintu dari luar kamar menghentikan kami.
"Gyumin belum pergi?" tanyaku, sembari bangun dari ranjang.
"Dia sangat mengganggu!" ucap Doohyun sembari berjalan ke arah pintu, dan membukanya.
"Ada apa lagi?" Tanya Doohyun ketus.
Mata Gyumin langsung tertuju ke arah leher Doohyun. "Sialan! Berani sekali menyentuhnya!" bentak Gyumin, menggenggam erat kerah baju Doohyun.
Aku melihat kejadian itu dan berlari ke arah mereka. "Hentikan, ku mohon hentikan! Gyumin, lepaskan Doohyun! Doohyun, jangan melakukannya lagi!" teriakku, refleks memegang lengan Gyumin.
"Sialan!" umpat Gyumin dengan kemarahan yang membara.
Merasa muak, aku pun memutuskan untuk pergi, meninggalkan mereka keluar dari Apartemen. Manda berjalan menuju ke arah atap Apartemen dan mencoba menenangkan diri sendiri.
Di dalam Apartemen, Doohyun dan Gyumin terus berkelahi, tanpa menyadari bahwa Manda telah mengunci mereka dari luar. Beberapa saat kemudian, mereka kehabisan tenaga untuk melanjutkan pertengkaran.
"Sialan!" umpat Gyumin, terengah-engah.
"Kau yang sialan!" balas Doohyun, mengusap darah di sudut bibirnya.
"Lihat wajahmu yang babak belur, akan lebih baik jika ku tambahkan lagi!" ucap Gyumin sembari tertawa.
"Hey, wajahmu juga babak belur!" balas Doohyun, menunjuk wajah Gyumin dengan senyum sinis.
Gyumin menghentikan tawanya dan memperhatikan sekeliling, lalu mulai mencari keberadaan Manda di setiap ruangan. "Manda tidak ada di sini," gumamnya sembari mencari akses keluar.
"Hei, pintu Apartemennya terkunci!" teriaknya kemudian.
"Apa yang kau katakan?!" kejut Doohyun, bangun dari lantai dan berusaha menggedor pintu.
"Tolong siapa saja di luar! Tolong bukakan pintu!" panggil Gyumin dari dalam, namun tidak ada jawaban.
Di atap Apartemen, Manda duduk di tempat biasanya bersama In Yeop, mendengarkan lagu-lagu kesukaannya dengan earphone, menikmati sinar matahari pagi. Beberapa saat kemudian, In Yeop yang tengah bekerja, melihat Manda yang duduk sendiri. Seketika itu juga, In Yeop berjalan menghampiri Manda dan duduk di sampingnya.
Manda seketika terkejut saat menyadari In Yeop duduk di sampingnya.
"Hey, kau datang?" tanya Manda, melepas earphone.
"Apa yang kau lakukan sendiri di sini?" tanya In Yeop.
"Aku? Ee, di Indonesia, aku suka berjemur di bawah sinar matahari pagi, jadi aku melakukannya di sini juga," jawabku gugup saat menyadari tatapannya yang tak terlepaskan.
"Lalu, apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak bekerja?"
In Yeop perlahan mengalihkan pandangannya dari Manda. "Hmm, aku melihat seorang gadis cantik, lalu terpesona dan menghampirinya. Aku ingin menanyakan, mengapa gadis secantik itu duduk sendirian di atap," ucap In Yeop sembari tersenyum, membuat Manda pun ikut tersenyum.
"Kau ini, sudah sarapan?" tanyaku kemudian.
In Yeop mengangguk dan berbalik bertanya, "Bagaimana denganmu?"
Manda menggelengkan kepala. "Belum."
"Setelah ini, makanlah dengan lahap. Mau ku belikan makanan?" saran In Yeop.
"Tidak! Tidak! Itu tidak perlu, masih ada stok makanan kok," jawab Manda, menggerakkan kedua tangannya. Lalu, teringat akan dua Pria yang berada di dalam Apartemennya.
"Ada apa?" Tanya In Yeop ketika melihat Manda yang bingung.
"Sepertinya kau benar. Aku harus sarapan sekarang... aku sudah lapar sekali," ujarku dengan sedikit panik.
"Makanlah...," Ucap In Yeop sembari mengelus kepala Manda seperti bayi, lalu tersenyum.
"Sampai jumpa!" Manda berdiri dan melambaikan tangan ke arah In Yeop, melangkah pergi meninggalkannya.
Sementara itu, di dalam Apartemen, Gyumin berdiri di depan pintu, berpikir bagaimana cara membuka pintu. Doohyun duduk di sofa, memperhatikan Gyumin yang mondar-mandir.
"Cepat hubungi Manda lagi!" titah Gyumin kesal.
"Tidak bisa! Ponselnya mati!" jawab Doohyun ketus.
"Aargh! Aku harus menghadiri rapat dengan klien pagi ini!" kesal Gyumin, menjambak rambut kepalanya yang frustrasi.
"Lalu bagaimana denganku? Fans akan berdatangan setelah mengetahui keberadaanku, mereka bisa saja mencari tahu kenapa aku berada di Apartemen ini! Aku juga ada fanmeeting hari ini!" balas Doohyun kesal.
"Lakukan sesuatu, waktu ku tidak banyak!" titah Gyumin.
"Tidak! Aku tidak akan melakukan apapun. Aku adalah artis terkenal! Kau saja!" ucap Doohyun tegas, tanpa melihat ke arah Gyumin.
"Kau ini!" geram Gyumin, menghampiri Doohyun di sofa.
"Ada apa?" tanya Doohyun santai.
"Bisa diam tidak?!" bentak Gyumin, menarik kerah kemeja Doohyun.
Doohyun menatapnya dengan sangat kesal. "Apa kau tidak menggunakan kedua matamu?! Wajahku sudah cukup buruk karenamu... kau ingin membuat lukisan indah dengan tanganmu lagi di wajahku?" tanya Doohyun kesal, melepaskan tangan Gyumin dari kerah bajunya.
"Hey, lalu bagaimana denganku? Apa aku akan menemui klienku dengan wajah seperti ini?!" tanya Gyumin, menunjuk wajahnya sendiri.
"Kau bisa diam tidak? Kau selalu membuat kegaduhan! Dasar pengganggu!" Doohyun menepis tangan Gyumin.
"Pengganggu? Tidak salah? Itu kamu sendiri 'kan?! Kenapa kau hadir saat aku akan memperbaiki hubunganku dengannya? Hah?!" Bentak Gyumin di akhir kalimat.
"Aku pacarnya! Kau siapa?! Kau masa lalu yang buruk untuknya! Tidak tahu malu!" cibir Doohyun, melihat Gyumin dengan kesabaran yang semakin menipis.
Suara mereka sampai terdengar oleh Manda yang berdiri di ambang pintu, memperhatikan dua Pria di hadapannya.
...To be continued....