Novel ini adalah novel fiktif yang dipenugi cerita kocak, serius, peperangan, perebutan kekuasaan, penuh misteri, kalimat-kalimat bijak dengan alur cerita yang akan membuka misteri satu persatu.
Tokoh Utama bernama Satriya dan Permata yang keduanya adalah ahli pedang tak terkalahkan.
Bagaimana cerita lengkapnya?
Siapa Satriya itu?
Seberapa besar kekuatan Satriya dan Permata?
Jangan sampai ketinggalan untuk selalu membaca novel ini
Novel ini akan di update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satriya bertarung melawan serigala putih berekor tiga belas
“Kalian berdua apakah tidak bisa akur sebentar saja?”. Tanya ki Gede yang terlihat sudah duduk di atas batu, terlihat Satriya dan Permata terdiam.
“Jika kalian bisa menguasai seluruh jurus pedang yang aku ajarkan nanti, aku yakin kalian akan menjadi sosok pendekar pedang yang tak terkalahkan nantinya, maka belajarlah dengan serius”. Kata ki gede yang membuat Permata dan Satriya langsung menjatuhkan dengkul mereka dihadapan ki gede
“Aku Satriya, berjanji, akan dengan serius belajar ilmu pedang dengan Paman guru”. Kata Satriya dengan kedua tangan mengepal didepan kepalanya.
“Aku juga guru, Aku Permata berjanji akan menjadi salah satu murid terbaik guru nantinya, dan akan mulai belajar ilmu pedang dengan serius!”. Kata Permata yang langsung mengikuti apa yang dilakukan oleh Satriya sebelumnya.
“Baiklah, kalian, berdirilah dan kemarilah, duduklah disampingku, Satriya, kau duduk disini, Permata, kau duduklah disini”. Kata ki Gede sambil menunjukkan kepada satriya yang disuruh duduk di sebelah kananya dan Permata disebelah kirinya.
“Lihatlah mata hari itu, terlihat kecil dimata kita, tapi jika kalian melihatnya dari dekat, tubuh kalian akan seketika hancur terbakar, kalian berdua adalah murid pribadiku, dan mungkin hanya kalian berdua saja yang aku latih ilmu pedangku, kalian harus menjadi sosok yang hebati dimasa depan nanti, dan kalian harus seperti matahari itu, api yang menyelimuti matahari itu sebenarnya akan sangat mudah untuk membakar seluruh isi bumi ini, tapi dianya memperlihatkan kepada dunia ini, kalau dia lebih kecil daripada bumi ini, bahkan memberikan cahaya yang dapat menerangi seluruh isi bumi ini, ingatlah!, jadilah kalian seperti matahari itu, tetaplah rendah hati dihadapan siapapun, jangan pernah menyombongkan diri kalian”. Kata ki gede yang sedang memberikan nasihat kepada kedua muridnya sambil merangkul merake berdua didadanya.
“Baiklah paman guru, aku akan selalu mengingat nasihatmu ini, dan akan ku lakukan sekuat tenagaku”. Jawab Satriya
“Eh iya paman guru, ada sesuatu yang ingin aku katakana padamu”. Lanjut Satriya.
“Katakanlah”.
“Tadi pagi saat aku menggembala kambing, aku bertemu dengan siluman srigala berekor tiga belas, aku melawannya dan dia kabur”.
“Lalu?”.
“Dia kabur sembari berkata katanya nanti malam akan mendatangi rumahku, begitu katanya paman guru”.
“Walaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”. Tiba tiba ki gede berteriak sekencang-kencangnya
“Tamatlah riwayatmu bocah!, srigala itu kekuatannya akan ribuan kali lipat dimalam hari dibanding dengan kekuatannya disiang hari!, terus kenapa kau masih santai-santai saja disini!”. Bentak ki Gede yang mendadak geram kembali.
“Terus aku harus berbuat apa paman guru? Aku tak mau srigala itu melukai kedua orang tuaku, aku pernah dengan jika srigala itu mengeluarkan kekuatannya, bahkan seluruh pendekar yang berada di dunia ini tidak mungkin bisa mengalahkannya? Benarkah itu paman guru?”. Tanya Satriya
“Waduh, aku sendiri sudah tak mampu lagi memberikan jalan keluar apapun untukmu, kau harus menghadapinya sendiri nanti malam”.
“Apakah paman guru tak mau membantuku?”. Tanya Satriya
“Bukannya tak mau membantu, gurumu ini nanti malam akan datang ke rumahmu, dan membawa beberapa guru yang ada diperguruan ini untuk membantumu, walaupun aku tak yakin akan bisa mengalahkan srigala ekor tiga belas itu”. Jawab ki Gede.
“Baiklah paman guru, aku mendengar kalau paman guru akan datang nanti malam sudah sangat lega, terima kasih banyak paman guru!”. Jawab Satriya yang langsung memeluk ki gede dengan erat.
“Guru, aku juga ikut lah nanti malam”. Permata ingin ikut ki Gede mengalahkan srigala berekor tiga belas itu.
“Tuan puteri, srigala berekor tiga belas itu bukanlah hewan yang baik, dia kalau malam hari akan sangat kejam, bahkan siapapun yang melawannya akan langsung dibunuhnya”. Kata ki Gede menolak permintaan Permata.
“Ah, guru sepertinya lebih saying sama dia daripada denganku!”. Kata Permata kembali manja didepan ki Gede
“Haduuuuuh, baiklah, baiklah, tuan puteri nanti malam boleh ikut, tapi harus bisa menjaga diri ya!”. Jawab ki gede
“Begitu dong, kan aku jadi seneng dengernya”. Jawab permata yang terlihat gembira.
Matahari kini tak terlihat, dirumah Satriya seluruh keluarga sudah mulai bingung, ketakutan dengan perasaan yang bermacam-macam dihatinya, menunggu kedatangan Srigala Berekor tiga belas.
“NGAUUUUUUUUUUUUUUUUNG”. Suara srigala terdengar sangat menggelegar dari rumah Satriya, terlihat disana ki gede dan beberapa guru dari perguruan Pedang langit sudah sudah bersiap membuat formasi pertahanan dan formasi penyerangan pedang langit, terlihat juga disana Permata yang melihat mereka dari kejauhan.
“Duuuh, banyak nyamuk disini!”. Gumam Permata yang malah sedang sibuk bertarung dengan para nyamuk yang ingin menciumi kulitnya yang halus
Terlihatlah sudah sosok Srigala putih yang sedang mengibas-ngibaskan ketiga belas ekornya yang membawa hembusan angin yang sangat besar hingga merobohkan banyak sekali pepohonan yang bedara di perbukitan itu.
“DIMANA BOCAH YANG TADI PAGI BERANI MENYERANGKU!”. Suara seorang perempuan tapi benar-benar membuat takut siapapun yang mendengarnya
“FWUUUUAAAAAH!”. Serigala itu menghembuskan nafasnya yang membuat formasi pedang dari perguruan pedang langit seketika hancur, melihat hal itu, para guru malah kabur dari lokasi rumah Satriya.
“Hey srigala!, aku ada disini, kemarilah kau!”. Tiba tiba satriya keluar dari rumahnya dan berdiri di halman rumahnya yang sangat luas sekali dan dipenuhi dengan tanaman-tanaman herbal yang ditanam oleh ayahnya
“Walaaaa, bocah ini malah keluar! Sialaaan, sialan!, mau matikah dia ituuuu”. Gumam ayah satriya dengan wajah kesalnya.
“Satriya, kau sebaiknya lari dari sini!, jangan berani melawannya, kau bukanlah lawannya!”. Teriak kigede yang terlihat sedang terbang dan membuat formasi perlindungan yang melindungi rumah Satriya.
“Wow, srigala itu sangat besar sekaliternyata, tapi mukanya imut juga, andai saja srigala itu bukanlah siluman, mungkin akan aku jadikan hewan peliharaanku nantinya”. Kata Pertama dengan lirih sambil melihat sosok serigala raksasa berkor tiga belas yang malah dianggapnya hewan yang imut.
Terlihat Satriya sudah mulai memperagakan jurus ke empat yang tadi sore ia pelajadi di perguruan bersama ki gede, kini terlihat tubuh Satriya sudah mengeluarkan aura yang luar biasa.
“Bocah ini, ternyata memang bocah ini mempunyai tubuh fisik yang spesial dan kejeniusannya diatas rata-rata, tapi dengan kekuatannya saat ini tak mungkin dia bisa mengalahkan srigala itu”. Gumam ki gede
“HAHAHAHA, TERNYATA KAU BERANI JUGA KELUAR BOCAH!, BAIKLAH, JIKA KAU BISA MENGALAHKANKU, AKU AKAN MENJADI BUDAK DAN PENGIKUTMU SELAMA AKU MASIH HIDUP!”. Tantang serigala itu.
“JIKA KAU KALAH, JANGAN SALAHKAN AKU, KALAU NANTI SELURUH KELUARGAMU AKAN AKU HABISI, DAN KAMBING-KAMBINGMU JUGA AKAN AKU MAKAN!”. Lanjut serigala itu
“Cyaaaaaat”. Satriya tiba-tiba melesat kehadapan srigala putih itu dan langsung menghajarnya dengan pedang bayangan dengan ranting kayu yang dia bawa.
Dwar! Ledakan besar mengagetkan mereka semua yang berada disana, Satriya terlempar jauh dan menabrak Permata yang sedang menonton didalam hutan dan didampingi dua pengawal dibelakangnya.
“Halaaaah, bocah ini kenapa suka sekali menabarakku sih!”. Bentak permata dengan wajah sebal tapi khawtir dengan keadaan satriya yang sudah tak sadarkan diri terkena serangan dari srigala itu.
“Satriya!, Satriya!, Bangunlah, Bangunlaaaah, kau jangan mati begini, kau adalah satu-satunya temanku selama ini satriyaaaaa’. Kata permata sambil tak henti-hentinya menampari wajah Satriya hingga bekas-bekas tamparan berwarna merah mulai terlihat diwajah satriya.