Season Dua dari "Lily: Rahasia Gadis Kampung"
Briela Leonor, putri dari Raja Leonor, adalah pewaris tahta di sebuah kerajaan yang kekuasaannya melampaui presiden, menteri, dan semua gubernur. Setelah kematian suaminya, Briela memilih hidup sebagai rakyat biasa untuk melindungi anaknya, Xaviera, dari intrik politik yang mematikan.
Selama dua puluh tahun, Briela berhasil menyembunyikan identitasnya di sebuah provinsi kecil di wilayah Barat kota Riga. Kini, Xaviera telah dewasa, dan pernikahannya membawa kebahagiaan besar bagi Briela. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk ketika Xaviera menjadi korban penyiksaan dan pelecehan oleh suaminya, Aron Ace.
Situasi semakin genting ketika sebuah kasus besar muncul, mengancam kestabilan negara. Briela dihadapkan pada keputusan sulit: membuka identitasnya dan kembali memimpin negara untuk menyelamatkan putrinya dan mengembalikan kedamaian, atau tetap tersembunyi dan menyaksikan kehancuran yang tak terelakkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
BBBRRAAKK
Sebuah tendangan membuka pintu yang daun pintunya menjulang tinggi itu. Mata Aron terbelalak karena beberapa dari mereka memiliki sebuah pin tanda pengawal Gubernur Alden.
“Apa yang kalian lakukan, hah?! Apa kalian tidak tahu siapa aku?” ucap Aron.
Pimpinan pengawal memberikan hormat, kemudian dia menjelaskan jika dia hanya menjalankan perintah dari gubernur Alden. Mendengar penjelasan itu Aron sangat kesal karena sampai detik itu, pamannya sangat melindungi Xaviera.
Dia kemudian meminta para bawahan itu mundur tapi pimpinan pengawal tetap melangkah dan ingin mendekati tubuh Xaviera yang terbaring di lantai dengan tidak berdaya. Tiba-tiba sebuah letupan senjata.
DDOORR
AAARRGHHH
Pimpinan pengawal meringis, karena pundaknya terkena sebuah peluru dari senjata milik Aron. Semua mundur, termasuk para pengawal. Mereka berlarian menolong pimpinan mereka. Aron melihat itu tertawa sangat keras. Begitu pun dengan para tuan muda.
“Aron kau sudah mulai melawan paman mu?”
“Ha ha ha, seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Dia benar-benar membuatku muak. Dia sudah menghancurkan hidupku dengan menikahkan dia denganku, dan juga dia menyanyangi wanita sialan itu, dibanding aku keluarganya!” jelas Aron.
Aron mendekati Xaviera, menarik tubuhnya. Tidak berselang lama, beberapa pengawal kerajaan berseragam memasuki ruangan. Dengan wajah yang suram, mereka berlari sangat cepat, mengelilingi ke empat tuan muda dan juga Aron.
Semuanya terlihat panik.
“Pengawal kerajaan?!”
“Apakah rencana kita sudah tercium kerajaan?”
“Diam kalian, tetap tutup mulut,” ucap Aron.
“Serahkan Xaviera kepada kami!” ucap salah satunya.
Mata Aron membulat sempurna, bahkan pengawal istana kerajaan ingin melindungi Xaviera. Tidak ada cara lain, Aron segera mengacungkan pistolnya ke kepala Xaviera. Semua pengawal melihat itu mundur selangkah.
Aron menarik tubuh Xaviera dengan lengan di lehernya. Dengan sisa tenaga, Xaviera berusaha mengikuti langkah Aron.
“Aku akan membunuhnya jika kalian mencoba menangkap kami,” jelas Aron.
Para tuan muda kemudian mengikuti langkah Aron, mereka berempat berdiri di belakang Aron dengan siaga dan panik.
Semua terlihat siaga. Langkah Aron dan keempat tuan muda itu terbatas. Mata para pengawal terlihat sangat tajam, dan juga siaga. Mereka seakan sudah siap dengan apa pun yang akan terjadi setelahnya. Aron masih dengan erat, mencengkram pundak dan sedikit menekan senjata yang berada di tangannya ke leher Xaviera.
Xaviera sudah tidak terlihat memiliki gairah hidup sama sekali. Air matanya megalir deras dan di dalam hatinya dia berharap jika saat itu adalah kematian untuknya, dia ingin melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kalinya.
“Tangkap mereka. Mereka adalah komplotan penghianat negara dan…”
“Wanita sialan!”
“Aaaaaarrgh!” teriak Xaviera meringis kesakitan.
Mata ke empat tuan muda teralihkan, hingga membuat beberapa pengawal berhasil menarik mereka dan membekukan mereka.
“Lepaskan!”
“Lepaskan!”
“Kalian tahu siapa kami?! Hah?!!!” teriak salah satunya.
Para pengawal menendang tekuk mereka hingga membuat semuanya berlutut dan tangan mereka ditekan sangat keras. Mereka meringis membuat wajah Aron semakin panik. Dia semakin menarik tubuh Xaviera menjauh dengan langkah yang panjang.
Para pengawal pun tetap siaga mengikuti langkah Aron dengan sesekali memintanya untuk membuat Aron melepaskannya demi kebaikannya sendiri, jika tidak. Aron akan menyesal.
Tidak jauh dari tempat Aron berdiri, dia sekilas mendengar apa yang terjadi di dalam gedung sana. Semua orang berseru dengan menyebut nama ‘Briela Leonor’. Matanya menajam dan rahangnya terlihat mengeras. Dia memasuki ruangan tersebut dengan menendang pintu menjulang tinggi itu.
Pintu terbuka dan semua mata menatap ke arahnya.
Mata Briela membulat sempurna, begitu pun dengan Barbara. Mereka tidak menyangka setelah melihat kondisi Xaviera yang tubuhnya di penuhi memar dan wajahnya memerah dengan jelas bekas tamparan yang sangat keras.
Mata Briela merah menahan amarah. Bahkan darahnya mengalir dengan deras dan membara. Begitupun dengan Barbara.
“Aron! Lepaskan dia!” teriak Barbara.
“Aron, lepaskan Xaviera!” teriak Alden.
Mata Aron menatap tajam ke arah Alden. Dia menjelaskan jika semua yang terjadi adalah ulahnya. Jika sejak awal dia tidak menikahkannya dengan Xaviera, dan memberinya hak kekuasaan penuh pada perusahaan Ace, dia tidak akan melakukan hal tersebut.
Aron membuka kedoknya sendiri di hadapan semua orang jika selama ini dia merasa gerah dengan Alden yang selalu mengutamakan kemanusiaan, hingga tawaran kerja sama dari tuan Daici di tolaknya mentah-mentah, padahal itu bisa memuat perusahaan Ace berkembang, bahkan bisa memiliki kekayaan dan kekuasaan lebih hebat daripada kerajaan.
“Jangan pernah melakukan kesalahan yang bisa merugikan keluarga Ace kita Aron!” teriak Alden geram.
“Apa?! Aku tidak salah dengar kan sekarang? Yang membuat keluarga kita hancur adalah paman sendiri, kekuasaan Ace sudah hampir mencapai puncak dan dihancurkan oleh ulah paman sendiri!!” teriak Aron.
“Kau akan menjadi penghianat negara!” teriak Barbara.
“Aku tidak peduli! Selama ini yang mendukungku hanyalah tuan Daici, paman tidak pernah memberikan bantuan apa pun,” teriak Aron.
Alden merasa terpukul mendengar ucapan Aron yang sudah dianggapnya sebagai anak. Dia menjelaskan jika kebahagiaan keluarga Ace seharusnya sudah cukup. Memiliki kekuasaan dan juga harta yang bisa digunakan mereka berbelanja sepuasnya, walau tidak sebanding dengan harta milik kerajaan, seharusnya tidak begitu kekuarangan.
Hidup penuh dengan ambisi dan kerakusan, tidak akan membawa apa pun untuk kehidupan.
“Bajingan!” ucap Briela.
Aron mendengar itu tertawa dengan kerasnya. Dia menjelaskan jika Briela tidak jauh berbeda dengannya.
“Aku mendengar semua perbincangan kalian tadi. Kau adalah Ratu Briela Leonor, yang memiliki kekuasaan, uang dan pengaruh. Tapi kau berpura-pura di hadapanku menjadi keluarga yang miskin, mengelola kedai di pinggir jalan. Menikahkan putrimu denganku dan aku menganggapnya dia begitu memalukan dan beban di masa depan. Jika dia mendapatkan penyiksaan, itu semua salahmu!” teriak Aron.
Briela mengepalkan tangannya. Aron tertawa karena melihat penguasa negara tidak berkutip berada di hadapannya. Karena ternyata kelemahannya adalaha Xaviera.
“Ma…” ucap Xaviera lemah.
Briela ingin melangkah, tapi Aron mengeratkan kembali pegangan senjata dan menekannya ke leher Xaviera.
“Berlutut di hadapanku, memohon untuk putrimu ini, agar aku bisa melepaskannya. Cepat!!!” teriak Aron dengan suara tawa yang terbahak-bahak.
“Lancang!!!” teriak Barbara.
“Baik, aku akan melakukannya,” ucap Briela.
Semua yang mendengar itu kemudian tercengang. Dia tidak menyangka jika Aron benar-benar lancang memberikan syarat tersebut. Bahkan mereka sudah berpikir jika Aron tidak akan selamat lagi setelah itu, hanya kematian yang pantas untuknya.
“Ha ha ha cepat lakukan! Mungkin saja itu bisa membuat suasana hatiku membaik dan aku bisa melepaskannya,” teriak Aron.