Kita semua punya keinginan tapi semesta punya kenyataan.
Bruuaaakk
"Aduh.... ". ringis seorang gadis yang bernama Eliana Hira Adipura atau sering di sapa El.
"Kamu gak papa nak? ". tanya seorang ibu paruh baya dengan sigap menolong El yang terjatuh.
"Maaf ya nak, karena menghindari ibu kamu jadi jatuh dan terluka begini ". ucap ibu itu dengan nada tak enak hati.
"Gak apa-apa bu, hanya luka ringan saja kok, nih lihat masih bisa loncat-loncat kan? ". ucap Eliana dengan melompat-lompat kecil membuktikan bahwa dia baik-baik saja.
selamat membaca......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamy charmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
"Baik pak, mana baiknya saja, mohon bantuannya". ucap El yang terlihat sudah sangat lelah, apalagi luka yang ada di tubuhnya akibat terjatuh dan di pukul mama nya terkadang terasa perih.
Lantas sebagian warga yang sudah datang kembali ke rumah masing-masing dan sebagian menemani El di rumahnya.
Drrt drrt drrt
Terlihat nama salah satu sahabatnya yang menelepon..
Nanta
"Hallo..... ". begitu El mengangkat teleponnya.
"Hallo El...... apa berita itu benar? ". tanyanya yang terdengar mau menangis.
"Iya benar Nan, tolong izinkan gue besok ya".
"Iya, lo tenang saja, gue dan yang lain besok akan ke sana, jangan khawatirkan apapun". ucap Nanta sambil menangis.
"Iya, thank's".
"Sekarang istirahatlah, lo harus tenang, lo masih punya kita semua ingat itu selalu dalam benakmu". ucapnya karena mereka tau seperti apa keadaan El tanpa papanya yang membela.
"hmm".
El menutup sambungan telponnya dan menaruhnya di kamar, lalu kembali ke hadapan jenazah sang papa membacakan surat yasin dan ayat-ayat al qur'an meski saat membacakannya rasanya hati nya seperti di remas, sakit sekali.
El sama sekali tidak bisa tidur, terus membacakan ayat suci al-qur'an berhenti hanya untuk sekedar mengecek kondisi mamanya dan kembali lagi.
Pagi harinya di rumah El sudah banyak para pelayat berdatangan dan El masih di sibukkan dengan segalanya terutama menemui sang pelayat dan meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah di buat sang papa baik di sengaja maupun tidak.
"El..... ". terdengar suara yang sangat familier memanggil.
Matanya mulai berkaca-kaca dadanya mulai sesak membuncah, pandangannya mulai mengabur.
"Teo..... gue udah gak punya papa..... ". ucapnya lirih yang masih di dengar orang di sekitar. Secara spontan dia berhamburan ke pelukan Teo sang sahabat sedari kecil, ya dia adalah Bumi Meteor Azegara atau biasa di panggil Bumi oleh teman-teman nya tapi tidak untuk El, dia lebih suka memanggil Teo.
Tangisannya pecah dan itu membuat semua orang yang melihatnya ikut menangis apalagi mereka yang tau bahwa sedari jenazah datang El sama sekali belum mengeluarkan air matanya di depan orang banyak. Hanya saat membacakan ayat suci al-qur'an semalam ia bisa menangis itupun tanpa ia sadari.
"sst, sudah... lo masih punya kita semua, kita akan selalu ada buat lo, ngerti? ". ucap Tio tegas, di tau sahabatnya ini begitu tertutup tentang masalah pribadinya dan ia menutupi semua luka dengan tingkah bar-bar yang ia miliki.
"El.... ". ucap Nanta yang ada di belakang Tio.
El melepaskan pelukan Tio dan melihat ke arah sahabatnya yang sudah meneteskan airmatanya tanpa henti.
Ternyata bukan hanya ada Nanta tapi juga ada Bulan, Anya dan Fenya si gadis blesteran Belanda - Jepang. Mereka semua juga sudah terlihat kacau di hadapan El.
"Kenapa kalian kacau sekali hm? kok sudah pada di sini? emang gak berangkat sekolah? ". tanya El yang berusaha tersenyum.
Dan itu sungguh membuat hati mereka sakit karena melihat El yang berusaha untuk tetap kuat dan tegar meski hatinya tak bisa menyembunyikan rasa sakit.
"Kita mau antar papa ke peristirahatan terakhirnya baru kita berangkat ke sekolah". jelas Anya si cerewet.
"Ok, terserah kalian saja". jawab El.
"Nak El kita harus segera berangkat sekarang ya ". ucap Pak Bambang.
"Baik Pak, silahkan ".
Saat menoleh ia melihat ibu yang masih sama seperti kemarin dn adiknya yang tiba-tiba sakit.
Begitu keranda di angkat ibu Namira yakni mama El berteriak histeris.
"Mau di bawa kemana mas Lingga, jangan di bawa pergi". teriaknya
Masih banyak ibu-ibu pelayat dan keluarga nya yang melihat lantas berusaha menenangkan sang mama, memegangi kedua tangannya agar tak merecoki proses pemakaman yang harus segera di lakukan.
"Mas Lingga..... dia masih hidup, dia hanya tidur, dia akan bangun sebentar lagi, mau kalian bawa kemana dia, jangaaan". teriaknya yang mulai melirih dan........ pingsan.
El menatap sekilas dalam diam dan ikut berjalan di belakang orang-orang yang berjalan dengan cepat membawa keranda jenazah.
Para sahabat El juga ikut menamaninya takut terjadi sesuatu padanya.
Setelah proses pemakaman selesai para pelayat kembali pulang ke rumah masing-masing dan para sahabat izin pergi ke sekolah dan akan kembali lagi nanti. Dia melihat ke segala penjuru, sepi......
Sekarang tinggal para keluarga yang masih ada di sini membantu tahlil untuk nanti malam sampai ke tujuh harinya.
"El... sebaiknya kamu istirahat sekarang, kamu terlihat lelah nak". ucap pakde Aditya kakak dari papa.
"Iya pakde, El istirahat dulu".
"Ya pergilah, jangan khawatirkan apapun, ada kita yang urus".
Setelahnya El beranjak ke kamarnya dan menutup pintu lalu menguncinya, dia merosot di balik pintu, kakinya sudah lemas sedari semalam tidak terisi apapun di perutnya dan dia lelah untuk menangis meski tak ingin.
Dia beranjak dan membanting tubuhnya di kasur, tak peduli kalau lukanya akan terasa perih bila bergesekan dengan benda lain. Berusaha memejamkan mata dan tanpa sadar terlelap.
"El..... ". panggil seseorang dengan senyuman khasnya yang menenangkan.
"Pa.... papa gak akan ninggalin El sendiri kan? ".
"Papa harus pergi nak, jaga mama dan adikmu ya, meski mama mulutnya pedes dia sangat menyanyangi kamu nak hanya saja dia tak tau bagaimana cara mengungkapkannya".
"Gak pa.... El masih butuh papa... Dikta juga masih butuh papa... ".
"Bukankah kamu tau benar sayang kalau semua yang hidup pasti akan mati, semua yang datang akan pergi, jalanilah hidupmu dengan bahagia sayang, maaf papa belum bisa memanimu dan adikmu tumbuh, papa akan selalu bersamamu nak, disini". ucapnya menunjuk pada letak hati berada.
"Jangan mendendam apapun sayang, ikhlaskan papa agar jalan papa tenang".
hiks hiks
"Pa..... ".
"Ingat selalu pesan papa sayang.... ". ucapnya dengan tersenyum dan perlahan.... mulai menghilang.
"Tidak.... pa.... papa....!!! ". lirihnya dan berakhir dengan teriakan yang membuatnya bangun dari mimpinya.
"Papa..... ". lirihnya menangkup wajahnya dengan kedua tangan dan terisak lagi.
1 minggu kemudian....
El dan Dikta sang adik sudah mulai masuk sekolah, dengan sang adik yang di bonceng dan menaiki motor yang berikan oleh sang penabrak untuk mengganti motor papa yang rusak, mereka benar-benar bertanggung jawab penuh setelah mengetahui bahwa karena insiden ini membuat 2 orang anak yang masih sekolah harus kehilangan penopang hidup mereka. Dan seorang istri yang kehilangan suami tercintanya.
Mereka memberikan ganti rugi motor yang di tabrak, membiayai sekolah El dan adiknya sampai mereka kuliah dan memberi uang 500juta pada istri yang di tinggalkan. Luar biasa memang pertanggung jawaban mereka, meski semua jumlah uang ganti rugi itu tak ada artinya bagi mereka. Tapi ini semua terjadi karena musuh mereka, bahkan orang yang tak tau apapun jadi harus jadi korban.
Sang penabrak yang juga seorang pengusaha no 1 di Asia ini juga sudah berangsur sembuh dan di perbolehkan pulang 3 hari setelah melakukan perawatan di rumah sakit.
"El..... lo udah masuk sekolah? ". tanya Bulan yang terlebih dulu melihat El.
"Lo baik-baik saja? ". saut Anya.
"Kenapa lo gak istirahat dulu saja, liat muka lo pucet banget". seru Fenya.
Sedang Nanta sudah menyongsong El dan menuntunnya ke bangkunya begitu mendengar ucapan Bulan.
"Makasih guys, kalian emang yang ter'best' pokonya". senyum El.
tring triiiiing triiiiiing
"aku, kamu dan toleransi