Menurut cerita para tetua, jika menjadi pendamping pengantin lebih dari 3 kali, akan sulit mendapatkan jodoh. Akan kah Lia mengalaminya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Efelin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Kemudian Lia berlalu meninggalkan Dava di ruang tunggu di lobi sambil bertanya dalam hati,
" Ada perlu apa ya pak Dava pengen ketemu? Jika mengenai pekerjaan, kenapa tidak langsung dengan pak Bara. Kalo soal hal lain, seperti aku gak pernah ada masalah dengan dia. “
Sementara Lia pergi meninggalkan Dava, Dava malah terus memperhatikan Lia yang semakin jauh melangkah.
" Senyumnya tetap sama, cantiknya makin bertambah. “ ucap Dava.
Akhirnya jam pulang kerja telah tiba, Lia pun segera membereskan mejanya. Sebenarnya hari ini ia berencana ingin lembur, tapi itu urung terlaksana karna ada tamu tak diundang datang mendadak menemuinya di kantor.
Setelah membereskan mejanya, ia berpamitan dengan sang bos. Kemudian dia melangkah meninggalkan ruangannya dan menghampiri Dava yang sedang menunggunya di lobi kantor.
“ Mari pak, maaf sudah membuat anda menunggu. “ ucap Lia ketika sampai di lobi.
" Tidak apa-apa karna saya yang menemui kamu tanpa membuat janji terlebih dahulu. " ucap Dava.
Kini mereka pun jalan beriring menuju ke parkiran. Sampai di mobil, Dava membuka pintu penumpang di samping kemudi dan mempersilahkan Lia untuk masuk. Setelah Lia masuk, ia menutup pintunya perlahan dan kemudian melangkah ke pintu kemudi. Dava masuk ke mobilnya dan kemudian ia melajukan mobilnya.
“ Apa kamu punya rekomen tempat yang enak untuk ngobrol? “ tanya Dava membuka percakapan.
" Maaf, saya kurang tahu pak. " jawab Lia.
Lia berharap, Dava tidak membawanya ke kafe Pelangi. Sebenarnya kafe itu termasuk tempat yang cozy tapi itu mungkin bagi orang lain, tapi tidak bagi Lia. Tempat itu yang harus ia hindari karna masih meninggalkan luka di hatinya, dua kali kejadian yang tidak diharapkan terjadi di sana.
Tapi sepertinya harapan Lia tidak sesuai kenyataan. Dava melajukan mobilnya ke kafe Pelangi.
Setibanya di sana, sesaat Lia diam terlebih dahulu, tidak langsung keluar walau pintu mobil sudah ia buka. Ia menarik panjang nafasnya untuk mencoba menenangkan hatinya. Entah mengapa ia merasa tiba-tiba sesak di dadanya. Sekilas terlintas kedua kejadian itu dalam pikirannya.
" Kenapa masih di dalam? Apa kafe ini tidak cocok untukmu? " tanya Dava yang berada di samping pintu yang telah di buka oleh Lia.
" Iya, tempat ini sangat tidak cocok kesehatan hati dan pikiranku. " kata Lia, tapi itu hanya bisa diucapkannya dalam hati.
Mana mungkin iya menceritakan masalah pribadinya kepada orang yang belum ia kenal.
" Tidak ada masalah kok, pak. Ini juga mau turun. " ucap Lia sambil keluar dari dalam mobil.
Kemudian mereka masuk ke dalam kafe. Dava sengaja memilih duduk di pojok atas agar tidak terlalu terlihat dengan pengunjung lain.
Sambil menunggu hidangan tersedia, Dava membuka percakapan.
“ Maaf jika sudah mengganggu waktumu. Apa kamu masih ingat saya. “ tanya Dava.
“ Jika tidak salah, bapak yang saya tabrak malam itu. “ jawab Lia.
“ Kamu benar. Tapi jangan panggil Bapak dong, serasa saya sudah sangat tua. Boleh kita kenalan. Saya Dava. “ ujar Dava sambil mengulurkan tangannya.
“ Lia. “ jawab Lia sambil menjabat tangan Dava.
“ Senang berkenalan denganmu, Lia. “ ucap Dava setelah melepas jabatan tangan mereka.
Kemudian hidangan pun datang.
“ Boleh sambil makan, saya bertanya. “ kata Dava.
“ Silahkan, jika bisa saya akan jawab pertanyaan bapak. “ jawab Lia.
" Yah..bapak lagi, kamu boleh panggil mas atau abang, ini di luar jam kerja dan kita bukan lagi di kantor atau sedang membahas masalah pekerjaan" pinta Dava.
" Maaf pak, tapi saya merasa lebih sopan jika memanggil bapak. " ucap Lia
" Baiklah, tidak masalah, jika itu menurutmu lebih baik. " ucap Dava.
“ Maaf sebelumnya, yang saya mau tanya adalah masalah pribadi. Apa kamu mau berteman denganku? “ tanya Dava.
Lia bingung sesaat. Ia pikir pertanyaan apa yang bersifat pribadi, ternyata hanya ingin berkenalan. Lia pun iseng memikirkan jawabannya.
“ Akan lebih enak sepertinya jika kita saling kenal, jadi jika ada kerja sama antara perusahaan tempatku bekerja dengan perusahaan pak Bara, kita bisa berkomunikasi dengan baik. Kamu sekretaris pak Bara kan “ ucap Dava seperti mengetahui keraguan Lia untuk menjawab, padahal jawaban alasan yang diutarakan Dava ingin berkenalan hanyalah alasan klise.
Dava belum mau mengakui siapa dia, takutnya Lia akan menolak berteman dengannya karna seperti keterangan Chandra, Lia agak enggan berteman dengan laki-laki yang status sosialnya lebih dari Lia kecuali masalah pekerjaan.
Dava yang mulai meyakini bahwa dirinya mulai ada rasa pada Lia, berniat mendekati Lia secara perlahan.
“ Baik lah jika bapak ingin berteman dengan saya. Maaf jika di awal pertemuan, ada hal yang kurang berkenan. “ ucap Lia.
“ Terima kasih atas kesedianmu mau menerimaku sebagai teman. Kejadian tempo hari itu di luar perkiraan kita dan anggap saja tanda kita memang harus berkenalan. “ ujar Dava.
Kemudian mereka menikmati hidangan yang ada sambil berbincang ringan.
Kini hari beranjak malam, sudah pukul tujuh. Akhirnya Dava mengajak Lia pulang karna ia merasa tidak baik pulang terlalu malam, mengingat mereka baru saja berkenalan.
Dava menyampaikan niatnya untuk mengantarkan Lia pulang. Awalnya Lia menolak tapi Dava bilang jika tadi dia yang sudah mengajak Lia, jadi dia merasa harus bertanggung jawab untuk mengantarnya pulang. Lia pun akhirnya mengalah dan bersedia di antar pulang oleh Dava. Padahal niat Dava hanya ingin mengetahui di mana Lia tinggal. Trik modus seorang CEO yang baru merasakan deg-degan saat berdekatan dengan wanita.
Ketika berada dalam mobil, Lia memberi tahu Dava alamatnya. Sampai di depan kontrakannya, Lia pamit turun.
“ Terima kasih pak atas undangan makannya dan sudah mengantar saya pulang. “ ucap Lia.
“ Sama-sama. “ jawab Dava sambil menyodorkan ponselnya ke Lia.
“ Boleh kan aku minta nomormu, untuk komunikasi ke depan. Siapa tahu ada pekerjaanku dengan pak Bara yang kau mengerti. “ modus Dava lagi.
Akhirnya Lia mengetik nomornya pada ponsel Dava. Setelah menerima ponselnya kembali, Dava mendial nomor Lia dan ponsel Lia dalam tasnya pun berbunyi.
" Itu nomorku, simpan ya. “ ucap Dava.
" Baik pak. " jawab Lia.
“ Kalo begitu, aku pamit dulu, sampai jumpa lagi. “ pamit Dava kemudian melajukan mobilnya meninggalkan Lia.
Lia pun masuk ke kontrakannya, membersihkan diri dan merapikan sedikit kontrakannya.
Malam ketika Lia tidur, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ada pesan masuk dari Dava.
Pak Dava :
Selamat malam. Selamat tidur. Selamat berakhir pekan.
Bidadariku :
Selamat malam juga.
Pak Dava :
Terima kasih sudah menjawab pesanku.
Bidadariku :
Sama sama
Dava tampak berbunga-bunga saat membaca pesan dari Lia. Kelakuannya mirip ABG kasmaran yang sedang PDKT.
Hanya itu yang terjadi malam ini. Dava nampaknya akan mendekati Lia secara perlahan. Dia hendak memberi rasa nyaman dalam berteman dulu, baru melangkah lebih lanjut.