Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEANDAINYA...
Sudah hampir beberapa Minggu Zevanya mendekam di dalam tahanan sementara kantor kepolisian kota Cleveland. Namun belum juga ada kejelasan mengenai sidang atas kasusnya yang menimpanya. Zee mulai dihantui perasaan gelisah karena ketidakpastian nasib kasus dirinya.
Hari-hari yang dia jalani seorang diri dalam penjara itu, membuatnya frustasi. Apalagi tidak ada seorang pun yang bisa dia ajak untuk berkomunikasi. Satu-satunya sahabatnya Hana, telah kembali ke kota kelahirannya. Dan hanya tidak ingin merepotkan Hana.
Siang itu, dia meminta penjaga penjara untuk mengantarnya menemui Kapten Leonard. Ada hal yang ingin dia bicarakan dengan Pria itu.
Disinilah Zevanya sekarang. Dihadapan Tuan Leonard.
"Maaf Tuan Leonard, saya ingin menanyakan bagaimana nasib saya kedepannya, kenapa belum ada panggilan untuk sidang?" tanya Zevanya dengan raut wajah yang sedih dan kacau.
"Aku mengerti kegelisahan anda, nona Meghan. Berkas kasus anda sudah kami kirim ke pengadilan, tapi memang belum diproses, mungkin Minggu depan. Karena banyaknya kasus yang harus diproses," Jawab Kapten Leonard diplomatis.
"Saya akan menunggu, Tuan. Jika sudah ada kepastian baru saya bisa tenang." Lirih Zee.
"Aku sedang berusaha mencari pengacara untukmu nona, tapi sampai sekarang belum ada yang bersedia, karena mereka tidak mau mengambil resiko, karena yang mereka hadapi adalah Reynald Wilson, putra seorang pejabat negara dan pengacara hebat seperti nyonya Jenny."
"Saya mengerti, Tuan Leonard !" Zevanya menundukkan wajahnya, air mata menggenang di pelupuk matanya yang sayu.
"Saya akan menerima semua keputusan hakim, Tuan Leonard! Terimakasih atas semua bantuan anda." Lanjut Zee makin bersedih.
Kapten Leonard menarik nafas berat, dia merasa kasihan dengan wanita muda itu. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena sepertinya keluarga Wilson telah membungkam semua pihak yang terkait dengan kasus Zevanya. Bahkan, kasus kecelakaan yang menimpa Reynald pun seolah tenggelam begitu saja.
Sudah satu bulan Zee di dalam tahanan, namun tidak ada keluarga yang menjenguknya.
Satu-satunya keluarga Zevanya adalah Aunty Patricia. Namun, Zee tidak menceritakan keadaan yang sebenarnya pada wanita itu. Zee takut wanita itu kepikiran dirinya. Dan itu akan berakibat fatal untuk kesehatan Aunty Patty. Dan Zevanya tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
Satu-satunya cara, adalah menemui nyonya Jenny, walau kapten Leonard ragu usahanya akan berhasil. Tapi dia akan mencobanya.
Kapten Leonard mendatangi kantor pengacara Jennifer Wilson, siang itu. Menurut sekretarisnya. Nyonya Jenny baru saja kembali dari rumah sakit, selepas membesuk putranya.
"Maaf nyonya, ada seseorang ingin bertemu dengan anda!" Sekretaris nyonya Jenny, bernama Shira, buru- buru menghampiri atasannya.
"Siapa, Shira?" Tanya Nyonya Jenny kemudian duduk di kursi kebesarannya.
"Namanya Kapten Leonard, dari kepolisian kota," jawab sang sekretaris.
"Ok, suruh dia masuk!" Titah Nyonya Jenny.
Tak lama, Kapten Leonard masuk kedalam ruangan diantar sekretaris Shira. Pria bertubuh tegap itu membungkukkan tubuhnya, tanda hormat.
"Silahkan duduk, Kapten!"
"Terimakasih atas waktunya, Nyonya Jenny, tujuan saya kemari adalah untuk meminta anda menjadi pengacara seorang tersangka penyelundupan narkoba,...."
Kapten Leonard menjelaskan masalah yang menimpa Zee, tanpa menyebutkan namanya.
"Jadi wanita itu dijebak oleh kekasihnya sendiri? Tapi kenapa pengacara lain menolak, membela wanita itu, apa karena dia miskin?" Tanya Nyonya Jenny menaikkan kaca matanya yang sedikit melorot.
Kapten Leonard menarik nafas perlahan,
"Itu salah satu alasannya,...dia seorang yatim piatu, alasan lainnya adalah mereka tidak mau mengambil resiko berurusan dengan anda."
"Memangnya kenapa denganku? Siapa wanita itu?" Nyonya Jenny menatap kapten Leonard penuh selidik.
"Namanya Zevanya Meghan...dia adalah kekasih putra anda, Reynald Wilson !"
" ADI, WANITA ITU MENUDUH PUTRAKU!" Nyonya Jenny Wilson berdiri dari tempat duduknya menggebrak meja, dia tampak tidak terima,
"Nona Meghan tidak menuduh putra anda, Nyonya! Tapi kemungkinan ada orang lain yang berniat menghancurkan hubungan mereka dan berbuat seolah-olah Reynald melakukannya, otomatis Nona Meghan akan membenci putra anda."
"Maaf, Kapten Leonard saya tidak bisa membantu anda, saya tidak mungkin menuntut putra saya sendiri, apalagi sekarang Rey sedang dalam keadaan koma."
Nyonya Jenny berdiri dari tempat duduknya.
Dan berjalan kearah pintu, dan membukakan pintu itu dengan lebar.
Kapten Leonard mengangguk. Pria itu mengerti, Nyonya Jenny mengusirnya. Dia kemudian bangkit dan keluar dari ruangan pengacara Jennifer Wilson, dengan hati yang kecewa.
"Satu hal lagi, Kapten! Aku akan menuntut wanita itu, karena mencemarkan nama baik putra ku! " Sarkas wanita itu, saat Kapten Leonard sudah berjalan beberapa langkah dari hadapan Nyonya Jenny, namun Kapten Leonard tidak menanggapinya.
"Benar-benar pembawa masalah, sebaiknya Reynald aku pindahkan ke New York, agar saat dia sadar nanti, dia tidak mencari wanita itu." Batin Nyonya Jenny.
Setelah kepergian Kapten Leonard, Mommy Jenny menghubungi suaminya dikantor.
"Ada apa, Jen?" Jawab Daddy Ronald
diseberang telpon.
"Dad, wanita yang bernama Zevanya Meghan itu, masih ada di negara ini, bagaimana menurut Daddy?"
"Aku sudah mengetahuinya, Jen. Jangan biarkan dia menjenguk Rey dirumah sakit.
Kamu kan seorang pengacara hebat, jadi gunakan kehebatanmu, kau bisa melakukannya, bukan?"
"Apa maksudmu, Dad?"
"Kau bisa menggunakan profesimu, untuk membalikkan fakta di persidangan nanti, buat dia dijatuhi hukuman yang lama, bahkan hukuman mati sekalian, " seru Tuan Ronald dengan marah diujung ponselnya.
Mommy Jenny terdiam sejenak, di satu sisi dia ingin Reynald bangun dari komanya.
Namun disisi lain, jika Reynald sembuh dia hadapkan pada kenyataan bahwa, jika Reynald terbukti menjebak Zevanya, putranya akan mendapatkan masalah hukum, tapi jika tidak, Reynald pasti akan berusaha menyelamatkan kekasihnya dari hukuman. Dan dia tidak ingin itu terjadi.
"Benarkah Reynald yang menjebak wanita itu? Jika itu benar, artinya Rey sudah tidak mencintai wanita itu lagi. Baguslah," gumam Jenny tersenyum lebar.
"Baiklah!" Jawab Mommy Jenny kemudian mengakhiri pembicaraannya dengan suaminya Ronald Wilson.
******
Zee meringkuk sendirian disudut ruangan sel tahanan berukuran 2 x 3 meter, tempat ia menghabiskan waktu selama sebulan belakangan.
Kedua tangannya, memeluk kedua lututnya yang terlihat semakin kurus. Wajahnya pucat dan lesu.
"Aunty Patty, aku merindukanmu!" Sebuah nama terucap dari bibirnya yang memucat.
Air mata menetes dari sudut matanya yang sembab. Saat ini, Zee membutuhkan pelukan seseorang yang menyayanginya untuk berbagi kesedihan. Tapi, Zee tidak ingin Aunty Patty mengkhawatirkannya. Jika wanita yang membesarkannya, mengetahui keadaan Zee yang sebenarnya. Ia tidak mau membuat penyakit jantung Aunty Patty bertambah parah.
Zee memejamkan matanya sejenak. Sekilas pikirannya tertuju pada sosok pria yang sangat dia cintai.
"Bagaimana keadaanmu, Rey?_kenapa kau tidak bangun juga?_ atau kau sengaja ingin membuatku menderita? ...hanya kau yang bisa mengeluarkan aku dari tempat ini, Rey!" desisnya.
Air mata Zee jatuh berlinangan untuk kesekian kalinya, tanpa bisa dicegah.
"Mungkin aku yang salah, seharusnya kita tidak memaksakan diri untuk bersama, karena aku tahu pada akhirnya kita akan berpisah." ucap Zee di pikirannya.
Seandainya saja dulu, Zee tidak mudah menerima cinta yang Reynald tawarkan, mungkin sekarang Zee sudah bahagia bersama Aunty Patty dan anak-anak di panti asuhannya. Memberikan semangat dan motivasi untuk anak-anak di panti asuhan, agar belajar lebih giat untuk bisa mendapatkan beasiswa dan menggapai cita-cita mereka.
Tapi sekarang impian itu kandas. Semua karena cintanya pada Reynald, Zee harus merasakan pahitnya penderitaan dibalik jeruji besi, di negara asing. Cinta yang seharusnya membawa bahagia, namun berakhir dengan luka dan derita dan entah kapan berakhirnya.
"Nona Meghan....!"
Suara Kapten Leonard membuyarkan lamunan Zee. Wanita itu mengangkat wajahnya perlahan, dan menoleh pada sumber suara, diluar sel tahanannya.
"Ya... ada apa, Tuan!" Zee mengusap wajahnya kemudian bangkit dan berjalan kearah pintu besi itu.
"Saya minta maaf,...karena tidak bisa menghadirkan pengacara untukmu," kata kapten Leonard lirih.
"Tidak apa-apa, Tuan!" Kata Zee berusaha untuk tegar. Namun dalam jiwanya hancur berkeping-keping.
Kapten Leonard mengangguk. "Besok adalah jadwal sidang pertamamu!'
"Saya siap, Tuan! Terimakasih anda sudah banyak membantu saya."
"Anda butuh pendamping, Nona?"
Zee menggeleng. "Tidak perlu, Tuan, Saya tidak mau melibatkan orang lain lagi dengan masalah yang saya hadapi."
"Saya sudah pasrah menerima semua keputusan yang akan dijatuhkan oleh Hakim."
Kata Zee kemudian.
"Baiklah, nona Zee, saya permisi !" Kapten Leonard berlalu meninggalkan Zee seorang diri.
"Semoga ada keajaiban yang akan menyelamatkanmu dari musibah ini, nona!"
Doa kapten Leonard dalam hati.
Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Kapten Leonard menyesali dirinya karena tidak bisa membantu Zevanya, dia kasihan pada gadis itu, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa. Karena menantang keluarga Wilson, akan membuat dirinya dan keluarganya bermasalah. Dan Kapten Leonard tidak ingin itu terjadi.
Zevanya kembali meringkuk dibalik jeruji besi, mendekap erat tubuhnya yang semakin kurus dan lemah. Kemudian dia membaringkan tubuhnya dilantai penjara yang dingin. Memejamkan matanya sejenak, untuk melupakan semua beban pikiran yang hampir memecahkan kepalanya.
Zee berharap, semuanya hanya mimpi buruk, dan jika esok pagi dia terbangun, semuanya akan hilang begitu saja.
Seandainya saja, dia tidak bertemu Reynald Wilson. Dan menerima cinta yang dia tawarkan, mungkin dirinya tidak berada ditempat yang asing ini sekarang.
Seandainya....
BERSAMBUNG.
.
Pingin nangis/Sob//Sob/