Arnav yang selalu curiga dengan Gita, membuat pernikahan itu hancur. Hingga akhirnya perceraian itu terjadi.
Tapi setelah bercerai, Gita baru mengetahui jika dia hamil anak keduanya. Gita menyembunyikan kehamilan itu dan pergi jauh ke luar kota. Hingga 17 tahun lamanya mereka dipertemukan lagi melalui anak-anak mereka. Apakah akhirnya mereka akan bersatu lagi atau mereka justru semakin saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
"Gita, Ulfa bilang kamu mau berhenti dari perusahaan. Kenapa?" tanya Gibran. Dia menghentikan langkah Gita saat baru keluar dari kantor.
"Aku mau buka usaha," jelas Gita singkat. Dia berlalu begitu saja meninggalkan Gibran.
"Belum saatnya kamu pensiun. Ini puncak karir kamu. Kamu gak sayang." Gibran masih saja mengikuti Gita.
Akhirnya Gita menghentikan langkahnya. Dia memutar tubuhnya dan menatap Gibran. "Andai sejak awal aku tahu kamu berniat merusak rumah tanggaku, aku gak bakal ikut bekerja sama kamu."
"Maksud kamu apa? Arnav memang gak pernah percaya sama kamu."
"Itu karena kamu sering kirim foto ke Arnav agar dia cemburu dan membuat aku bertengkar dengan Arnav. Aku kira kamu tulus tapi ternyata kamu ada maunya. Aku saja yang bodoh dan tidak sadar itu semua."
"Gita, itu sudah berlalu dan aku sekarang juga sudah menikah."
Gita menatap nanar Gibran. Dia tidak mengira inilah sifat asli di balik kebaikan itu. "Iya, kamu masih bisa bahagia, sedangkan aku harus berpisah dengan anakku dan harus membesarkan Vita seorang diri. Semua karena perbuatan kamu!"
"Aku sudah mau menikahi kamu dan menjadi ayah Vita tapi kamu tidak mau."
"Karena aku tidak pernah cinta sama kamu." Kemudian Gita menaiki motornya. Dia segera melajukan motornya pulang ke rumah.
"Gita!" Kemudian Gibran masuk ke dalam mobilnya dan mengikuti Gita.
Gita semakin menambah laju motornya agar Gibran berhenti mengejarnya. Akhirnya dia sampai di depan rumahnya. Dia mengernyitkan dahinya melihat mobil Arnav yang sudah terparkir di halaman rumahnya.
"Kenapa Arnav ke rumah? Apa dia mau marah-marah lagi?" Gita masih duduk di atas motornya. Dia ragu untuk masuk ke dalam rumah. Rasa sakit karena tuduhan Arnav tadi pagi masih membekas di hatinya.
Beberapa saat kemudian mobil Gibran berhenti di belakang motornya. Mau tidak mau, Gita turun dari motor dan masuk ke dalam rumah.
"Gita!" Gibran berjalan jenjang menyusul langkah Gita.
Gita menghentikan langkah kakinya saat Arnav berdiri di dekat pintu. Mereka saling bertatapan hingga akhirnya pandangan mata Arnav kini menatap Gibran yang berhenti belakang Gita.
Arnav menarik Gita agar masuk ke dalam rumah. Dia kini mendekati Gibran. "Kamu mau apa? Pekerjaan di kantor masih belum selesai sampai kamu harus mengikuti Gita ke rumah?"
"Tidak, aku hanya ingin meminta Gita agar tidak memutuskan kontrak dengan istriku karena karirnya sekarang sedang bagus."
Arnav tersenyum miring. Sepertinya keputusannya mengejar Gita kembali seolah didukung oleh takdir. Jika Gita keluar dari ruang lingkup Gibran, Gita tidak akan terpengaruh lagi oleh Gibran.
"Kamu bilang seperti itu karena ingin membantu Gita atau karena kamu tidak ingin jauh dari Gita? Usaha kamu merebut Gita dari aku sia-sia karena akhirnya kamu tetap tidak bisa mendapatkan Gita. Karena kamu, dua anak yang tidak salah apa-apa menjadi korban. Biarkan Gita menetapkan pilihannya. Kamu tidak berhak mengatur hidupnya!"
Gibran mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak berkata apa-apa lagi lalu pergi meninggalkan Arnav.
Arnav memutar tubuhnya dan menatap Gita yang berdiri di dekat pintu. Saat Arnav akan melangkah masuk pintu itu ditutup oleh Gita.
"Gita! Kenapa kamu tutup pintunya?" Arnav menggedor pintu itu tapi Gita justru meninggalkannya dan masuk ke dalam kamarnya.
"Mama, kenapa Papa dikunciin di luar?" tanya Vita. "Papa sudah sadar dan mengakui kesalahannya. Papa mau bicara sama Mama."
Gita tak menjawabnya. Dia duduk di tepi ranjangnya. Sebenarnya dia sangat salah tingkah dan tak tahu harus berbuat apa.
Akhirnya Arvin membuka pintu itu sambil tertawa. "Baru pintu rumah yang ditutup, bukan pintu hatinya," goda Arvin. "Aku mau ganti baju di rumah sama Vita. Vita mau bertemu nenek sama kakek. Papa sudah cerita kan sama nenek dan kakek?"
"Iya, tadi Papa sudah telepon."
"Nanti ajak Mama ke taman ya. Awas, jangan berantem!" kata Arvin yang masih menggoda papanya.
Arnav menahan tangan Arvin yang akan keluar dari rumah. "Papa hanya berdua sama Mama di sini?" kata Arnav setengah berbisik.
Arvin dan Vita semakin tertawa. "Saatnya berjuang Papa."
"Tapi kalau Papa diusir gimana?"
"Usaha, biar gak diusir." Kemudian mereka pergi begitu saja sambil tertawa kecil.
Arnav akhirnya duduk di ruang tamu. Dia membuka dua kancing atas kemejanya dan menggulung kedua lengannya. Tiba-tiba badannya terasa gerah saat rasa gugup menyerang.
Beberapa saat kemudian Gita keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan kedua anaknya tanpa bertanya pada Arnav. "Vita, Arvin ...."
"Mereka berdua ke rumah ingin bertemu ibu dan ayah, sekalian Arvin mau ganti baju," kata Arnav.
Gita hanya meremas tangannya sendiri dan masuk ke dalam dapur. Dia tidak tahu harus berbuat apa.
Ayolah, jangan seperti ABG labil. Aduh, kenapa aku gugup gini.
Gita menarik napas panjang lalu membuangnya. Dia mengambil cangkir untuk membuat minuman. Ya, setidaknya dia akan memperlakukan Arnav seperti seorang tamu.
"Gita, kamar mandinya dimana?"
Pertanyaan itu membuat Gita terkejut hingga tanpa sengaja membuat tangannya menyenggol cangkir dan jatuh ke lantai.
"Eh, hmm, kamar mandinya di sana." Gita menunjuk kamar mandi yang berada di ujung dapurnya. Kemudian dia mengambil kantong plastik dan memasukkan pecahan cangkir itu.
"Pakai sapu saja. Nanti tangan kamu tergores." Arnav mengambil sapu dan mendekat.
Hal itu membuat jantung Gita semakin berdetak tak karuan. Dia sangat salah tingkah. Tangannya juga semakin gemetar dan membuat ujung jarinya tergores serpihan kecil dari cangkir itu. "Aduh!"
"Kenapa?" Arnav berjongkok dan memegang tangan Gita.
Mereka seperti membeku. Setelah 17 tahun berlalu, tangan itu kembali saling menyentuh.
💕💕💕
Nge-freeze dulu. 🤣😂