NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Arumi

Di Balik Cadar Arumi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan kisahnya yuk lansung aja kita baca....

Yuk ramaikan...

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, like, subscribe , gife, vote and komen yah....

Teruntuk yang sudah membaca lanjut terus, dan untuk yang belum hayuk segera merapat dan langsung aja ke cerita nya....

Selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Langkah semakin dekat dengan tujuan, Arumi melebarkan senyuman.

"Assalamualaikum ...." Ia mengucap salam. Tak ada jawaban. Pintu yang tertutup rapat di pandangi dengan perasaan bangga. Ternyata suaminya berada di posisi yang dihormati.

"Mungkin pas sibuk,"

gumamnya. "Assalamualaikum ." Ia kembali mengulang salamnya. Tangan Arumi terulur hendak mengetuk pintu.

"Arumi!!"

Sebuah panggilan mengejutkannya sehingga tangannya hanya menggantung, batal menyentuh pintu. Nijar melambaikan tangan dari depan ruang kerjanya.

"Ke sini sebentar!" Ia berseru. Arumi mengernyitkan. Pasalnya, Nijar terlihat humble padanya.

"Maaf, maaf! Maksud saya, bisa kemari sebentar?" Nijar mengulang kalimatnya dengan suara lebih halus. Sadar siapa wanita yang sedang dihadapinya adalah wanita terhormat dan berhati lembut.

"Iya, Mas. Maaf, bukankah ruang kerja Mas Aris di sini?" Arumi menunjuk pintu didepannya.

"Ya, benar. Aris sedang ada masalah. Sebaiknya kamu tunggu di ruangan saya saja."

Nijar membuka pintu ruangannya lebar-lebar. "Mari. Tunggu saja di sini," ucapnya lagi.

"Tapi ...." Arumi menunduk, tampak menimbang.

"Saya akan keluar. Kamu bisa menunggu Aris sampai urusannya selesai."

"Tidak usah, Mas. Saya pulang saja kalau Mas Aris lagi ada masalah dengan pekerjaannya. Nggak enak. Soalnya niat saya tadi mau memberinya kejutan. Saya nggak bilang-bilang mau datang kemari."

Arumi melangkah ke arah Nijar, karena memang arah pulang harus melewati ruangan pria itu.

"Saya pulang saja. Titip pesan sama Mas Aris kalau--"

"No, no, no! Kamu bisa menunggu di sini. Masalah dia hanya masalah kecil. Percayalah, Aris pasti senang kamu datang memberinya kejutan."

Nijar beralih dari depan pintu, merentangkan tangan kanannya mempersilahkan Arumi masuk.

"Iya, tunggu saja di sini."

Nijar berucap lagi untuk meyakinkan Arumi.

Dengan berat hati, Arumi melangkah masuk ke ruangan Nijar. Ia mengamati keseluruhan ornamen di ruangan itu.

"Saya akan duduk di luar sambil menunggu Aris keluar ruangan." Nijar melangkah menjauhi ruang kerjanya.

Sementara Arumi masih terbengong-bengong di tempatnya, menatap Nijar yang begitu baik menyambutnya.

"Kamu nggak berubah, Mas. Tetap care dengan siapapun meskipun kamu baru mengenalku sebagai Arumi. Semoga kamu cepat mendapatkan penggantiku, supaya kamu nggak kesepian dan bisa melupakan Utari."

Arumi bermonolog sambil terus menatap pintu yang terbuka. Ia duduk juga pada akhirnya. Perasaannya sungkan meskipun duduk seorang diri. Ia nantinya berniat menjelaskan pada Aris nanti tentang keberadaannya di ruang kerja mantan kekasihnya.

Lalu lalang para karyawan mulai terlihat semakin sering. Rupanya masuk jam istirahat. Arumi mulai resah. Sebab, sudah lima belas menit dirinya menunggu. Nijar pun tak terlihat olehnya.

Arumi menatap paper bag berisi makanan yang ia letakkan di atas meja. Ia berniat menitipkan makanan itu pada Nijar, lalu pulang saja tanpa harus menunggu suaminya.

"Nggak enak mengganggu kerja mereka."

Arumi bangkit, berjalan menuju pintu. Ia celingukan mencari sosok Nijar. Saat itulah pintu ruangan Aris terbuka.

Arumi memandang dengan segenap rasa penasaran. Tanpa berkedip, Ia melihat seorang wanita cantik keluar dari ruangan suaminya. Diikuti Aris di belakang wanita itu, lalu keduanya berbincang asik. Tanpa sengaja, pandangan Aris mengarah ke pintu ruang kerja Nijar. Saat itulah dirinya menemukan sosok wanita bercadar tengah memandangnya.

"Arumi!"

Wanita bersamanya yang tak lain adalah Salma juga terkejut. Ia menolah dan mendapati wanita mengenakan cadar menunduk dan membuang wajah saat hampir bersitatap dengannya.

"Perempuan bercadar itu istrimu?" tanya Salma.

Jarak dua ruangan yang berdekatan membuat Arumi mendengar pertanyaan Salma. Aris tidak menjawab. Ia buru-buru mendekati istrinya dan meninggalkan Salma tanpa kata-kata.

Sementara itu, Salma yang tidak ingin terlibat dengan drama benang kusut antar Aris dengan istrinya, ia melangkah pergi, melewati pasangan itu.

"Rum, kamu di sini? Ada kepentingan apa?" Aris berusaha sesantai mungkin selepas kepergian Salma. Detak jantungnya kian menguat memandang istrinya. Arumi perempuan pintar. Ia pasti bisa menilai keberadaan dirinya di dalam ruangan bersama dengan Salma.

"Rum membawakan makan siang untuk Mas Aris. Maaf, nggak ngasih tau lebih dulu. Aku pikir, Mas nggak sesibuk ini," jawab Arumi.

"Em, iya. Perempuan itu tadi ... ah, sudahlah. Mana makanannya? Mas sudah lapar sekali." Aris mengalihkan pembicaraan. Terlalu dini membahas siapa Salma dalam keadaan mendesak seperti ini.

"Ada di ruangan Mas Nijar." Arumi menunjuk ke belakang tanpa menoleh.

"Di dalam sana?" tanya Aris curiga.

"Iya. Jangan salah paham, Mas. Mas Nijarbilang, Mas sedang ada masalah pekerjaan. Makanya aku disuruh menunggu di dalam ruangannya."

"Nijar ke mana?"

"Dia pergi setelah menyuruhku masuk."

"Dia nggak mengatakan apa-apa?"

"Enggak. Kami nggak sempat bicara banyak. Tenang saja, Rum tau batasan."

"Bukan begitu. Mas percaya padamu, tapi tidak pada Nijar. Ya, sudah ambil makanannya."

Arumi berbalik dan memasuki ruang kerja Nijar. Sekian detik kemudian, ia kembali dengan menenteng paper bag. Keduanya lalu memasuki ruangan milik Aris.

Pertama kali memasuki ruangan itu, Arumi berdiri mematung menatap beberapa macam barang milik suaminya. Aris mengajak duduk. Tapi Arumi tidak beranjak beranjak juga. Tatapannya tertuju pada tumpukan tisu yang berserakan di atas meja.

"Oh, itu tadi tisu bekas Salma membersihkan tangannya setelah makan." Aris langsung menjelaskan tanpa diminta. Tatapan Arumi benar-benar menghakiminya.

"Setelah makan? Berarti, Mas juga sudah makan, dong?"

Merasa terjebak, Aris menggaruk belakang kepalanya. Ia berjalan mendekati Arumi.

"Maaf, iya. Mas sudah makan. Tapi nggak masalah kita makan lagi."

"Kenapa Mas bilang lapar sekali? Pinter banget berbohong?" Arumi malah menjauhi Aris. Ia membawa makanannya ke meja. Lalu, dengan cekatan mengeluarkan isiannya.

"Aku bersihkan mejanya dulu." Aris buru-buru memungutinya tisu-tisu bekas Salma. Lalu memasukkannya ke dalam tong sampah.

"Rum mau mencuci tangan dulu," ucap Arumi. Kemudian berdiri.

"Toiletnya ada di belakang. Mas mau ke luar sebentar,"

ucap Aris. Ia melongokkan kepalanya, memastikan ruangan di sebelahnya telah berpenghuni.

Mengetahui pintu telah tertutup, berarti Nijar sudah ada di ruangan itu. Aris bergegas memasuki ruang kerja sahabatnya.

Brak!

Pintu dibuka paksa cukup keras. Nijar yang sedang duduk di kursinya menjadi tersentak.

1
Bellenav
Buruk
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!