Seorang perempuan yang selalu menunggu kedatangan lelaki tercintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Lagi
“Siapa dev?” Tanya Lila
“Papah nyuruh aku pulang” Ucap Devan.
“Oh ya sudah ayo pulangsekarang juga sudah jam 11 malam”
“Aku anterin” ucap Devan yang langsung di angguki oleh Lila.
Beberapa jam kemudian Devan telah sampai di rumahnya setelah dia mengantar Lila.
“Jam berapa sekarang Devan, papah ngizinin kamu pulang ke indo bukan untuk bertemu dan menyia-nyiakan waktumu dengan perempuan itu” Johan yang sekarang berada di sofa ternyata menunggu kepulangan Devan.
“Ini bukan urusan papah, Devan bukan anak kecil lagi yang harus papah atur setiap saat” tegas Devan.
“Berhenti menemui perempuan itu atau tidak papah akan menyuruh kamu balik segera ke eropa” Johan tak mau kalah dengan keputusan Devan.
Malas berdebat Devan langsung berjalan meninggalkan Johan, sudah menjadi kebiasaan Devan ketika Johan sudah mengaturnya atau mengeluarkan kata perintah Devan langsung meninggalkan Johan.
“Devan papah belum selesai berbicara” kesal Johan yang melihat tindakan Devan langsung meninggalkannya.
Devan yang mendengar Johan sudah berteriak masih melangkahkan kaki menuju kamarnya.
.........
Lila yang tengah berada di dalam kamarnya kini terfokus pada apa yang di alami oleh Devan saat ini. Ternyata begitu sulit berada di posisi Devan yang memiliki papah yang terlalu mengatur hidup anaknya terutama Devan merupakan anak laki-laki yang seharusnya memiliki kemauan dan penuh dengan cita-cit yang besar akan tetapi di patahkan oleh sikap papahnya yang tidak mengerti Devan.
“Gue harus selalu ada di sisi Devan” ucap Lila berjanji pada dirinya sendiri.
Tingg
Suara notifikasi berasal dari handphone Lila, tak lama Lila mengambilnya Dan menyunggingkan senyum indahnya.
Devan
Nama itu adalah orang yang sudah membuat fokusnya teralihkan saat ini.
‘Sayang aku kangen’
‘besok aku mau ngajak kamu jalan mumpung hari minggu’
Tak butuh waktu lama Lila membalas pesan dari Devan
‘oke’
‘Tapi kamu mau ngajak aku ke mana’
‘Besok kamu juga tahu’
‘ya sudah kalo begitu’
‘kamu marah?’
‘nggak maksud aku sudah malem mending tidur dari pada besok kesiangan’
‘Siap sayang good nigth’
‘night too’
‘sayangnya mana?’
‘night too sayang’
‘makasih sayang’
Lila langsung tersenyum membayangkan Devan yang mungkin sudah salting sekarang.
Akhirnya Lila dan Devan sudah menyelesaikan chattannya karena Devan mengingat Lila yang akan kecapean besoknya.
..........
Pagi harinya Devan terbangun dan melihat jam sudah menuju pukul 7 pagi, dia langsung teringat dengan janjinnya kepada Devan.
Tok Tok Tok
Pintu kamar Devan seketika terbuka dan menampilkan Johan yang berjalan menuju ke arah Devan.
“Devan segera bersiap kita akan meeting sekarang dan meetingnya di mulai satu jam lagi papah nggak mau kamu terlambat” ucap Johan langsung meninggalkan Devan tanpa mendengar persetujuan dari Devan sendiri.
“Sialan” umpat Devan.
Tak menunggu waktu lama, Devan langsung menelepon Lila untuk memberi tahu kepada kekasihnya.
“Hallo sayang”
“Iyah ada apa dev kamu sudah jalan?” tanya Lila di seberang sana yang meembuat Devan tidak enak hati mengatakan hal tersebut.
“Sayang maafin aku, kayaknya pagi ini kita nggak bisa jalan, soalnya aku ada rapat dadakan, tapi nanti sore aku bakal jemput kamu buat nepatin janji aku”
“oh ya sudah nggak papa semangat ya rapatnnya”
“iyah makasih sayang sudah ngertiin aku”
“Iyah Dev ya sudah aku mau sarapan dulu, sudah dulu ya telponnya bye”
“Oke bye sayang love you”
“Love you too” Sambungan telepon pun mati.
Sebenarnya Lila sangat ingin pagi ini pergi bersama Devan akan tetapi Lila harus tahu bahwa dia tidak boleh membebankan Devan dengan keinginannya.
Berbeda dengan Devan yang sekarang sangat tidak nyaman karena tidak menepati janjinya untuk pagi ini.
Beberapa jam kemudian Devan sudah menyelesaikan rapat bersama rekan bisnis papahnya,
“Devan” suara itu terdengar di telinganya, suara yang tak ia inginkan untuk dia dengar saat ini.
“Devan kita makan siang yuk sekarang, kamu kan lagi capek dan juga pasti laper”
Ucap Amanda.
“Gue ada urusan”
“Dev kamu kapan sih punya waktu buat aku sehari saja”
“Gue nggak punya waktu sama lo” jawab Devan sangat ketus.
“Kamu kok ngomong begitu sih”
“Nggak lo memang harus di gituin” Devan sangat heran kepada Amanda yang sangat keras kepala atas perasaan yang di miliki Amanda terhadap Devan. Padahal Devan sudah menolak mentah-mentah dan sampai mnegatakan hal kasar pun Amanda masih tetap bertahan dengan Devan dan tidak mau melepaskan dirinya.
“Kali ini saja Dev, aku kan calon istri kamu dan kita juga sudah tunangan, kalau aku minta sesuatu kamu harus nurutin aku sayang”
“Lo nggak punya malu hah? Sudah berapa kali gue bilang gue nggak punya waktu sama cewek yang ngemis-ngemis sama cowok” Sarkas Devan.
Hiks hiks hiks
‘Oh tidak drama apa lagi yang di buat oleh Amanda’. Batin Devan.
Melihat Amanda yang sedang menangis membuat semua karyawan yang ada di sana melihat ke arah mereka berdua. Devan yang kini merasa menjadi pusat perhatian langsung menarik tangan Amanda untuk menjauh dari keramain.
“Lo mau apa sih hah?”
“Aku mau kamu nemenin aku makan siang doang Devan apa itu susah?” Ucap Amanda sambil menghapus air matanya.
“Bisa nggak sih lo jangan muncul di hadapan gue dan ngerepotin gue hari ini”
Devan semakin geram atas tindakan Amanda dan ditambah lagi, dirinya mencari cara untuk segra pergi dari kantor ini dan segera menemui Lila.
“nggak bisa karena kamu calon suami aku, siapa tahu kalo kamu selingkuh sama cewek di luaran sana bagaimana?” Ucap Amanda tak mau kalah dengan Devan.
"Itu terserah gue bukan urusan lo” tak ingin membuang waktu lagi Devan langsung berjalan meninggalkan Amanda yang kini sangat kesal atas tindakan Devan.
"Tunggu aja Devan gue bakal bikin Lo tunduk sama gue" ucap Amanda sinis.
.........
Devan yang kini sudah bebas dan terhindar dari Amanda, sekarang dia sudah berada di parkiran mobil dan akan melajukan mobilnya ke rumah Lila.
Jam menunjukkan pukul dua siang,
Devan melajukan mobilnya dan langsung menuju rumah Lila.
“Hallo Bim, lo lagi dimana?” tanya Devan yang kini sedang menelepon Bima.
“gue lagi di rumah, kenapa lo tumben amat nanyain gue”
“Gue butuh bantuan lo”
“Apa?”
“Tolong lo urusin si Amanda buat hari ini dia nggak bisa ketemu sama gue” pinta Devan karena ia tahu hanya Bima yang bisa membantunya sekarang.
“oke, Cuma itu doang?”
“iyah, soalnya gue mau ngabisin waktu sama Lila hari ini”
“hadeh, mentang-mentang lo sudah balikan sekarang kayaknya semenit nggak boleh terlewatkan kalo nggak bucin”
“Iri saja lo, sudah lah lakuin saja yang gue kasih tahu tadi”
“iyah-iyah”
Devan langsung mematikan sambungan teleponnya, kemudian langsung melajukan mobilnya kembali.
Kikkkk
Mobil Devan sudah berada di halaman rumah Lila, kemudian Devan mengambil haneponnya dan segera menghubungi Lila.
“Hallo Sayang coba liat ke jendela”
“iyah” Lila langsung bergegas ke arah jendela kamarnya.
Pandangan mereka langsung bertemu satu sama lain
“Ayo turun” Devan langsung tersenyum ke arah Lila.
“tapi aku mau siap-siap dulu ya”
“siap sayang dandannya jangan cantik-cantik ntar ada cowok yang ngeliat kamu aku nggak suka”
“iyah Dev” walaupun mengobrol lewat hanepone tapi Devan dan Lila saling menatap lewat jendela.
“oke aku matiin ya teleponnya”
“iyah” sambungannya langsung terputus.