............. Call Me Jade ..........
" Tetaplah seperti ini Jade, sebentar saja, ijinkan aku melepas rinduku." Lirih pria itu ditelingaku sambil melingkarkan tangannya di perutku.
Aku tahu ini salah, hatiku mengakuinya. Tapi kenapa tubuhku berkata lain, aku bahkan membalas perlakuannya.
Aku membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadap-hadapan. Aku menatap indah manik matanya mencoba mencari kebohongan di sana tetapi aku tidak menemukannya. Hanya pancaran kasih sayang dan ketulusan yang aku dapatkan.
Dia semakin mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup keningku lama....
Penasaran kan dengan kisah lanjutnya?
Ikuti terus updatenya yuuukk 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esma_04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
" astaghfirullah..ternyata cuma mimpi." Jade terbangun dari tidurnya, mencoba bangun dan meraup wajahnya kasar.
" Siapa pria itu? Dandy...? Iya..sepertinya tadi dia menyebut nama itu. Tapi aku belum pernah bertemu dengannya. Hanya saja wajahnya mirip seseorang." Jade bergumam lirih sambil berusaha mengingat wajah siapa yang baru saja hadir dalam mimpinya itu. Apa mungkin itu wajah Joe di masa depan, dan juga sepertinya tadi juga pria matang, bukan seperti perawakan anak sma." Jade masih saja asik bergumam sendiri.
Jade melirik jam beker kecil di atas nakas, rupanya sudah jam 4 lewat. Dia pun bergegas ke luar kamar untuk menuju kamar mandi. (Kediaman Jade tergolong type sederhana ya readers...jadi kamar mandinya masih ada di luar kamar tidur). Setelah memenuhi panggilan alam, Jade hanya sekedar bersuci untuk tadarus sebentar sembari menunggu adzan subuh berkumandang.
Sementara itu di Unit tertinggi di Noor Silk Hotel, para penghuninya sedang bersiap untuk pulang ke kediaman Abah Kyai. Mereka hanya menggunakan 1 mobil saja, karna Pak Sammy akan langsung pulang ke rumahnya.
Sekitar 30 menit menempuh perjalanan dari hotel, merekapun sampai di depan pintu pagar rumah Abah Kyai.
" Mari langsung ke masjid untuk shalat subuh berjama'ah." Ajak Abah Kyai.
Mereka pun hanya mengikut serta di belakang Abah Kyai yang melangkah memasuki masjid. Tidak lama mereka di dalam masjid hanya sekitar 20 menit saja. Kemudian pulang ke rumah Abah kyai, kecuali ayah Jade yang langsung pulang ke rumah.
" Assalamu'alaikum." Ayah Jade mengucap salam sembari mengetuk pintu rumahnya.
"Wa'alaikumussalam Warohmatullohi Wabarokatuh." Sahut Jade yang rupanya juga sudah keluar dari kamarnya. " Eh ayah...udah selesai urusannya sama abah kyai." Sambung Jade lagi.
" Udah sayang, alhamdulillah dilancarkan." Sahut ayah Jade sambil tersenyum dan mengusap pelan surai putra sulungnya.
" Alhamdulillah, ya udah ayah istirahat aja dulu biar Jade buatkan kopi." Ucap Jade sambil menuju ke dapur untuk membuatkan kopi panas sang ayah.
Sementara di rumah abah kyai, Dandy yang baru saja masuk langsung menuju kamar adiknya. Tanpa mengetuk pintu, dia langsung saja masuk dan membangunkan sang adik yang masih bergelung dalam selimutnya.
" Joe...sayang. Bangunlah, ini kakak."
Joe yang sebenarnya sudah terbangun dari tadi pun langsung saja membuka matanya dan betapa bahagianya dia bisa melihat sang kakak yang sudah hampir setahun tidak ditemuinya sekarang justru berada tepat di hadapannya.
" Kakak...ini beneran kak Dandy kan?
" Dean...panggil aku Dean. Dandy itu namamu dan aku tidak suka mengambil sesuatu yang sudah jadi milikmu." Sahutnya tegas.
" Iya baiklah, tapi kak...kenapa kakak mengijinkan orang lain untuk memanggil kakak dengan Dandy?" Ucap Joe bingung.
" Tidak mulai sekarang, lagipula hanya beberapa orang saja yang memanggilku seperti itu. Sekarang bangunlah, Subuhnya udah mau lewat, kamu belum shalat kan?" Sambung Dandy.
" Hmm..baiklah. Oh iya kak, apa hari ini kita bisa menghabiskan waktu bersama, aku ingin menghabiskan uang kakak dan mengenalkan kakak pada seseorang." Jawab Joe sambil menuju kamar mandi.
Dandy tidak menjawab dan hanya menatap punggung adiknya yang berlalu menjauh dan berharap semoga "seseorang" itu bukanlah Jade. Dandy melangkah menuju jendela, menyibak gorden dan membuka jendelanya, membiarkan semilir angin pagi memenuhi udara di kamar Joe.Kmudian dia pun bergegas keluar kamar untuk mencari neneknya.
" Assalamu'alaikum cucu nenek yang tampan." Baru saja Dandy membuka pintu, dia sudah disambut dengan sapaan hangat neneknya.
" Wa'alaikumussalam Warohmatullohi Wabarokatuh. Nenek apa kabar?" Sahut Dandy sambil merengkuh neneknya erat dalam dekapannya.
" Alhamdulillah baik sayang. Ayo ke depan, nenek sudah buatkan kopi hitam spesial yang bisa bikin kamu malas pulang ke Melbourne."
Dandy pun hanya terkekeh kecil tanpa berniat untuk membalas gurauan neneknya. Merekapun akhirnya menyusul anggota keluarga lain yang sudah berkumpul terlebih dahulu di ruang keluarga.
" Halo tuan Dandy, salam kenal saya Pak Jajang sopir pribadinya tuan Joe." Pak Jajang yang melihat kedatangan tuan mudanya segera berdiri dan memperkenalkan diri.
" Dean..Paman. Panggil saja aku Dean." Jawab Dandy singkat.
Tak selang berapa lama, Joe sudah menyusul mereka lengkap dengan seragam sekolahnya, dia pun mendudukan diri tepat di samping kakaknya.
" Pak Jajang, hari ini aku diantar kakak saja, aku ingin menghabiskan waktu bersamanya." Ucapnya memeberi tahu Pak Jajang tentang rencananya hari ini.
" Baiklah tuan, jangan lupa jemput nak Jade sekalian, nanti dia nungguin loh." Jawab Pak Jajang.
" Pasti dong. Masa sih aku ninggalin belahan jiwaku." Jawab Joe.
" Uhuuk...uhuuk...uhuukk." Dandy yang sedang meminum kopinya pun seketika tersedak dan menyemburkan kopinya.
" Kenapa sayang..., apa terlalu pahit ?" Bu nyai yang mengira Dandy tersedak karna rasa kopi yang pahit langsung beranjak dan meniup pelan surai cucu sulungnya itu.
" Ah tidak nek..ini enak, sangat enak, aku hanya tersedak ampas bubuk kopinya saja." Ucapnya setelah berhasil menetralkan pernafasannya.
Dandy terdiam sambil sesekali melirik adik kesayangannya dengan ekor matanya. " Joe...maafkan kakak." Ucapnya dalam hati.
" Nenek nggak tau sih..kakak sekarang itu sukanya coklat panas bukan kopi hitam lagi, Nek." Joe menyahut asal.
" Aahh...benarkah? Maafkan nenek sayang..nenek nggak tau. Pasti lidahmu tidak terbiasa dengan rasa kopi di Melbourne kan?"
Dandy hanya tersenyum simpul sambil menahan getir dada karna kenyataan jika dia benar-benar sudah merebut gadis impian adiknya.
Di tengah kecanggungan yang mulai melanda di ruangan itu, Shawn tiba-tiba saja muncul dari ruang tamu sambil membawa sebuah paper bag.
" Tuan..ini baju ganti anda, kita ada meeting dengan Tuan Lee jam 7 di Ballroom Noor Silk Hotel." Ucapnya sambil menyerahkan paper bag itu pada tuannya.
" Baiklah. Tunggu aku bersiap, setelah itu kita antarkan Joe ke sekolahnya, setelah itu kita kembali ke hotel." Jawabnya sambil beranjak ke kamar.
Sementara di rumahnya, Jade nampak sudah bersiap dengan seragam barunya. Setelan seragam putih abu-abu dilengkapi dengan jilbab segitiga berwarna putih yang membuat paras ayunya semakin bercahaya. Dia bersiap untuk menuju ke rumah abah kyai untuk berangkat serta dengan Joe. Tak banyak yang dia bawa hari ini, hanya tas ransel yang dia gantung satu talinya dipundak dan membiarkan tali yang lain tetap melambai bebas. Memasuki pagar rumah abah kyai, Jade kemudian menuju teras dan mendudukan dirinya di salah satu kursi rotan yang memang disediakan untuk tamu.
Ceklek...
Bersamaan dengan suara pintu dibuka, muncullah Joe dan Shawn dari balik pintu.
" Ayo Jade, kita ke mobil saja." Ajak Joe yang mengekor dibelakang Shawn yang sudah bersiap menuju kursi kemudi.
Shawn membuka pintu mobil di belakang kursi kemudi kemudian mempersilahkan Jade untuk masuk. Sedangkan Joe sudah lebih dulu duduk di kursi depan samping kemudi. Dia melirik sekilas ke center mirror, mengagumi betapa ayunya gadis berhijab yang kini dibelakangnya. Dia menyunggingkan senyum dan bergumam " cantik."
Jade yang mendengar gumaman Joe segera menoleh ke depan tapi dia hanya mendapati dua pria dengan wajah yang sama-sama datar. " Ah..mungkin aku hanya salah dengar."
Dari arah rumah, muncullah Dandy dengan setelan jas berwarna silver yang terlihat sedang sibuk dalam panggilan dengan seseorang. Shawn segera keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil yang berada si seberang Jade kemudian mempersilahkan tuannya masuk.
Dandy yang masih fokus dengan panggilannya tidak menghiraukan sekitarnya dan hanya memberi kode kepada Shawn untuk segera melajukan mobilnya.
Tanpa mereka sadari, Jade tengah diambang kesadarannya. Matanya masih terbelalak dengan mulut terbuka saat melihat pria di depannya.
" Bagaimana mungkin...kenapa dia ada di sini? Bukankah ini wajah yang sama yang kulihat dalam mimpiku semalam?"
" Jade...tutup mulutmu atau ada lalat yang masuk nanti. Kakakku memang tampan tapi bukankah aku lebih tampan?" Tanya Joe memecah lamunan Jade.
Dandy yang rupanya baru saja mengakhiri teleponnya sontak menoleh ke sampingnya tetapi dia hanya melihat seorang gadis berjilbab yang sedang memandang kearah luar jendela.
_____ To Be Continued _____