NovelToon NovelToon
Sincere Love My Husband

Sincere Love My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lina Handayani

"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.

"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.

Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.

***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.

Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21 : Tetap Kejam

..."Seberantakan apapun hidupmu. Jangan pernah mencoba untuk menyerah, karena semua tidak ada akhirnya jika tidak kunjung diselesaikan. Tingkat lelahmu bukan menyerah, tapi berusahalah sampai semua menjadi lillah."...

...~~~...

Perlahan kedua kelopak mata Arumi terbuka, ia mengedipkannya beberapa kali untuk memastikan. Iris coklat itu menatap sekeliling ruangan yang ia tempati, seketika tubuhnya membeku setelah menangkap wajah Alaska yang tengah menatap tajam dirinya.

"Emm ... kok aku di kamar Mas?" tanya Arumi setalah kedua matanya terbuka sempurna. Sedikit ada rasa takut di benaknya.

"Ya, kamu tadi pingsan sayang. Setalah itu, Mas memanggil Dika untuk memeriksakan keadaanmu," ucap Alaska dengan nada yang begitu lembut ketika di depan Dika.

Arumi tertegun menatap heran kepada Alaska yang tiba-tiba saja bersikap lembut kembali, rasanya mimpi jika suaminya itu kembali seperti seminggu yang lalu.

"Aku pingsan Mas? Sejak kapan?" tanya Arumi kembali yang tidak mempermasalahkan perbedaan sikap Alaska.

"Tadi sayang, kamu terlalu capek. Kan sudah Mas bilang jangan kerjakan perkerjaan rumah sendirian. Jadi, kan kamu sakit lagi," ucap Alaska sembari mengelus lembut kepala Arumi yang tertutup oleh hijab.

"Tapi Mas ...," kata Arumi yang hanya tergantung karena Alaska mendekatkan wajahnya ke telinga kanannya.

"Sutt! Jangan mengatakan apapun! Cukup mengangguk saja, kita harus berakting di depan sahabatku agar tidak menimbulkan kecurigaan," bisik Alaska sembari terseyum.

Tubuh Arumi kini bergetar mendengar bisikan dari suaminya, seketika membuatnya rapuh. Harapannya pusnah, ternyata Alaska hanya bersandiwara di hadapan Dika. Ingin Arumi menangis, tapi ia harus tegar karena selama ini ia dididik kuat.

"Iya Mas, maafkan Arumi yang membantah kata Mas Alaska tadi," ucap Arumi terpaksa menyalahkan dirinya sendiri demi menuruti kata suaminya.

"Ya Allah, maafkan hambamu yang telah berbohong," batin Arumi sungguh sakit jika harus berbohong seperti ini, tapi apa dayanya yang hanya bisa menuruti kata Alaska.

"Iya, nanti jangan diulangi lagi ya sayang? Mas sangat mengkhawatirkan kesehatanmu," balas Alaska dengan senyuman lembut di bibirnya yang begitu manis dan indah dipandang, siapapun bisa terkecoh dengan kepura-puraannya.

"Iya Mas," kata Arumi yang langsung disambut dengan pelukan hangat dari suaminya.

Sungguh pemandangan itu menunjukan pasangan damai yang saling mencintai. Dika hanya diam menatap interaksi sepasang suami istri itu, seakan apa yang dipikirkannya itu berbeda dengan apa yang ia lihat sekarang ini.

"Mungkin semua kecurigaanku salah, tapi entah kenapa aku merasa ada yang ganjal dari pernikahan mereka berdua itu." Dika mengatakan sesuatu di dalam hatinya yang tidak ia ungkapkan.

"Ehem! Maaf menggangu kalian berdua, sepertinya aku harus pulang sekarang takutnya akan semakin larut jika berlama-lama di sini," ucap Dika membuat kedua orang yang saling berpelukan itu menatap ke arahnya.

"Ya sudah pergi saja, lagian istriku sudah sembuh. Keberadaanmu di sini sudah tidak dibutuhkan lagi," ujar Alaska kembali ke sifat aslinya.

"Dasar lo ya Alaska! Tidak pernah berubah dari dulu. Tadi aja lembut di depan istri lo, giliran depan gue udah kayak apa aja," lontar Dika yang mendapatkan tatapan tajam dari Alaska.

"Sudah Mas! Jangan marah, Dokter Dika nya mau pulang, masa Mas bersikap tidak sopan begitu?" ujar Arumi sembari mengusap pelan pundak Alaska.

"Emm ... mari Dokter Dika, biar aku antar ke depan," ucap Arumi lembut yang kini hendak beranjak dari tempat tidurnya.

"Eh jangan! Tidak apa, aku sudah biasa pulang sendiri, kamu masih sakit perlu banyak istirahat. Jangan banyak bergerak dulu," ucap Dika menolak halus tawaran Arumi yang akan mengantarkannya sampai depan pintu utama.

"Tidak apa Dok, aku kuat kok. Oh ya, terimakasih sudah merawatku tadi," kata Arumi diiringi dengan senyuman manis yang mampu membuat Dika terpesona.

"Masyaallah, tidak apa itu sudah menjadi tugasku. Kamu istirahat saja, saya sudah resepkan obat untukmu. Jangan lupa diminum sesuai anjuran yang telah aku tulis di kertas tadi!" ucap Dika memperingati Arumi dengan begitu perhatian.

Di sebelah Arumi, Alaska sudah sangat geram mendengarkan interaksi diantara istrinya dengan sahabatnya sendiri. Tangannya dikepal kuat, sorot matanya begitu tajam menatap wajah Dika, auranya terlihat begitu dingin dan mencekam. Sungguh menakutkan jika Alaska sudah seperti itu.

"Sudah biarkan dia pergi Arumi! Jangan meladeninya lagi!" tegas Alaska kepada istrinya yang kini hanya menunduk ketakutan.

"Tapi Mas, Arumi cuman sebentar." Arumi mencoba membela dirinya.

"Kamu diam saja di sini sayang, biar Mas yang mengantarkan Dika ke depan ya?" sahut Alaska bersikap lembut, sehingga membuat Arumi mengangguk.

Setalah mendudukan kembali Arumi di atas tempat tidur, Alaska kembali mendekati Dika dan membawanya cepat keluar dari dalam kamarnya itu. Tidak lupa juga Alaska menutup pintu kamarnya supaya Dika tidak kembali menatap wajah Arumi.

Sesampainya di teras depan, Alaska menatap tajam kedua manik coklat milik Dika. Ia sangat kesal sebenernya, tetapi Alaska masih mempunyai kesadaran akan hubungan di antara keduanya itu.

"Lain kali jangan menggoda istri orang! Kalau kamu mengulangi hal itu lagi, Dika. Maka dari itu, aku tidak akan bersikap seperti ini lagi, mungkin akan lebih dari ini," ucap Alaska membuat Dika tertawa.

"Haha, aku cuma bercanda Alaska. Jangan menganggapnya serius, karena aku tahu hubungan di antara kalian berdua itu tidak sepenuhnya baik-baik saja," balas Dika asal.

"Kamu jangan so tahu Dika! Sudahlah pulang sana! Aku mau istirahat, istriku sudah menungguku di dalam," ucap Alaska seakan-akan ia sangat merindukan istrinya.

"Oke baik, aku pulang sekarang. Jangan lupa jaga istri cantikmu itu," kata Dika dengan senyum yang membuat Alaska kesal.

Kini mobil milik Dokter Dika telah menghilang dari halaman rumah mewah Arumi. Dengan langkah lebar, Alaska kembali masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang masih sangat kesal. Perlahan ia menaiki anak tangga dengan wajah datar dan dingin.

Sesampainya di depan pintu kamar, Alaska membukanya dengan sangat lebar. Terlihat Bibi Retno yang memberikan segelas susu hangat dan makanan kepada Arumi yang sempat tertinggal tadi.

Alaska mengisyaratkan dengan kedua matanya agar pembantunya itu segera keluar dari kamarnya. Lantas Bibi Retno keluar begitu saja dari kamar Alaska, dengan meninggalkan Arumi yang masih meminum susu hangat buatannya itu.

Sepeninggal Bibi Retno, suasana kembali tegang. Alaska dengan mudah mendekati Arumi yang masih berbaring di atas tempat tidur miliknya.

Tatapan Alaska begitu tajam menatap wajah Arumi yang kini masih terlihat begitu pucat karena terlalu kelelahan. Dalam jarak yang begitu dekat, Alaska mencekal pergelangan tangan Arumi dengan sangat keras.

"Aaaww! Sakit! Mas hentikan!" keluh Arumi seketika merasakan sakit yang begitu sangat di salah satu tangannya yang dicekal kuat oleh Alaska.

"Sakit kan? Jangan pernah bersikap begitu lembut lagi kepada Dika! Aku tidak suka kamu memperlihatkan senyumanmu itu kepadanya," ucap Alaska membuat Arumi tertegun.

"Aaaww! Mas lepasin dulu, sakit sekali ini! Aku tadi hanya tidak sengaja," lirih Arumi karena kini semakin kuat Alaska mencekal lengan tangannya.

"Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu jangan pernah tunjukan senyuman murahanmu itu kepada laki-laki siapa pun selain aku! Ingat itu baik-baik!" tegas Alaska dengan menghempaskan tangan Arumi kasar.

"Aaaww! Iya Mas, Arumi enggak lagi begitu kepada laki-laki lain selain Mas," ucap Arumi diringi ringisan karena sakit yang masih terasa di lengan tangan kanannya.

1
Abd Kadir Taha
ektingnya mantap😏
Seuntai Kata: Haha, betul tuh. Bisa buat aktor senetron kali ya?/Facepalm/
total 1 replies
Yulia Wati
baru mampir kak
Seuntai Kata: Iya terimakasih kak udah berkenan mampir. Semoga suka ya dengan novelnya. /Smile/
total 1 replies
Harry Zuma
lanjutkan
Seuntai Kata: Siap Kak, sudah aku update tunggu sebentar ya. Sebentar lagi chapter selanjutnya muncul.
total 1 replies
Rea Ana
aku harus komen apa? ikuti alur sajalah
Seuntai Kata: Harus dong kak, biar Authornya tahu perasaan pembacanya. Komentar sama like pembaca itu buat penulis makin semangat update loh.
total 1 replies
Rea Ana
Bagus
Seuntai Kata: Terimakasih banyak kak. Semoga suka terus ya dengan cerita selanjutnya. /Smile/
total 1 replies
muthia
mampir🙏
Seuntai Kata: Terimakasih kak.
total 1 replies
Irma Kirana
semangat yaa 😊
Irma Kirana: masama cantik 🥰
Seuntai Kata: Oke siap Teh, makasih banget udah mampir loh. /Smile/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!