Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak bisa
"Maaf... " Kata Mutia akhirnya sambil menarik nafas menahan emosi di dalam dirinya.
"Kita bukan anak kecil lagi, anak-anak juga sudah mulai besar, Mari kita jalani hidup kita masing-masing. Aku sudah cukup bahagia seperti ini, ternyata sendiri tidak terlalu buruk. Kita tetap bisa membesarkan mereka bersama kelak biarkan mereka memilih ingin tinggal dimana, sudah tidak perlu kita bertengkar lagi. Mari kita berpisah secara baik-baik..."Kata Mutia sambil melepas tangan Haris.
"Bun... Seandainya aku melepas Kiara, apakah Bunda mau tetap mempertahankan rumah tangga kita ini?"Tanya Haris masih dengan bersimpuh.
Mutia terkejut dengan ungkapan Haris barusan, apakah sungguh Haris akan melepas Kiara demi dirinya dan anak-anaknya. Lalu langkah apa yang akan ditempuh dirinya setelah ini, haruskah dirinya memaafkan Haris dan melupakan kesalahannya kembali, Apakah Haris tidak akan mengulangi kembali jika di beri kesempatan. Pikiran Mutia penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya bingung dalam mengambil keputusan.
"Maaf... Aku tidak bisa, ibarat gelas aku sudah pecah berhamburan, jika pun Mas paksa Aku tidak akan sama seperti dulu. Untuk Apa kita mempertahankan jika barang itu sudah rusak dan tidak bisa di perbaiki." Kata Mutia pada akhirnya karena jujur untuk percaya Dia sudah tidak bisa lagi.
Haris menunduk kan kepalanya sambil menggelengkan kepalanya, "Tidak Bun... Aku benar-benar menyesal.... Sampai ajalku pergi aku tidak mau berpisah dengan Bunda..."Kata Haris masih terus tidak menyerah untuk memohon.
Mutia berdiri melepaskan diri dari Haris suaminya, Dia sudah lelah berdebat. "Sudahlah Mas... Aku capek... Aku muak... Aku lelah... Aku tidak terus berpura-pura baik-baik saja saat memandang mu.... Ibarat luka darah di dalamnya belum mengering... Aku tidak bisa... Jangan paksa Aku...!!"Kata Mutia sedikit mengeraskan suaranya.
Haris memandang wajah Mutia, mata itu begitu terluka karenanya, namun Dia benar-benar tidak bisa melepaskan Mutia, sudah cukup satu bulan ini tanpanya, sungguh terasa hampa hidupnya.
"Dan Lagi... Mas mau melepas Kiara setelah semua ini terjadi??? Apa tidak cukup aku yang terluka, kamu juga akan menambah luka pada dirinya??? Ya dulu aku begitu sakit hati saat Mas bilang sudah menikah dengannya, Aku dulu meminta Mas melepaskannya. Tapi itu dulu saat aku belum sadar bahwa Dia juga korban dari serakahnya nafsu duniamu." Kata Mutia lagi, membuat Haris merasa semakin bersalah.
"Dan apakah bisa bila Mas memiliki keduanya???Maaf tidak... Mungkin Kiara bisa, karena Dia sudah tau dan bisa jadi menerima dirimu dengan adanya aku dan anak-anak saat menikah denganmu. Tapi Aku tidak bisa, Kamu bukan Rasulullah yang bisa adil dengan istri-istrinya. Kamu juga bukan orang yang menikahi janda miskin yang banyak anak, Kamu juga tidak menikahinya atas dasar menolong atau belas kasihan."Lanjut Mutia dengan pandangan yang kecewa teramat dalam.
"Mas Haris menikah dengannya karena Dia Cantik, Dia Seksi dan menawan, bukan karena kasian namun nafsumu yang tergoda oleh tubuh dan parasnya. Betul begitu kan???"Kata Mutia kemudian, membuat Haris tertampar kata-kata seketika.
Haris membeku lidahnya kelu, tidak ada tuduhan yang tidak benar yang terucap dari bibir Mutia. Namun semua sudah terlanjur apakah dirinya tidak boleh di beri kesempatan untuk memperbaiki semuanya, pikir Haris terdiam membisu dengan mata yang memejam.
"Maaf Aku wanita biasa, aku bukan wanita yang kuat saat suaminya beristri selain dirinya, jadi cukup Aku yang terluka dan biarkan aku mengobati luka ini perlahan dengan tidak melihat dan berada di sisimu. Sekarang Aku ijinkan Mas Haris tidur di sini, namun esok tidak akan Aku ijinkan jadi silahkan keluar dan tidur di kamar Anak-anak saja." Putus Mutia lalu membukakan pintu mempersilakan Haris keluar.
Haris pun keluar dari Kamar Mutia dengan pandangan yang amat kosong, beginilah rasanya ketika di abaikan dan tidak di inginkan. Beginilah rasanya ketika sudah tidak lagi di harapkan kehadirannya, Begitu terasa sakit ternyata, Haris Pun memegangi dadanya yang terasa sakit.
****
Kisah ini terinspirasi dari kisah orang yang begitu berharga, Semoga beliau dan anak-anaknya selalu dalam kesabaran dan lindungannya.🤲
Pembaca: Thor kok ceritanya ngebosenin sih... Sedih muluk kapan bahagianya???
Author : Maafin ya, emang ceritanya kayak gini, realnya seperti ini... 🙏🙏🙏
Tapi Author ucapkan banyak terimakasih yang selalu mengikuti cerita Aku... 🙏🤗🌷🌷🌷
Semoga keluarga kita semua selalu terjaga, dan Sakinah Mawadah Warahmah selalu...🤲🤲🤲
Jangan lupa dukungannya dengan Like, komen, vote dan tekan favoritnya... 🙏🙏😍😍😍
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat